Menurut Rebeca Fernández, direktur keamanan pangan, penelitian dan inovasi di FoodDrinkEurope, mengasosiasikan konsumsi makanan olahan dengan industri tembakau dan bahan bakar fosil adalah hal yang tidak bertanggung jawab dan sangat menyesatkan.
"Kita semua membutuhkan makanan, dan kita semua membutuhkan makanan olahan. Sayangnya laporan WHO tidak mengakui bahwa tidak ada definisi yang disepakati mengenai apa itu makanan ultra-olahan, apalagi dampaknya terhadap kesehatan," tuturnya.
Ulrich Adam, direktur jenderal spiritEurope, yang mewakili industri minuman beralkohol di Eropa, juga mempertanyakan metodologi WHO yang menurutnya merusak kredibilitas industri tersebut.
“Meskipun masih banyak yang harus dilakukan untuk mengatasi penggunaan alkohol yang berbahaya di Eropa, konsumsi alkohol telah menurun sebesar 10 persen sejak tahun 2010, dan kematian terkait dengan alkohol telah menurun lebih dari 30 persen pada periode yang sama," ujar Adam.
Sementara itu, Nathalie Darge, direktur jenderal Tobacco Europe, yang mewakili tiga produsen tembakau terbesar, mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk mengurangi dampak buruk dari merokok dengan berinvestasi pada produk tembakau dan nikotin baru yang inovatif dan berpotensi tidak terlalu berbahaya.
“Ini adalah kesempatan unik untuk mengurangi bahaya yang terkait dengan merokok dan berkontribusi pada tujuan rencana Pemberantasan Kanker Eropa," tambahnya