Semua orang tentu berharap agar perdamaian yang tercapai antara Israel dan Palestina di Timur Tengah pada 13 Oktober 2025 yang lalu akan langgeng. Kesepakatan ini ditandatangani di Mesir oleh PM Netanyahu, Presiden Mahmud Abbas, Presiden AS Donald J. Trump, Presiden Perancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Italy Georgia Meloni, Presiden Mesir Abdel Fatah El Sisi, dan disaksikan Presiden Indonesia Prabowo Subianto.
Prabowo diundang menyaksikan penandatanganan kesepakatan bersejarah ini sebagai penghormatan semua pihak bahwa Presiden Indonesia dalam sambutannya di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-bangsa bulan lalu secara konkret dan realistis mendukung pengakuan terhadap kedua negara yang bertikai, sekaligus mengajak semua negara ikut menjaga keamanan Israel dan Indonesia bersedia mengirimkan 20.000 pasukannya pria dan wanita untuk ikut mengamankan perbatasan.
Pidato ini ditutup dengan menyampaikan salam dalam Bahasa Yahudi "shalom", agama Hindu dengan "oom shanti, shanti oom", agama Islam dengan salam dan nama budaya yang disambut sangat meriah oleh seluruh hadirin. Bahkan di Israel banyak dibahas di media, dan kemudian sebagai penghormatan Presiden Prabowo diundang menyaksikan penandatanganan tersebut.
Tentu saja hal ini membanggakan kita bangsa Indonesia yang mempunyai Presiden yang sangat aktif membangun perdamaian dunia dan disambut positif banyak negara. Sekarang kita tinggal berharap dan berdoa agar perdamaian ini langgeng, kesepakatan tidak dilanggar oleh siapa pun. Kita tidak lagi mendengar berita tentara Israel (IDF) menyerang Hamas dan Hamas melancarkan serangan balik, yang semua menimbulkan kematian tidak hanya militer tetapi juga anak-anak, ibu-ibu, orang tua yang tidak berdosa.
Tidak ada lagi anak-anak dan ibu-ibu yang sedang berlarian mengambil makanan dan obat-obatan mati ditembak tentara Israel. Tidak mendengar lagi sumpah PM Netanyahu untuk menghabisi Hamas dari muka bumi, digantikan dengan kedua belah pinak berkompetisi membangun kota dan masyarakatnya masing-masing dan hidup berdampingan tanpa bermusuhan satu dengan yang lain.
Ada sekitar 250 tahanan yang semula dihukum penjara seumur hidup semua dibebaskan. Dari jumlah ini Israel membebaskan 154 tahanan yang dikirim ke Mesir yang menurut penguasa akan dikirim ke negara ketiga. Selain itu 1.700 tahanan di Gaza juga dibebaskan. Semua tahanan dibebaskan tanpa tuduhan sama sekali. Associate Press melaporkan bahwa selama ditahan di Israel mereka menderita siksaan.
Berikut saya susun suatu gambaran bagaimana negara Israel terbentuk, saya ikuti dari berbagai sumber yang dapat saya gali dari sumber-sumber tersebut agar dapat jelas disimak bagaimana Israel dibentuk di Westbank, daerah yang dihuni orang Palestina, oleh penguasa setelah PD II, yaitu tentara Inggris. Pada waktu yang sama orang-orang Yahudi membentuk kelompok Pembangkang Yahudi melawan tentara Inggris di tahun 1945-1946, antara lain ditandai dengan peledakan Hotel King David di Jerusalem, lalu kantar pusat tentara Inggris di Westbank yang mengagetkan karena banyak orang sipil yang meninggal, dan karena itu gerakan ini dibubarkan oleh penguasa militer Inggris tahun 1946.
Pemimpin kelompok ini kemudian mengorganisir Yishuv yang membantu imigrasi orang-orang Yahudi dari negara-negara Eropa, ke Palestina, sebagian melalui perahu-perahu kecil yang tertangkap tentara Inggris dan dibuang ke Cyprus. Gerakan ini berhasil memasukkan orang-orang Yahudi dari Eropa sekitar 70.000 orang ke Palestina selama 1946-1947. Apa yang terjadi dalam tahanan-tahanan sebagai disebutkan dalam holocaust mewarnai banyaknya aliran mereka yang selamat ke Palestina dan mendukung gerakan zionis.
Pada tanggal 15 Mei 1947, Perserikatan Bangsa-bangsa yang baru saja terbentuk menyetujui pembentukan suatu komisi mengenai permasalahan Palestina. Komisi ini beranggotakan Australia, Canada, Czechoslovakia, Guatemala, India, Iran, Peru, Swedia, Uruguay dan Yugoslavia. Dalam laporan komisi pada September 1947 disepakati bahwa dalam sidang yang akan datang akan terbentuk dua negara yang merdeka, Palestina dan Israel, dan juga independensi kota Jerusalem. Kedua negara dengan area masing-masing dan jumlah penduduk masing-masing termasuk di Palestina ada minoritas orang Yahudi dan di Israel ada minoritas orang Arab yang diakui. Sedangkan Bethlehem dan Jerusalem ada di bawah kewenangan PBB.
Ternyata kedua belah pihak tidak puas dengan solusi tersebut. Orang-orang Yahudi garis keras, Irgun, menentang pembagian ini meskipun kebanyakan orang Yahudi di Palestina menerima dengan baik. Kelompok ini tidak suka bahwa penduduk Jerusalem yang mayoritas Yahudi ada di bawah kewenangan PBB. Pimpinan kelompok Arab juga mengeluh ini mengabaikan kenyataan bahwa di seluruh wilayah ini orang Arab adalah mayoritas sebesar 67 persen dan Yahudi 33 persen saja. Kebanyakan pemimpin Arab tidak menyetujui keputusan ini dan mengatakan bahwa banyak orang Arab di wilayah negara Israel, ini argumen Arab League yang dipegang teguh.
Pada Sidang Umum September 1947, PBB mengadopsi keputusan bahwa pemerintah Inggris, mandataris kekuasaan di Palestina mengesahkan keputusan untuk mendirikan dua negara merdeka Israel dan Palestina. Sebanyak 33 negara mendukung resolusi tersebut dan 13 negara menentang, sedangkan 10 negara abstain. Yisuv menerima rencana tersebut, tetapi kebanyakan negara Arab menentang dan berjanji untuk mengajukannya ke International Court of Justice (ICJ), di The Hague.
Perang 1947-1948 antara Yishuv - Arab Palestina
Di tahun 1948, bulan Februari orang-orang sipil di Tel Aviv mulai bersembunyi terhadap snippers orang Arab di Carmel Market, yang dilakukan dari Masjid Hasan Beck. Diterimanya resolusi PBB tentang pembagian Palestina menjadi dua negara menyebabkan sejumlah orang Arab mulai menimbulkan kekacauan dengan menembaki orang-orang Yahudi di Palestina. Penembakan, riot dan pelemparan batu mulai terjadi di mana-mana dengan disahkannya resolusi PBB yang ditolak kebanyakan pemimpin Arab. Kedutaan Polandia dan Swedia yang menyetujui resolusi PBB tentang Palestina diserang dengan molotov cocktails, yang juga dilempar ke toko dan synagogal, penembakan dilakukan di sejumlah tempat di Tel Aviv dan Jaffa.
Sejalan dengan penarikan pasukan Inggris dari wilayah tersebut, serangan dari kelompok Arab makin banyak dilancarkan. Serangan dan perlawanan bertubi-tubi yang menyebabkan puluhan orang meninggal. Pembunuhan di Dear Yassin pada April 1948 terjadi pada waktu kedua pasukan bertempur di tempat yang dihuni sekitar 600 penduduk. Karena tak ada yang berusaha menghentikan, pertikaian ini akhirnya menyebabkan terbunuhnya 1.000 orang dari kedua belah pihak dan 2.000 orang terluka, dan akhirnya korban menjadi dua kali lipat.
Pada tanggal 14 Mei 1948, satu hari sebelum tentara Inggris meninggalkan wilayah tersebut, pemimpin Israel David Ben Gurion memaklumkan berdirinya negara Israel di Eretz Israel dan dikenal sebagai Negara Israel. Deklarasi dikeluarkan atas dasar hak hidup bangsa Israel dan resolusi PBB. Dalam deklarasi disebutkan bahwa pemerintah mengakui dan melindungi secara sama semua penduduk, tanpa melihat perbedaan suku, agama maupun jenis kelamin, dan menjamin kemerdekaan beragama, jati diri, edukasi, culture, dan akan menjaga keamanan tempat-tempat suci seperti disebutkan dalam piagam PBB.
Berakhirnya kekuasaan militer Inggris dan deklarasi berdirinya negara Israel langsung menyulut perang Arab-Israel tanggal 14 Mei 1948. Pada hari tersebut empat pasukan tentara dari Jordan, Iraq, Mesir dan Syria menyerang daerah yang semula diduduki tentara Inggris dan diikuti juga oleh tentara Lebanon, merupakan Perang Arab-Israel 1948. Sekretaris Jenderal Liga Arab memberitakan kepada Sekjen PBB bahwa tindakan tersebut untuk mengamankan wilayah agar perang tidak meluas dan untuk menjaga keamanan serta ketertiban.
Dengan kosongnya otoritas setelah kekuasaan militer Inggris pergi, maka ada kekosongan otoritas di wilayah yang sekarang terbagi menjadi Israel dan Palestina, masing-masing dengan minoritas penduduk Arab di negara Israel sebagai minoritas dan masyarakat Yahudi sebagai kelompok minoritas di negara Palestina. Dalam keadaan demikian negara-negara Arab mengumumkan bahwa di wilayah yang sudah ditentukan oleh PBB Palestina berhak menyusun pemerintahan yang akan melindungi hak-hak seluruh warga negaranya dan mengimbau orang-orang Arab yang tinggal di wilayah Israel untuk pindah ke Palestina kalau menghendaki.
Namun imbauan ini sepertinya tidak diperhatikan, tidak terjadi eksodus orang Arab dari wilayah yang sekarang menjadi teritori Israel. Karena itu Israel sebenarnya memperoleh kemenangan dalam ekspansi wilayahnya dalam hal ini. Meskipun demikian eksodus terjadi seperti dari Jaffa dan Haifa, demikian juga Yessir dan Lydda, dan ini menyebabkan bahwa sebenarnya Israel memperoleh keuntungan dari perluasan wilayah negaranya yang ditinggalkan penghuni semula, orang-orang Arab.
Pada tahun 1949, Yordania, Syria, Mesir, dan Lebanon menandatangani Armistice Agreement dengan Israel, yang memperkokoh kedudukan baru Israel dengan wilayah yang lebih luas dari sebelumnya tadi. Wilayah lain dikuasai Yordania, Syria Lebanon dan Mesir, sedangkan West Bank dan Gaza strip oleh Mesir dan Trans Yordania, sedangkan East Jerusalem diduduki Yordania. Sangat ruwet, namun itulah yang disepakati oleh negara-negara Arab dan Israel yang direstui PBB.
Six Days War 1950 - 1967
Selama periode 1950 – 1967 kekerasan dan pembunuhan terus menerus terjadi di kedua negara tanpa henti, termasuk penyerangan tentara Yordania terhadap arkeolog Rachmat Rachel, pembunuhan terhadap orang Yahudi oleh militia Palestina yang dinamakan Fedayeen termasuk penyerangan terhadap kelompok Yehud dan Ma’ale Karabin dan Beit Oved, Shafir dan penyergapan bus di Eilat dan Ein Ofari, serta pembunuhan di Negev desert. Sedangkan serangan Israel meliputi Eit Jala dan Qiba. Dan balasan serangan di Ranis dan Salameh. Serangan terhadap tentara Mesir mendorong Mantuan Mesir kepada Palestina dalam mempertahankan serangan Israel.
Dalam tahun setelah keikutsertaan Mesir dalam perang melawan Israel dan bantuan persenjataan kepada palestina, Israel menyerang Mesir sebagai serangan pre-emtif sebelum mereka sempat menyerang Israel. Perang ini dikenal sebagai Six Days War atau Yonkipur War. Sehabis perang ini Israel memperoleh East Jerusalem dari Yordania dan Gaza Strip dari Mesir. Dan selanjutnya Israel memberikan permanent residency kepada mereka, orang- orang Arab yang tinggal di East Jerusalem.
Tetapi setelah Jerusalem menjadi ibu kota Israel persengketaan ini menjadi menular. Dan, ini berarti seluruh wilayah yang dinegosiasikan dalam Deklarasi Balfour menjadi wilayah Israel. Setelah itu negara-negara Arab mengeluarkan deklarasi tiga no, no recognition, no peace and no renegotiation with the State of Israel.
Setelah penyerangan oleh Fedayeen di tahun 1964, Palestinian Liberation Organization (PLO) terbentuk dengan maksud memperjuangkan Palestina Merdeka melalui perang. Gerakan ini menuntut Palestina merdeka dengan wilayah seperti yang semula dikuasai tentara Inggris dan ditinggalkannya setelah Israel terbentuk tahun 1948. Gerakan ini juga mempunyai tujuan untuk menghancurkan Zionisme dari wilayah Palestina.Kekalahan terhadap Israel dengan hilangnya wilayah dan jatuh ketangan Israel membubarkan Pan Arabisme.
Di tahun 1969, fraksi sipil Fatah serta Popular front for liberation of Palestine memperoleh suara mayoritas dalam sidang di Mesir dan memilih Yasir Arafat sebagai Pemimpin PLO. Sejak awal PLO menggunakan kekuatan militer untuk merebut wilayah yang dikuasai Israel dalam perang 6 hari, tetapi IDF menghalau mereka masuk ke Yordania dan orang Palestina di Yordania mencapai 70 persen dari penduduk.
Di akhir tahun enam puluhan ketegangan antara Yordania dan Palestina memuncak, Raja Husein dari Yordania berhasil menghentikan pemberontakan bersenjata Palestina di negaranya, setelah ribuan orang meninggal kebanyakan warga Palestina. Pertempuran berlanjut tetapi tentara Yordania berhasil memukul mereka dan lari ke Lebanon. Kebanyakan mereka bergabung dengan pengungsi Palestina yang sudah di Lebanon sebelumnya yang terjadi setelah peristiwa penyerangan yang dikenal sebagai Black September. Kegiatan mereka dilanjutkan di Lebanon utamanya dengan membajak pesawat terbang. Di tahun 1969 dalam kesepakatan Cairo warga Palestina diakui untuk menguasai wilayah tersebut, dikenal sebagai Fatah Land. Tetapi mereka menimbulkan ketegangan dengan penduduk setempat.
Kekacauan yang ditimbulkan terus berlangsung, yang terkenal termasuk menguasai lapangan terbang Lod, pembajakan pesawat Sabena 572 dan penculikan dan pembunuhan atlet Israel dalam Olympiade Munich. Pada 15 Maret 1972 Raja Husein mendirikan United Arab Kingdom berbasiskan kelompok kerabat Kerajaan Arab Hashemite dengan King Husein sebagai rajanya di daerah West Bank. Mereka menguasai East Jerusalem yang kemudian tidak bisa diterima oleh PLO dan kesepakatan dengan Israel tentang East Jerusalem juga menjadi buyar. Di tahun 1973 tentara Syria dan Mesir melancarkan Yomkipur War terhadap Israel. Tetapi YomKipur War akhirnya membuat Israel bisa memperluas wilayahnya, dan cease fire yang disepakati kemudian dipertegas dalam pertemuan mereka dengan perantaraan President AS di Camp David, di luar Washington DC.
Peristiwa penting setelah semua ini adalah keputusan Arafat mendukung Saddam Husein dari Iraq menyerang Kuwait, the Guf War of 1990-1991. Keberpihakan Arafat kepada Saddam Husein membawa masalah bagi PLO yang semakin ditinggalkan negara-negara yang semula mendukungnya. Kemudian tahun 1993 terjadi kesepakatan antara Israel dan PLO dimana Yassir Arafat menekankan bahwa PLO menyetujui keberadaan Israel sebagai negara, kesepakatan ini ditandatangani di Oslo, Norwegia, antara Yassir Arafat mewakili Palestina dan Yitzak Rabin mewakili Israel.
Akhirnya pada September 1995 Perdana Menteri Israel Rabin dan PLO Arafat menandatangani kesepakatan tentang Gaza Strip dan Westbank di Washington DC disaksikan Presiden AS, Bill Clinton. Dengan ini keduanya saling mengakui kemerdekaan selain menghentikan permusuhan. (Dradjad, 27/10/2025)
Guru Besar Ekonomi Emeritus, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Jakarta.
