Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bendera Mesir (unsplash.com/Ali Othman)

Jakarta, IDN Times - Jurnalis dan aktivis Mesir mengadakan protes di depan markas besar Serikat Jurnalis di pusat kota Kairo pada Minggu (3/11/2024) malam. Mereka menyuarakan penolakan mereka terhadap lewatnya kapal perang Israel melalui Terusan Suez.

Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan anti-Israel dan mengecam sikap pemerintah Mesir terhadap agresi militer Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 43 ribu warga Palestina. Konflik tersebut bahkan telah meluas hingga ke Lebanon dalam beberapa bulan terakhir.

"Kalian telah menyeret (bangsa kami) ke dalam lumpur," teriak massa yang marah.

Jumlah pengunjuk rasa yang hadir relatif sedikit mengingat acara tersebut tidak dipublikasikan karena khawatir akan akan dilarang oleh pihak berwenang. Pasukan keamanan kemudian segera mengamankan area tersebut.

1. Mengizinkan kapal perang Israel melintasi Terusan Suez dianggap sebagai tindakan provokatif

Protes tersebut terjadi hampir dua hari setelah sebuah kapal perang Israel terlihat melintasi Laut Merah di kota Port Fuad, bagian timur laut Mesir, melalui Terusan Suez. Kapal yang berlayar dari Mediterania menuju Laut Merah itu mengibarkan bendera Israel dan Mesir. Hal ini sontak memicu kemarahan di kalangan warga Mesir yang pro-Palestina.

"Siapa yang akan kalian bunuh dengan menggunakan (kapal) itu?" tanya seorang perempuan dalam sebuah video yang merekam peristiwa tersebut.

Terusan Suez adalah salah satu jalur maritim paling penting di dunia sekaligus sumber utama pendapatan nasional Mesir. Namun, selama beberapa bulan terakhir, jalur tersebut mengalami pukulan yang signifikan setelah kelompok Houthi di Yaman menyerang kapal-kapal internasional yang melintasi Laut Merah sebagai respon atas perang Israel di Gaza.

“Mengizinkan kapal perang Israel melintasi Terusan Suez, terutama pada masa-masa sulit seperti ini, adalah tindakan yang keterlaluan dan provokatif,” kata salah satu penyelenggara protes tersebut, yang menolak disebutkan namanya karena alasan keamanan, kepada The New Arab.

2. Otoritas sebut mereka berpegang pada Konvensi Konstantinopel 1988

Editorial Team

EditorFatimah

Tonton lebih seru di