Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bendera Vietnam (unsplash.com/Sam Williams)

Intinya sih...

  • Lonjakan kasus demam babi Afrika (ASF) di Vietnam.

  • Pemerintah mengambil langkah tanggap darurat, termasuk pemusnahan babi dan kebijakan penanggulangan.

  • Tantangan vaksinasi dan keresahan peternak lokal terkait distribusi, efektivitas, dan harga vaksin ASF.

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Vietnam mengeluarkan peringatan penting terkait risiko terganggunya pasokan pangan nasional, pada Jum'at (18/7/2025). Lonjakan kasus demam babi Afrika (African Swine Fever/ASF) menjadi perhatian serius otoritas setempat sejak awal tahun ini.

Data resmi memaparkan bahwa virus tersebut telah mewabah di 28 dari 34 kota dan provinsi, mendorong pemerintah untuk mengambil langkah tanggap darurat.

1. Penyebaran wabah ASF dan dampaknya terhadap populasi babi

Pemerintah Vietnam menyampaikan bahwa sepanjang 2025 telah terdeteksi 514 titik wabah ASF. “Sebanyak lebih dari 30 ribu ekor babi telah dipotong paksa akibat terkonfirmasi terjangkit virus ini,” ujar otoritas setempat, dilansir The Straits Times.

Masifnya penyebaran ASF pada tahun ini menyebabkan tekanan besar pada sektor peternakan babi yang menjadi tulang punggung protein hewani di negara tersebut. Departemen Kesehatan Hewan Vietnam mencatat bahwa tindakan pemusnahan dilakukan untuk membendung penularan antar peternakan dan wilayah.

Pihak Kementerian Pertanian juga menekankan bahwa peningkatan jumlah wabah ini memperburuk tantangan logistik, terutama dalam distribusi babi sehat ke pasar lokal.

2. Respons pemerintah dan kebijakan penanggulangan darurat

Perdana Menteri Pham Minh Chinh menginstruksikan seluruh pemerintah provinsi menerapkan langkah-langkah yang lebih tegas untuk mengendalikan penyebaran ASF. Dalam arahannya, ia menekankan pentingnya deteksi dini, pemusnahan segera, serta sanksi terhadap perdagangan ilegal babi dan pembuangan bangkai secara sembarangan.

Tidak hanya itu, otoritas pusat mewajibkan lembaga veteriner untuk meningkatkan edukasi kepada peternak serta memperluas zona aman dari wabah dan memperketat pengawasan mobilitas ternak. Pemerintah juga memerintahkan penambahan dana dan pengawasan ketat untuk mendukung efektivitas operasi di lapangan.

Menurut data, dorongan penggunaan vaksin domestik mulai dilakukan, meski tingkat vaksinasi masih tergolong rendah karena berbagai faktor seperti ketersediaan dan biaya.

3. Tantangan vaksinasi dan keresahan peternak lokal

Otoritas provinsi Quang Ngai melaporkan bahwa hanya sekitar 30 persen populasi babi di wilayahnya yang sudah divaksin. “Alasan rendahnya vaksinasi terkait faktor distribusi, efektivitas, ataupun harga yang masih menjadi kendala,” ungkap pejabat kesehatan hewan setempat.

Respons serupa juga diungkap pejabat lainnya yang enggan disebut nama. “Kami masih mengevaluasi efektivitas vaksin dan menunggu solusi dari pemerintah pusat untuk memperluas cakupan imunisasi babi,” katanya.

Sementara itu, perusahaan produsen vaksin seperti AVAC Vietnam JSC mengonfirmasi telah mendistribusikan jutaan dosis vaksin namun permintaan tinggi dan masalah logistik masih ditemui terutama di wilayah pelosok.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team