Hamas Enggan Negosiasi jika Israel Kekeuh Menyerang Rafah 

Hamad tidak mau bernegosiasi dalam situsi perang

Jakarta, IDN Times – Pejabat senior Hamas Osama Hamdan, pada Rabu (1/2/2024), mengutarakan keengganan kelompoknya untuk bernegosiasi dengan Israel jika invasi ke Rafah dilanjutkan.

”Negosiasi akan dihentikan karena perlawanan tidak melakukan negosiasi di bawah serangan,” kata Hamdan, dilansir dari The Jerusalem Post.

Hamdan mengungkap bahwa kekuatan Hamas masih kokoh sejauh ini, sementara kekuatan Israel perlahan mulai menurun. Ia mengklaim bahwa Hamas akan selalu siap untuk menyerang musuh.

Menurutnya, kontak dengan para pimpinan Hamas lainnya seperti Yahya Sinwar di Gaza, juga masih terus dilakukan untuk memantau gerakan Hamas di lapangan. Koordinasi dengan poros perlawanan juga tetap rutin dilakukan.

”Salah satu hasil terpenting dari pertempuran ini adalah meningkatnya kekuatan poros perlawanan. Apa yang terjadi melalui respons Iran terhadap entitas Zionis menciptakan sebuah persamaan baru," tambahnya.

1. Mediasi gencatan senjata masih terus dilakukan

Hamas Enggan Negosiasi jika Israel Kekeuh Menyerang Rafah Seorang pria membawa bendera Palestina di tengah asap hitam. (pixabay.com/Hosny_Salah)

Pada Selasa, sumber Hamas mengatakan bahwa ada suasana berbeda dalam proposal gencatan senjata yang terbaru. Delegasi Hamas kembali ke Doha, Qatar untuk berkonsultasi setelah bertemu dengan para mediator di Kairo, Mesir.

“Delegasi mendengarkan klarifikasi para mediator mengenai beberapa poin ambigu dalam proposal gencatan senjata terbaru,” kata sumber tersebut.

Israel kini masih menunggu jawaban Hamas terhadap usulan Mesir, tetapi tidak akan tiba dalam beberapa hari.

Hamdan mengatakan, pihaknya akan mempertimbangkan upaya mediasi yang dilakukan oleh pihak lain.

"Kami menyambut baik mediasi China dan tidak peduli dengan peran wajib apa pun. Musuh mencoba memeras semua orang dalam Pertempuran Rafah," katanya.

Upaya mediasi antara Hamas dan Israel kini masih terus berlangsung. Mediator keduanya adalah Qatar dan Mesir. Namun, belum ada tanda-tanda kesepakatan kedua pihak akan tercapai.

Baca Juga: Warga Gaza Berusaha Evakuasi Ribuan Jenazah dengan Peralatan Minim

2. AS paksa Hamas terima kesepakatan

Hamas Enggan Negosiasi jika Israel Kekeuh Menyerang Rafah Pertemuan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dengan Perdana Menteri sekaligus Menlu Qatar, Selasa 5 Maret 2024 di Washington AS. (twitter.com/@SecBlinken)

Amerika Serikat (AS), di lain pihak, terus menekan Hamas untuk menyepakati gencatan senjata dengan Israel. Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengatakan Israel telah membuat kompromi yang sangat penting dalam upaya gencatan senjata dan sekarang bergantung pada Hamas untuk menyelesaikan kesepakatan tersebut.

“Tidak ada waktu untuk tawar-menawar lebih lanjut. Kesepakatannya sudah ada,” kata Blinken, sesaat sebelum dia meninggalkan Israel, dilansir AP.

Sebelumnya, dia mengatakan dalam pembicaraan dengan Presiden Israel Isaac Herzog di Tel Aviv, bahwa Hamas akan menanggung kesalahan atas kegagalan mencapai kesepakatan.

“Tidak ada penundaan, tidak ada alasan. Saatnya sekarang,” katanya.

Blinken mengatakan kesepakatan itu juga akan memungkinkan bantuan kemanusiaan seperti makanan, obat-obatan, dan air yang sangat dibutuhkan untuk masuk ke Gaza.

3. Konflik di Gaza terus berlanjut

Hamas Enggan Negosiasi jika Israel Kekeuh Menyerang Rafah Pasukan militer Israel dalam sebuah aksi penyelematan nyawa yang dilakukan oleh Unit 669 (Unit Penyelamatan Khusus Taktis) selama perang di Gaza. (instagram.com/@israeliairforce)

Konflik di Gaza saat ini masih terus berlanjut. Sebanyak 34 ribu lebih warga Gaza yang tewas sejauh ini, sementara 77 ribu lainnya mengalami luka-luka.

Perang telah memicu krisis kemanusiaan, mendorong Gaza utara ke ambang kelaparan, dan membuat sekitar 80 persen dari 2,3 juta penduduknya mengungsi.

Blinken mengklaim ada kemajuan dalam upaya peningkatan aliran bantuan. Pada Rabu, Israel membuka kembali penyeberangan Erez untuk pengiriman bantuan ke Gaza utara untuk pertama kalinya sejak serangan pada 7 Oktober.

Selain itu, 50 persen pembangunan dermaga sementara di lepas pantai Gaza untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan juga telah selesai, sebagaimana dilaporkan Anadolu. Dermaga apung ini akan digunakan untuk menyalurkan bantuan lewat laut yang dimulai pada awal Mei.

Baca Juga: Kolombia Akan Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel 

Zidan Patrio Photo Verified Writer Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya