PBB: 40 persen Penduduk Tigray di Ethiopia Kelaparan

Penduduk Tigray berusaha menghemat makanan

Jakarta, IDN Times – Perang yang berkecamuk selama 15 bulan terakhir telah menyebabkan sekitar 40 persen penduduk Tigray di Ethiopia kekurangan makanan ekstrim. Hal itu diungkap dalam laporan Program Pangan Dunia (WFP) yang dirilis pada Jumat (28/1/2022), dikutip dari Reuters.

Selama musim panas, bantuan yang disalurkan oleh lembaga-lembaga kemanusiaan meningkat. Meski begitu, sejak Desember 2021, tidak ada sama sekali konvoi bantuan pangan yang memasuki wilayah Tigray.

Akibatnya, banyak penduduk yang menggunakan strategi ekstrim seperti mengurangi jumlah makanan mereka setiap harinya.

1. Kerawanan pangan dan gizi buruk  

PBB: 40 persen Penduduk Tigray di Ethiopia KelaparanIlustrasi (twitter.com/UN OCHA Ethiopia)

Dalam laporan WFP, sebanyak 83 persen penduduk Tigray mengalami kerawanan pangan. Sehingga, keluarga yang termasuk dalam kategori tersebut harus melakukan apapun agar bisa menghemat makanan untuk tetap mempertahankan hidup.

Dalam hal gizi, survei menemukan bahwa 13 persen anak Tigray di bawah usia 5 tahun dan setengah dari semua wanita hamil dan menyusui mengalami kekurangan gizi. Hal itu dapat menyebabkan hasil kehamilan yang buruk, berat badan lahir rendah, pengerdilan, dan kematian ibu.

Di wilayah tetangganya, Amhara, kelaparan meningkat lebih dari dua kali lipat dalam lima bulan karena pertempuran antara Pasukan Pertahanan Nasional Ethiopia (ENDF) dan Pasukan Tigray (TF). Lebih dari 14 persen balita dan hampir sepertiga ibu hamil dan menyusui kekurangan gizi.

Sementara di wilayah Afar, di sebelah timur Tigray, tingkat kelaparan dan kekurangan gizi juga meningkat akibat konflik. Data pemeriksaan kesehatan terbaru menunjukkan bahwa angka gizi buruk pada balita berada pada 28 persen, jauh di atas ambang batas darurat standar 15 persen.

“Laporan suram ini menegaskan kembali bahwa apa yang dibutuhkan orang-orang di Etiopia utara adalah meningkatkan bantuan kemanusiaan, dan mereka membutuhkannya sekarang,” kata Michael Dunford, Direktur Regional WFP untuk Afrika Timur.

2. Bantuan sulit masuk karena konflik yang berkecamuk 

PBB: 40 persen Penduduk Tigray di Ethiopia KelaparanPasukan militer di Ethiopia (twitter.com/News Central TV)

Dilansir Reuters, laporan itu muncul akibat kekhawatiran dunia internasional atas akses kemanusiaan ke wilayah Tigray yang kembali meningkat.

Pemerintah Ethiopia mengatakan pekan lalu bahwa 43 truk akan mengirimkan bantuan ke Tigray. Namun, tidak ada truk yang tiba karena pertempuran berkecamuk di sepanjang perbatasan antara wilayah Afar dan Tigray.

Pada hari Jumat, pemerintah mengatakan konvoi yang membawa makanan dan obat-obatan terpaksa mundur karena pertempuran yang dituduhkan pada Pasukan Pembebas Rakyat Tigray (TPLF).

Seorang dokter Rumah Sakit Rujukan Ayder di ibukota regional Tigray, Mekelle, mengaku bahwa staf rumah sakit belum dibayar dalam delapan bulan. Beberapa dokter dan perawat bahkan merawat anak mereka sendiri di rumah sakit itu karena mengalami kekurangan gizi. Beberapa staf lainnya terpaksa mengemis makanan.

Sementara, juru bicara pemerintah, Legesse Tulu, tidak segera menanggapi permintaan komentar atas laporan WFP. Pada hari Senin ia menuduh TPLF menggunakan kelaparan sebagai alat politik.

Baca Juga: Ethiopia Tuduh Kepala WHO Dukung Pemberontak TPLF

3. WFP butuh dana 4,8 Trilliun untuk kirimkan bantuan 

PBB: 40 persen Penduduk Tigray di Ethiopia KelaparanTruk-truk WFP pengangkut bantuan kemanusiaan di wilayah Tigray, Ethiopia. (twitter.com/Logistics Cluster)

WFP mengaku saat ini membutuhkan dana sebanyak 337 juta dollar AS (Rp4,8 Trilliun) untuk mengirimkan bantuan selama enam bulan ke depan untuk penduduk di Ethiopia utara. Mereka juga mengatakan bahwa bantuan yang ada saat ini diperkirakan akan habis pada Februari mendatang.

Sementara itu, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan pada hari Jumat bahwa semua kelompok bantuan internasional yang beroperasi di Tigray kehabisan bahan bakar dan mengirimkan bantuan dengan berjalan kaki. 

Juru bicara OCHA, Jens Laerke, mengatakan kepada wartawan di Jenewa, dia telah diberitahu oleh lembaga bantuan bahwa jika konflik tetap terjadi mereka tidak akan menyalurkan bantuan apapun pada bulan Februari.

Konflik di wilayah Tigray telah berlangsung sejak akhir tahun 2020 antara TPLF dan pasukan pemerintah pusat. Puluhan ribu orang telah tewas dan jutaan lainnya mengungsi selama setahun terakhir.

Perdana menteri, Abiy Ahmed, telah mengumumkan kemenangan atas pasukan Tigray pada 28 November setelah pasukan federal merebut ibu kota Tigray, Mekelle, tetapi pertempuran terus berlanjut. Dalam beberapa bulan, serangkaian serangan balik dilakukan oleh TPLF untuk merebut kembali beberapa kota yang dikuasai pasukan pemerintah pusat.

Baca Juga: Redakan Tensi, Ethiopia Bebaskan Tahanan Politik

Zidan Patrio Photo Verified Writer Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya