Ilustrasi bendera Israel. (pexels.com/Leonid Altman)
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan pada 21 Maret bahwa Tel Aviv akan meningkatkan kampanye militer melawan Hamas dan menggunakan semua tekanan militer dan sipil, termasuk evakuasi penduduk Gaza ke selatan. Serta, melaksanakan rencana migrasi sukarela Presiden AS Donald Trump untuk penduduk Gaza.
Operasi darat tersebut dilakukan setelah Israel menghancurkan gencatan senjata selama hampir dua bulan di Gaza pada Selasa (18/3/2025), dengan gelombang pemboman yang tiada henti setelah memberlakukan blokade baru di wilayah Palestina. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 590 orang, termasuk sekitar 200 anak-anak terbunuh dalam serangan baru tersebut.
Israel mengatakan pihaknya melanjutkan serangannya setelah Hamas gagal menyetujui gencatan senjata versi baru. Tel Aviv menginginkan perpanjangan fase pertama dari gencatan senjata tiga fase dan pembebasan sebagian besar dari 59 tawanan yang tersisa di Gaza, tanpa berkomitmen untuk mengakhiri perang.
Sementara itu, Hamas telah menekankan bahwa mereka ingin berpegang pada kesepakatan awal yang ditandatangani pada Januari, yang mana kedua belah pihak seharusnya memulai negosiasi pada tahap kedua kesepakatan. Dalam perjanjian tersebut akan membahas pembebasan tawanan yang tersisa, penarikan pasukan Israel dari daerah kantong tersebut, dan penghentian permusuhan secara permanen.
Genosida Israel di Gaza telah membunuh 49.747 warga Palestina dan 113.213 lainya mengalami luka-luka.