Peristiwa percobaan pembunuhan Presiden Nicolas Maduro sudah terjadi empat tahun lalu, tepat pada 4 Agustus 2018. Kala itu, dua pesawat tanpa awak atau drone yang membawa alat peledak meledak di atas udara yang tak jauh dari tempat presiden dan pejabat militer berdiri.
Ledakan itu menimbulkan kepanikan dan tak lama kemudian, para pengawal presiden bergegas melindungi presiden. Insiden tersebut tidak membuat Maduro terluka, tapi terdapat tujuh personel militer yang terluka dalam kepanikan yang ditimbulkan oleh ledakan.
Setelah kejadian itu, Maduro langsung menuduh Requesens dan Julio Borges sebagai pelaku utama di balik serangan ini. Sementara, Borges yang mengasingkan diri di luar negeri menolak tudingan tersebut, tapi Requesens akhirnya ditangkap oleh polisi rahasia beberapa hari kemudian, dikutip dari BBC.
Maduro menyebut bahwa Requesens adalah salah satu orang gila yang berniat untuk membunuhnya. Ia juga menuding mantan anggota parlemen itu melakukan berbagai konspirasi pengkhianatan untuk melawannya.
Aktivis HAM menolak penangkapannya sejak awal dan menganggapnya sebagai tahanan politik di Venezuela.