Terjadinya aksi teror terhadap salah seorang penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi adalah gambaran kejahatan yang selalu mengintai. Ia menunggu saat-saat yang tepat tanpa siapa pun mengetahui hari dan jam bilamana ia akan beraksi. Bergerak dengan senyap bagai pencuri di malam hari. Kita yang ketika itu sedang tertidur atau sedikit saja lengah, terlambat untuk menyadari kehilangan yang menimpa kita.
Mereview kembali apa yang terjadi minggu lalu, Senin, 12 April 2017, KPK mendapatkan teror dari orang misterius dengan disiramnya Novel Baswedan salah seorang penyidik senior KPK dengan air keras yang bersifat korosif, Asam Sulfat. Lantai beton yang keras di lokasi kejadian saja bisa rusak dan berubah warna akibat terkena cairan asam ini, bisa dibayangkan bagaimana kondisi kulit wajah bila terkena siraman itu?
Kulit wajahnya hancur, dan matanya mengalami gangguan penglihatan yang sangat mungkin sekali mengalami kebutaan. Kasihan sekali.
Mungkin nyata apa yang dikatakan oleh Thomas Hobbes, bahwa “Manusia merupakan serigala bagi manusia lainnya.” Sejarah banyak mengisahkan tentang kebuasan umat manusia, salah satu contohnya Perang Dunia. Manusia saling menaklukkan satu sama lain, saling membunuh dan ingin berkuasa atas sesamanya! Bahkan Indonesia sendiri banyak kisah-kisah demikian yang tanpa kita sadari sebenarnya terjadi di sekitar kita.
Insiden penyiraman sangat mungkin dikarenakan Novel saat ini sedang menangani perkara E-KTP. Tidak main-main, nilai kerugian ditaksir lebih dari Rp 5 triliun. Besarnya kerugian negara seperti disampaikan oleh salah seorang komikus di acara Stand Up Comedy, “Apabila 5T ini dibuat Pepeda, rakyat Indonesia bisa lengket semua!”
Perkara yang melibatkan banyak petinggi negeri ini sangat mungkin sekali melatarbelakangi terror pada KPK. Aksi nekat oleh orang-orang yang merasa boroknya akan segera dibuka, tidak mau orang melihat bahkan mencium kebusukan yang ada dibalik penampilan terhormat mereka selama ini.
Bayangan ke depan, mungkin terror yang terjadi akan lebih mengerikan, menimpa lebih banyak orang, bahkan mungkin akan lebih nekat daripada apa yang dapat kita saksikan saat ini.
Abraham Samad mantan Ketua KPK bahkan mengatakan bahwa insiden yang menimpa Novel bukanlah satu-satunya terror, karena hampir setiap waktu aparat KPK mengalami terror. Dapat dikatakan bahwa ancaman dari orang tak dikenal telah menjadi gaya hidup yang harus dinikmati setiap hari sebagai keluarga.
Melihat wajah KPK yang mengalami terror, masyarakat sangat khawatir. tetapi di satu sisi masyarakat melihat ada harapan bagi bangsa Indonesia untuk menjadi lebih baik di hari depan.
Makin dizholimi dan dianiayanya KPK, makin terlihat bahwa lembaga ini sungguh-sungguh bekerja bagi kebaikan bangsa. Makin sering diterornya KPK, membuktikan bahwa ada sekelompok orang-orang yang resah dengan kehadiran lembaga ini di dalam memberantas KKN. Semakin nyaring dan semakin sering muncul isu-isu untuk merevisi UU KPK, semakin tampak adanya upaya untuk mematikan suara hati nurani rakyat yang menafasi KPK.
Ada makna di setiap peristiwa begitu juga ada pengharapan di balik teror.