Instruktur tari Morgan Jenkins membuat video di depan sebuah mural bertema COVID-19 di Los Angeles, California, Amerika Serikat, pada 3 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Mario Anzuoni
Milladine Lubis, direktur pemasaran dan komunikasi Nielsen Research untuk Indonesia dan Asia Tenggara bercerita bahwa kantornya melakukan work from home (WFH) sejak pertengahan Maret 2020, dan ini berlaku di semua kantor kawasan. Bahkan ada negara seperti Vietnam yang lebih dulu melakukan semacam lockdown alias karantina wilayah. Praktis semua kegiatan dilakukan secara virtual, dan Nielsen sudah menyiapkan prosedur operasional standar untuk diberlakukan jika sudah ada relaksasi di masing-masing wilayah.
“Sangat bergantung kepada keputusan pemerintah, dan kesiapan karyawan juga. Apakah karyawan sudah merasa nyaman dan aman untuk masuk kantor lagi. Situasinya tidak akan pernah sama,” kata Mila.
Kiki Zulkarnain, deputi kepala pemrograman dan produksi di stasiun ANTV, mengatakan sejak pertengahan Maret praktis produksi TV menjalani new normal. “Pesbukers kan masih jalan. Untuk program sahur juga. Tapi, semua pengisi acara menerapkan protokol kesehatan termasuk menggunakan face shield,” kata Kiki.
“Jumlah penonton selama pandemik juga meningkat lumayan,” imbuh Kiki.
Data Nielsen menunjukkan, sejak diberlakukannya WFH dan PSBB, kepemirsaan TV naik rata-rata 12 persen dari periode normal. Segmen kelas atas naik lebih tinggi, yaitu 14 persen, dengan durasi menonton TV yang meningkat menjadi 5 jam 46 menit.
Menurut Kiki, meskipun pandemik corona memicu akselerasi digital, termasuk kebiasaan menonton program televisi dari siaran streaming, tetap saja jauh lebih banyak yang menonton televisi dari stasiun free to air. “Berapa banyak sih yang sudah langganan tv berbayar? Juga yang streaming?” kata Kiki.
Menurutnya, televisi harus menyiapkan strategi pascapandemik, termasuk jika harus meneruskan produksi dengan protokol kesehatan. “Kami karyawan juga demikian. Saya masih sering masuk kantor karena kalau di TV kan tidak ada yang sepenuhnya WFH. Siaran harus berjalan nonstop, apalagi di Ramadan ini ada pola acara prime time di dini hari saat sahur juga,” ujar Kiki.
Cahyarina Asri, Senior Vice President Legal di 4 televisi di grup MNC menyoroti disiplin masyarakat dalam menjalankan PSBB. “Harus ada sanksinya, dan ditegakkan. Kalau tidak ada, ya masyarakat merasa tidak harus patuh. Apalagi jika dia harus berkantor selama PSBB,” kata Yarin.
Senada dengan Kiki, bisnis televisi terpengaruh dalam hal produksi program. “Sinetron yang jadi salah satu keunggulan RCTI misalnya tidak bisa produksi. Tapi keinginan orang dapat informasi meningkat,” ujarnya.
Poppy Imlati, pengusaha yang mendirikan Souk.id dan Ways To Fit, juga harus menyesuaikan bisnis dengan situasi pandemik. “Souk.id, yang bergerak di bidang fesyen kaftan, tentu kian gencar lakukan penjualan secara daring. Sementara Ways to Fit, studio fitness kini menyajikan layanan aktivitas virtual secara gratis setiap hati Pukul 10.00 wib lewat Instagram,” kata Poppy. Layanan berbayar dilakukan di sore hari.
Selama pandemik, Poppy juga melakukan kegiatan membantu UMKM keripik di Solo, Souk Ahad Market untuk mempromosikan usaha kecil lain di akun Instagram mereka. “Bisnis itu tujuannya bukan cuma uang, tapi ini saatnya kita give back to the community,” kata Poppy.
Kiki, Mila, Cahyarina dan Poppy saya wawancarai lewat Live IG pekan lalu. Kami bicara soal bagaimana adaptasi new normal di bidang masing-masing.
Sutradara Fajar Nugros dan istrinya, produser Susanti Dewi mengakui pandemik ini adalah masa sulit bagi industri film. Semua kegiatan produksi terhenti. “Jika nanti mulai lagi, maka kita harus sesuaikan dengan protokol kesehatan. Misalnya, jumlah kru yang kian terbatas kah, jumlah hari shooting juga harus disesuaikan,” kata Santi yang kini menjadi Head of IDN Pictures, perusahaan film dalam grup IDN Media.
Fajar Nugros mengatakan sangat mungkin ide kreatif dari film yang sedang dalam proses dibuat atau film baru, akan memasukkan suasana dan tema terkait pandemik COVID-19 di dalamnya. “Film adalah bagian dari bidang kreatif yang perlu selalu relevan dan tidak terlepas dari situasi masyarakatnya,” ujar Fajar. Keduanya saya wawancara lewat Live Instagram pula pada Jumat (15/5/2020).
Meminjam istilah yang disampaikan Chairul Tanjung, semua kegiatan harus memikirkan tidak hanya saat ini, ketika pandemik masih berlangsung. “Buy the future with present value. Di setiap krisis, selalu ada peluang,” kata CT.
Kita harus antisipasi jauh ke depan. Bagaimana kegiatan tahun 2021, bahkan 2022 atau lebih jauh lagi. Karena ini masa menunggu datangnya vaksin. Sesudah vaksin ditemukan, perlu waktu untuk memproduksi secara massal dan menyebarluaskan ke seluruh dunia.