Hamas-Fatah Diskusi soal Masa Depan Palestina Usai Perang Berakhir

Hamas menginginkan negara Palestina merdeka

Jakarta, IDN Times – Faksi politik Palestina Hamas dan Fatah mulai membicarakan terkait masa depan Jalur Gaza dan Tepi Barat pasca perang. Mereka menginginkan negara Palestina yang merdeka.

Hal ini disampaikan oleh Husam Badran, anggota biro politik Hamas yang berbasis di Doha. Ia berbicara kepada Wall Street Journal di pinggiran ibu kota Qatar, Rabu (20/12/2023).

“Kami tidak bertarung hanya karena kami ingin bertarung. Kami bukan pendukung permainan zero-sum,” katanya dalam wawancara, dikutip Al Jazeera.

“Kami ingin perang berakhir. Kami ingin mendirikan negara Palestina di Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem,” tambahnya.

1. Negosiasi gencatan senjata diupayakan

Hamas-Fatah Diskusi soal Masa Depan Palestina Usai Perang BerakhirRapat DK PBB pada Jumat 8 Desember 2023 (twitter.com/@antonioguterres)

Pada kesempatan berbeda, Ketua Hamas Ismail Haniyeh dijadwalkan mengunjungi Mesir pada Rabu untuk berdiskusi mengenai gencatan senjata di Gaza. Ia juga akan membicarakan potensi pertukaran tahanan dengan Israel.

Haniyeh, yang saat ini berada di Qatar, akan memimpin delegasi terkemuka Hamas ke Mesir, di mana ia akan terlibat dalam diskusi antara lain dengan kepala intelijen Mesir Abbas Kamel.

“Diskusi tersebut akan membahas terkait penghentian agresi dan perang untuk mempersiapkan kesepakatan bagi pembebasan tahanan dan mengakhiri pengepungan yang diberlakukan di Jalur Gaza,” kata sebuah sumber anonim dilansir Middle East Eye.

Baca Juga: Nelayan Gaza Nekat Melaut di Tengah Ancaman Kapal Israel

2. Krisis kemanusiaan di Gaza semakin parah

Hamas-Fatah Diskusi soal Masa Depan Palestina Usai Perang BerakhirWarga Gaza di tengah krisis air. (twitter.com/@wafa_Gaza)

Laporan UNICEF terbaru mengungkap ada kemungkinan jumlah korban tewas dalam konflik akan meningkat akibat kebutuhan dasar yang tidak tercukupi. Sistem sanitasi yang buruk akan menimbulkan penyakit menular dan membunuh lebih banyak orang.

Hal ini diperparah oleh sistem kesehatan yang mulai runtuh selama blokade Israel. Rumah sakit Al-Awda adalah salah satu yang selama sepekan terakhir dikepung oleh serangan.

“Rumah Sakit Al-Awda masih menampung puluhan pasien, 14 di antaranya adalah anak-anak. Rumah sakit tersebut sekarang kehabisan persediaan penting seperti anestesi umum dan oksigen,” lapor Medecins Sans Frontieres (MSF) di Twitter.

Pejabat senior PBB, Tor Wennesland, pada Selasa mengeluhkan terkait bantuan yang disalurkan masuk ke Gaza. Menurutnya, bantuan tersebut jauh dari apa yang dibutuhkan.

“Pengiriman bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza terus menghadapi tantangan yang hampir tidak dapat diatasi,” kata Wennesland.

3. Jumlah korban meningkat

Hamas-Fatah Diskusi soal Masa Depan Palestina Usai Perang BerakhirAnak-anak di Gaza. (twitter.com/@UNICEF)

Konflik antara Israel dan Palestina masih terus berlanjut. Laporan terbaru menyebut bahwa korban tewas di Gaza hampir mencapai 20 ribu jiwa.

Sementara itu, sebagai dukungan terhadap perjuangan Hamas, milisi Houthi di Yaman juga mengadakan blokade di wilayah Laut Merah. Pembajakan kapal dilakukan yang memicu kemarahan internasional.

Pada Selasa, Amerika Serikat membentuk koalisi untuk memerangi Houthi yang dianggap mengganggu jalur pelayaran internasional itu.

Baca Juga: Ketua ICRC: Perang di Jalur Gaza Tunjukkan Kegagalan Moral Dunia

Zidan Patrio Photo Verified Writer Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya