Yusuf Cat Stevens Harapkan Lebih Banyak Selebritas yang Dukung Gaza

Dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, Yusuf memposting versi lagu The Little Ones tahun 1997 yang belum pernah dirilis. Lagu tersebut ditulisnya setelah tragedi genosida Bosnia pada 1995 yang menewaskan ribuan warga sipil. Adapun tragedi itu berdampak besar pada Yusuf sehingga membuatnya kembali bermain gitar.

Berikut penggalan lagu tersebut:

Oh, mereka sudah membunuh semua anak kecil, sementara wajah mereka masih tersenyum,

Dengan senjata dan kemarahan mereka, mereka menghapus kehidupan muda mereka. Tidak lagi tertawa, tidak lagi menjadi anak-anak.

“Itu adalah salah satu lagu pertama yang saya tulis setelah meninggalkan bisnis musik pada tahun 1981,” tuturnya.

“Karena dampak emosional yang saya dan keluarga saya rasakan, menyaksikan pembantaian anak-anak yang sedang berlangsung dalam perang, saya harus mengungkapkan kesedihan saya dengan menulis lagu itu,”

Selama enam dekade berkarier, penderitaan anak-anak telah menjadi motif utama dalam lagu-lagu Yusuf.

Dalam lagunya, Where do the Children Play pada 1970-an, ia menyesali peran destruktif industrialisasi terhadap lingkungan. Sementara Father and Son, yang juga dirilis pada tahun yang sama, merupakan komentar sosial tentang kesenjangan generasi yang semakin lebar dan permohonan pengertian.

“Kekanak-kanakan dalam diri saya tidak hilang, dan selalu hadir dalam pandangan saya terhadap kehidupan dan pekerjaan,” katanya.

Yusuf menjadi seorang mualaf pada 1977. Baginya, itu adalah pemenuhan atas perjalanan hidupnya dan juga keinginannya untuk mengubah dunia, namun hal itu harus dimulai dari diri sendiri.

“Al-Quran menyadarkan saya akan kebenaran tanpa filter. Jika lebih banyak orang di dunia dapat menjaga kejernihan masa muda dan wawasan tajam mereka terhadap kebenaran, keadilan, dan tanda-tanda kemunafikan, dunia akan menjadi tempat yang lebih baik untuk dihuni.”

Yusuf mengakhiri percakapan dengan merujuk pada salah satu lagunya yang cukup terkenal, Wild World, yang dirilis pada 1970.

“Keyakinan dan harapan diperlukan untuk bertahan hidup di dunia yang liar ini, dan anak-anak memiliki cadangan yang sangat besar dari dua kualitas manusia yang sangat penting tersebut,” katanya.

Baru-baru ini, aktris Hollywood sekaligus aktivis kemanusiaan Angelina Jolie ikut menyuarakan kritik keras terhadap Israel atas tindakan militernya di Gaza. Dalam postingan yang diunggahnya di Instagram pada Rabu (1/11/2023), ia mengecam keras serangan udara Israel yang menghancurkan kamp pengungsi terbesar di Gaza, Jabalia.

“Ini adalah pemboman yang disengaja terhadap populasi yang terjebak dan tidak punya tempat untuk melarikan diri. Gaza telah menjadi penjara terbuka selama hampir dua dekade dan dengan cepat menjadi kuburan massal. 40 persen dari mereka yang terbunuh adalah anak-anak yang tidak bersalah. Seluruh keluarga dibunuh," tulis Jolie.

Perempuan berusia 48 tahun itu juga menuduh para pemimpin global ikut terlibat dalam kejahatan kemanusiaan tersebut karena sikap diam mereka. Ia pun menuntut pihak yang terlibat untuk mendorong gencatan senjata kemanusiaan di Gaza.

Selain itu, hampir 250 selebriti, termasuk Ben Affleck, Gigi Hadid, Jessica Chastain, dan Drake, juga ikut menandatangani surat terbuka kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden di situs www.artists4ceasefire.org, yang menyerukan gencatan senjata segera dalam peperangan Israel dan Palestina, dilansir Helsinki Times.