Tantangan Ketahaan Pangan di Tengah Krisis Iklim

Krisis iklim mengancam pertanian dan ketahanan pangan

Isu kelangkaan hingga kenaikan harga kebutuhan pangan menjadi kekhawatiran bagi berbagai pihak. Di saat pandemik mulai membaik, beberapa saat lalu muncul penyakit menular pada hewan ternak yang sempat menjadi momok. Kasus gagal panen akibat serangan hama dan penyakit, maupun cuaca ekstrim pun terjadi di berbagai wilayah di Nusantara.

Petani mulai kesulitan memprediksi musim yang tidak lagi teratur. Siklus musim hujan dan kemarau tampaknya telah berubah. Hal itu adalah bukti bahwa perubahan iklim nyata terjadi di depan mata. Salah satu dampak pemanasan global ini bukan semata-mata masalah para petani, lho. Ada ancaman yang mengintai ketahanan pangan di negeri kita. 

Bagaimana dampak pemanasan global terhadap pertanian dan ketahanan pangan?

Bagi dunia pertanian, pemanasan global mampu meningkatkan risiko kerugian baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut salah satu artikel dalam jurnal Philosophical Transaction of The Royal Society B, dampak langsung berkaitan dengan fenomena iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Berbagai jenis tanaman pertanian yang sangat tergantung dengan cuaca dan iklim berpotensi mengalami gangguan pertumbuhan bahkan kematian. 

Beberapa fenomena yang terbukti menjadi pemicu kerugian di bidang pertanian, antara lain adalah perubahan siklus iklim, banjir, kekeringan, dan suhu ekstrem. Perubahan siklus iklim menyulitkan para petani untuk menentapkan kalender tanam. Akibatnya, tanaman yang senitif terhadap cuaca, seperti padi pun akan menurun produktivitasnya. 

Pemanasan global juga menyebabkan curah hujan meningkat. Sungai dan saluran air meluap karena tidak mampu menampung volume air, dan terjadilah banjir. Pada bencana banjir, kerugian yang ditimbulkan tidak perlu dipertanyakan lagi. Tanaman yang terendam air berpotensi rusak, membusuk, atau hanyut oleh arus air.

Bukan hanya penurunan produktivitas, petani terancam mengalami gagal panen. Selain pertanian, usaha perikanan juga kerap merugi karena bencana banjir. 

Selain banjir, kekeringan menjadi ancaman yang menghantui petani, terutama di wilayah yang memang pada dasarnya sumber air terbatas. Dilasir NASA, pemanasan global menyebabkan kemarau terjadi lebih sering, meluas, dan ekstrem. Di samping menjadi ancaman terhadap tanaman pertanian, kemarau dapat memicu bencana kebakaran lahan.

Beberapa tahun belakangan peristiwa suhu ekstrem terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Misalnya seperti suhu ekstrim yang terjadi di Dataran Tinggi Dieng memicu terbentuknya embun upas.

Menurut BMKG, embun upas adalah embun beku yang terbentuk setelah terjadi suhu dingin yang ekstrem. Embun tersebut mampu merusak tanaman kentang hingga tidak bisa diselamatkan.

Ketika produksi pertanian terganggu, ketahanan pangan turut terancam. Ketahanan pangan mencakup berbagai aspek, yaitu ketersediaan, akses, stabilitas, dan pemanfaatan bahan pangan. Ketika ada aspek yang tidak terpenuhi, ketahanan pangan suatu wilayah dapat terganggu. Indeks ketahanan pangan global (GFSI) tahun 2021 menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke 69 dari 113 negara. 

Sementara itu, Program Pangan Dunia (WFP) menyebutkan bahwa 30,8 persen anak di bawah lima tahun mengalami stunting. Selain itu, hampir 23 juta jiwa tidak bisa memenuhi kebutuhan pangannya. Meskipun pandemik digadang menjadi salah satu faktor penurunan ketahanan pangan, isu perubahan iklim tetap menjadi sebuah persoalan jangka panjang yang perlu mendapat solusi.

Solusi ketahanan pangan dalam KTT G20

Presidensi G20 Indonesia dapat menjadi kesempatan untuk mendapatkan solusi win-win dari persoalan ketahanan pangan. Dalam KTT G20 yang menghadirkan sederet pakar dan praktisi, diharapkan bisa lahir sebuah solusi untuk bersama-sama mewujudkan pemulihan. Hal ini sesuai dengan slogan yang diusung, yaitu Recover Together, Recover Stronger

Forum G20 ini semoga dapat mendorong langkah-langkah mitigasi konkret yang  diterapkan oleh para pelaku pertanian dan rantai industri pertanian yang terlibat di dalamnya.

Permasalahan iklim pada pertanian serta ketahanan pangan perlu diatasi dari akarnya. Hal ini tentu saja akan melibatkan semua pihak. Para petani dan  masyarakat di berbagai kelas ekonomi sepatutnya dapat merasakan dampak dari kebijakan yang nantinya akan disepakati dalam forum tersebut. 

Masalah pangan bukanlah sesuatu yang dapat dikompromikan. Dengan ketahanan pangan yang baik, kualitas sumber daya manusia juga akan meningkat. Partisipasi dari seluruh pihak sangat diperlukan untuk pencapaian yang maksimal. 

Kiranya satu dari 1000 Aspirasi Indonesia Muda ini dapat mendorong terwujudnya program prioritas G20 dan perubahan-perubahan kecil menuju ketahanan pangan Indonesia yang lebih baik.

Baca Juga: Tentang Perubahan Iklim, Perubahan Sikap Manusia Terhadap Alam

Hanifah Nd Photo Verified Writer Hanifah Nd

In the journey of finding Y

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ananda Zaura

Berita Terkini Lainnya