Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Gencatan Senjata atau Tidak, Israel Tetap Paksa Hizbullah Mundur

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. (Twitter.com/Prime Minister of Israel)
Intinya sih...
  • Netanyahu bertekad untuk terus memaksa Hizbullah mundur dari Lebanon Selatan.
  • Amerika Serikat berupaya menjadi mediator gencatan senjata, namun langkah tersebut masih ragu dilaksanakan.
  • Konflik antara Israel dan Hizbullah terus meningkat dengan serangan udara dan roket yang menewaskan puluhan orang.

Jakarta, IDN Times – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tak terlalu peduli terkait upaya gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel. Ia mengatakan akan tetap berusaha untuk memaksa Hizbullah mundur dari Lebanon Selatan.

”Ada gencatan senjata atau tidak, kunci untuk mengembalikan penduduk kami di utara ke rumah mereka dengan aman adalah menjauhkan Hizbullah dari seberang Sungai Litani,” katanya saat berkunjung ke perbatasan utara, dilansir Jerussalem Post, Minggu (3/11/2024).

Dalam sebuah video pendek yang menunjukkan dirinya mengenakan jaket antipeluru berwarna khaki, Netanyahu bersumpah bahwa IDF akan menggagalkan upaya Hizbullah untuk mempersenjatai dirinya kembali. Ia juga akan menanggapi dengan tegas berbagai operasi kelompok tersebut ke depannya.

1. Gencatan senjata Israel-Hizbullah gagal

Bendera Hizbullah Lebanon (twitter.com/Jewish Community)

Amerika Serikat (AS) belakangan ini berupaya untuk menjadi mediator kedua pihak dalam upaya gencatan senjata. Perwakilan AS untuk Timur Tengah, Amos Hochstein, bahkan sempat mengatakan bahwa kedua pihak akan mencapai kesepakatan damai sebelum pemilihan AS pada 5 November.

Dilansir Reuters, AS telah mengajukan gencatan senjata selama 60 hari. Langkah itu disertai dengan penaarikan pasukan Hizbullah dari perbatasan dan digantikan oleh pasukan pemerintah Lebanon. Sebanyak 10 ribu tentara Lebanon akan dikerahkan ke sepanjang perbatasan.

Namun, langkah tersebut tak akan terjadi dalam waktu dekat. Seorang diplomat AS mengaku ragu atas upaya tersebut.

"Itu sama sekali tidak realistis karena beban yang dibebankan pada tentara Lebanon untuk menyelesaikan masalah ini," kata seorang diplomat Barat.

Ia meambahkan bahwa Israel telah meminta kepada AS untuk berpartisipasi dalam pengerahan pasukan di sepanjang perbatasan untuk kepentingan keamanannya. Namun diplomat tersebut mengatakan langkah semacam itu tak dapat dilaksanakan.

2. Serangan masih terus berlanjut

Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant (kiri), bersama Kepala IDF, Herzi Halevi (tengah), saat operasi penargetan Pemimpin Tertinggi Hizbullah, Hassan Nasrallah. (instagram.com/israeliairforce)

Baik Israel maupun Hizbullah masih sering melancarkan serangan ke wilayah mereka satu sama lain. Pada Sabtu, Hizbullah mengklaim telah meluncurkan serangan ke arah pangkalan militer Tel Aviv, Israel.  

Dilansir Anadolu Agency, pangkalan militer Glilot merupakan fasilitas intelijen utama dan rumah bagi Unit 8200 Angkatan Darat, yang bertanggung jawab atas pengumpulan intelijen dalam divisi intelijen militer. Pangkalan ini juga menampung sekolah intelijen militer dan markas besar badan mata-mata Israel, Mossad.

Adapun Israel telah meningkatkan kampanye udaranya di Lebanon sejak akhir September. Hampir 2.900 orang tewas dan lebih dari 13.000 orang terluka dalam serangan Israel sejak Oktober lalu, menurut otoritas kesehatan Lebanon.

Israel memperluas konflik dengan melancarkan serangan ke Lebanon selatan pada 1 Oktober.

3. Naim Qassem berjanji lanjutkan serangan terhadap Israel

Kelompok Lebanon, Hizbullah mengumumkan Naim Qassem, Wakil Sekretaris Jenderal, sebagai pemimpin baru kelompok tersebut, Selasa (29/10/2024). ANTARA/Anadolu/py/am.

Pada Kamis lalu, serangan roket Hizbullah ke Israel juga menewaskan tujuh orang di Israel utara. Serangan itu menjadi salah satu serangan mematikan dalam beberapa bulan terakhir.

”Seorang petani Israel dan empat pekerja pertanian Thailand tewas ketika roket mendarat di dekat Metula, sebuah kota di perbatasan dengan Lebanon,” kata pejabat Israel dan Thailand, dilansir BBC.

Kondisi ini memperlihatkan bahwa eskalasi konflik di Lebanon dan Israel masih terus meningkat. Pada awal pekan lalu, Sekretaris Jenderal Hizbullah yang baru dilantik, Naim Qassem, berkomitmen untuk melanjutkan perjuangan pendahulunya, Hassan Nasrallah.

Ia mengatakan akn tetap melancarkan serangan terhadap Israel. Namun demikian, upaya gencatan senjata juga masih bisa dipertimbangkan, selama cocok antara kedua pihak dan bisa disepakati.

Nasrallah tewas dalam sebuah serangan Israel pada akhir September lalu. Terbunuhnya Nasrallah menjadi salah satu pukulan telah bagi kelompok tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us