Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bendara India (unsplash.com/Naveed Ahmed)
bendara India (unsplash.com/Naveed Ahmed)

Jakarta, IDN Times - Negara bagian Kerala, India selatan telah menutup beberapa sekolah, kantor, dan transportasi umum untuk mencegah penyebaran virus Nipah yang telah menewaskan dua orang di wilayah tersebut. Virus Nipah di India ini yang langka dianggap cukup mematikan dan dapat merusak otak.

Pejabat kementerian kesehatan pada Rabu (13/9/2023) mengatakan, satu orang dewasa dan seorang anak masih terinfeksi dan dirawat di rumah sakit. Sejauh ini, lebih dari 130 orang telah menjalani tes virus Nipah, yang menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh kelelawar, babi, atau manusia yang terinfeksi

“Kami berfokus pada pelacakan kontak orang-orang yang terinfeksi sejak dini dan mengisolasi siapa pun yang memiliki gejala,” kata Menteri Kesehatan negara bagian Kerala, Veena George, dikutip Reuters.

“Pergerakan masyarakat telah dibatasi di beberapa bagian negara bagian untuk mengatasi krisis medis," tambahnya. 

1. Protokol isolasi ketat telah diterapkan

Dua orang yang terinfeksi telah meninggal sejak 30 Agustus dalam wabah virus keempat di negara bagian tersebut sejak 2018. Kondisi ini memaksa pihak berwenang untuk mengumumkan zona isolasi di setidaknya tujuh desa di distrik Kozhikode.

Sejak itu, aturan isolasi ketat pun diterapkan. Masyarakat di zona isolasi harus memakai masker, menggunakan pembersih berbahan dasar alkohol, dan menjaga jarak sosial. Para staf medis juga harus menjalani karantina setelah melakukan kontak langsung dengan orang yang terinfeksi. 

Pejabat pemerintah mengatakan, korban pertama adalah seorang pemilik tanah kecil di desa Marutonkara di distrik tersebut. Anak perempuan dan saudara ipar korban, yang juga terinfeksi, kini berada di ruang isolasi. Sementara anggota keluarga dan tetangga lainnya sedang menjalani tes.

Adapun kematian kedua terjadi setelah korban melakukan kontak dengan korban pertama di rumah sakit, namun keduanya tidak memiliki hubungan keluarga.

Tiga dari Institut Virologi Nasional (NIV) dijadwalkan untuk melakukan tes lebih lanjut terkait virus tersebut. Selain mereka, sekelompok ahli epidemiologi dari Chennai juga akan tiba di Kerala untuk melakukan survei.

2. Tingkat kematian akibat virus Nipah tergolong tinggi

Melansir The Indian Express, infeksi virus Nipah dapat menyebabkan penyakit ringan hingga berat. Pada kondisi yang serius, virus bisa memicu pembengkakan besar di otak (ensefalitis) dan dapat menyebabkan kematian.

Gejala infeksi bisa muncul mulai empat hari hingga dua minggu setelah terpapar virus. Pasien biasanya akan mengalami demam dan sakit kepala yang berlangsung selama tiga hari hingga beberapa minggu, disertai gejala penyakit pernapasan seperti batuk, sakit tenggorokan, dan kesulitan bernapas.

Jika penyakitnya telah berkembang menjadi ensefalitis, pasien akan mengalami kantuk, disorientasi, dan kebingungan mental, yang kemudian dapat berkembang dengan sangat cepat hingga koma dalam waktu 1-2 hari

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 40-75 persen kasus ini dapat menyebabkan kematian. Meski begitu, tingkat kematian pada wabah tahun 2018 di Kozhikode melebihi 90 persen.

3. Virus Nipah pertama kali teridentifikasi pada 1999

Virus Nipah pertama kali teridentifikasi pada 1999, ketika terjadi wabah penyakit di kalangan peternak babi dan orang-orang yang melakukan kontak dekat dengan hewan tersebut di Malaysia dan Singapura.

Virus Nipah di India pertama berada di Kerala, 21 dari 23 orang yang terinfeksi meninggal dunia. Kemudian, wabah selanjutnya pada 2019 dan 2021 merenggut dua nyawa lagi.

Menurut investigasi Reuters pada Mei, beberapa wilayah Kerala merupakan salah satu tempat yang paling berisiko secara global terhadap wabah virus kelelawar. Deforestasi dan urbanisasi yang luas dianggap telah mendekatkan manusia dengan satwa liar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team