Obesitas pada Remaja: Kekurangan atau Kelebihan Gizi?

Yuk, cegah obesitas di kalangan anak muda bangsa!

Menurut World Health Organization, obesitas didefinisikan sebagai suatu kondisi terjadi penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu lama.

Adapun, menurut organisasi ini juga, permasalahan tentang penambahan berat badan atau obesitas telah menjadi epidemi kesehatan terbesar di dunia, sebab diperkirakan sekitar 30 persen dari total seluruh populasi manusia di dunia memiliki permasalahan pelik terkait kelebihan berat badan atau biasa disebut obesitas.

Indonesia pun tidak lebih baik. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, riset ini menunjukkan jika angka obesitas di Indonesia telah naik signifikan, hampir dua kali lipat. Pada tahun 2007 hanya sebesar 19,1 persen sedangkan pada tahun 2018 angkanya sudah menyentuh sebesar 35,4 persen.

Lebih parah lagi, kini obesitas tidak hanya menyerang lansia saja yang notabene memang sudah tidak melakukan aktivitas berat lagi sehingga energi yang digunakan menjadi lebih sedikit. Namun, kini obsesitas juga menyerang generasi muda yang menurut Kementerian kesehatan, prevalensi obesitas seseorang yang memiliki umur 18 tahun ke atas telah naik dari 11,7 persen pada tahun 2010, kini menjadi 21,8 persen pada tahun 2018.

Penyebab tingginya angka ini pun juga beraneka ragam, salah satunya adalah gaya hidup yang buruk, seperti hanya mengonsumsi makanan cepat saji untuk mengikuti tren, lalu juga efek pandemi yang mengharuskan diam di rumah dan kecanggihan teknologi yang membuat aktifitas fisik yang dilakukan remaja semakin berkurang.

Jika obesitas terus dibiarkan dan tidak ditangani

Perlu diingat jika obesitas yang identik dengan 'makan banyak' bukan berarti sehat, tapi bisa juga mengindikasikan seseorang kekurangan gizi. Sebab, seseorang terkena obesitas bisa dikarenakan terlalu banyak mengosumsi lemak serta karbohidrat namun minim zat-zat lain yang diperlukan tubuh seperti protein dan vitamin.

Maka dari itu, jika mengalami obesitas, sama saja layaknya jenis kekurangan gizi lainnya, berpotensi menimbulkan efek domino bagi kesehatan tubuh yang memicu berbagai penyakit seperti penyakit jantung, hipertensi, maupun permasalahan ginjal. Obesitas juga mampu menaikkan potensi seseorang terkena penyakit diabetes melitus.

Bayangkan jika hal ini terjadi pada hampir seluruh generasi muda Indonesia, tentu bonus demografi yang akan didapatkan Indonesia justru malah akan menjadi bumerang sebab, penduduk berusia produktif justru tidak menjadi produktif karena terkena obesitas, dan negara justru menanggung beban yang besar untuk mengobati penyakit ini di kalangan generasi muda.

Peran pemerintah dan KTT G20 dalam upaya meredam angka obesitas pada generasi muda

Bali sebentar lagi akan menjadi lokasi untuk penyelenggaraan KTT G20 yang mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger”. Dengan adanya pertemuan presidensi G20 Indonesia ini diharapkan dapat membantu percepatan penurunan angka obesitas di Indonesia. Adapun dalam rangka mengikuti program 1000 Aspirasi Indonesia Muda, penulis juga mencoba memberikan masukan terkait solusi pencegahan obesitas di Indonesia.

Pertama, pemerintah bisa mengkaji berbagai kebijakan terkait bagaimana cara menurunkan angka obesitas yang diterapkan pada negara-negara anggota G20 yang memiliki masalah serupa namun mampu keluar dari masalah itu.

Sebab, faktanya banyak negara yang menerapkan berbagai kebijakan unik untuk mencegah obesitas, seperti Amerika Serikat yang menerapkan pajak lemak (fat tax) dan pajak gula (sugar tax) serta mengatur regulasi makanan yang dikonsumsi murid di institusi pendidikan.

Pemerintah juga bisa melakukan kerja sama dengan negara-negara peserta KTT G20 untuk menjadi tuang rumah berbagi event olahraga internasional dengan tujuan menumbuhkan semangat berolahraga di kalangan remaja Indonesia.

Selain itu, pemerintah juga dapat melaksanakan kerja sama dengan berbagai perusahaan mulitinasional yang berada di Indonesia melalui konferensi ini untuk mau mengadakan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam rangka pencegahan ataupun penanganan obesitas di Indonesia sesuai bidangnya masing-masing, misalnya program Bakti Olahraga oleh PT Djarum yang dapat mendorong minat generasi muda untuk giat berolahraga demi kesehatan mereka.

Sosialisasi secara berkala terhadap kebijakan-kebijakan Menteri Kesehatan yang berkaitan langsung dengan pencegahan obesitas kepada generasi muda juga wajib dilaksanakan, misalnya sajasosialisasi Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang serta batasan indeks massa tubuh (IMT) yang  dapat dihitung dengan berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam satuan meter, kemudian dikuadratkan.

Baca Juga: WHO Peringatkan Tingkat Obesitas Eropa yang Meningkat

Gede Photo Writer Gede

Writing Everything

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ananda Zaura

Berita Terkini Lainnya