Ujaran kebencian di media sosial telah menjadi masalah serius di Indonesia. Fenomena ini ditandai dengan meningkatnya frekuensi serangan verbal terhadap individu atau kelompok berdasarkan identitas tertentu, seperti ras, agama, dan orientasi seksual. Artikel ini menganalisis akar penyebab, dampak, dan upaya penanggulangan ujaran kebencian di Indonesia. Melalui contoh kasus konkret, artikel ini menunjukkan betapa pentingnya peran individu, komunitas, dan pemerintah dalam menciptakan ruang digital yang inklusif dan bebas dari kebencian.
Ujaran kebencian adalah segala bentuk komunikasi yang menyerang atau merendahkan individu atau kelompok berdasarkan karakteristik tertentu, seperti ras, agama, gender, atau orientasi seksual. Di zaman sekarang, media sosial menjadi tempat utama bagi penyebaran
ujaran kebencian ini. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami dampak dari ujaran kebencian dan mencari cara untuk mengatasinya.
Ujaran kebencian dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Pertama, ada ujaran kebencian yang ditujukan kepada kelompok tertentu berdasarkan ras atau etnis. Misalnya, komentar negatif yang menyerang orang-orang dari ras tertentu. Kedua, ada juga ujaran kebencian berbasis agama, di mana seseorang diserang karena keyakinan agamanya. Ketiga, ujaran kebencian terhadap gender dan orientasi seksual sering kali muncul dalam bentuk pelecehan terhadap individu berdasarkan jenis kelamin atau pilihan seksual mereka. Terakhir, terdapat juga ujaran kebencian yang ditujukan kepada kelompok-kelompok tertentu seperti penyandang disabilitas.
Dampak dari ujaran kebencian ini sangat serius. Pertama-tama, individu yang menjadi korban bisa mengalami berbagai masalah psikologis, seperti stres, kecemasan, dan depresi akibat serangan verbal yang mereka terima. Selain itu, dampak sosialnya juga tidak kalah penting, ujaran kebencian dapat meningkatkan ketegangan antar kelompok dalam masyarakat dan memicu konflik. Lebih jauh lagi, ujaran kebencian dapat mempengaruhi pandangan publik dan politik secara negatif, menciptakan polarisasi dalam masyarakat.
Namun, apa sebenarnya penyebab munculnya ujaran kebencian ini?. Merujuk kepada kasus - kasus yang pernah terjadi, dapat kita tarik beberapa faktor yang menyebabkan munculnya ujaran kebencian di media sosial ini, diantaranya:
Anonimitas di Media Sosial
Media sosial memberikan ruang anonimitas bagi penggunanya. Ketika merasa tidak dikenal, seseorang lebih mudah mengeluarkan komentar negatif tanpa rasa takut akan konsekuensi hukum atau sosial.
Polarisasi Sosial dan Politik
Polarisasi tajam, terutama saat peristiwa politik seperti pemilihan umum, mendorong penyebaran kebencian antar kelompok yang memiliki pandangan berbeda. Media sosial sering digunakan sebagai alat untuk menyebarkan narasi yang memperburuk perpecahan.
Pola Pikir Kelompok (Groupthink)
Individu cenderung mengikuti pendapat mayoritas dalam kelompok mereka tanpa berpikir kritis. Hal ini memperparah penyebaran ujaran kebencian karena orang cenderung ikut-ikutan menyerang pihak lain.
Penyebaran Informasi yang Salah (Misinformasi dan Disinformasi)
Berita palsu atau informasi yang salah sering kali memicu kemarahan publik, yang kemudian diekspresikan melalui ujaran kebencian.
Ketidakpuasan Sosial dan Ekonomi
Ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi atau sosial juga bisa menjadi pemicu munculnya ujaran kebencian sebagai bentuk pelampiasan emosi negatif.
Sebagai contoh nyata, hasil survei SMRC (Saiful Mujani Research and Consulting) tahun 2021 menunjukkan bahwa 72 persen masyarakat Indonesia pernah mengalami atau menyaksikan ujaran kebencian di media sosial. Survei ini mencatat peningkatan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, terutama terkait isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) dan politik.
Contoh konkret adalah penyebaran ujaran kebencian selama pemilihan umum, di mana platform seperti Facebook, Twitter, dan Instagram menjadi medan pertempuran digital bagi pendukung berbagai pihak. Hal ini tidak hanya berdampak pada polarisasi, tetapi juga menimbulkan trauma psikologis pada individu yang menjadi sasaran ujaran kebencian.
Untuk mengatasi masalah ini, ada beberapa langkah yang bisa diambil. Pertama, platform media sosial perlu menerapkan aturan yang lebih ketat terhadap konten yang mengandung ujaran kebencian dengan cara moderasi yang lebih baik. Kedua, penting untuk mendidik masyarakat tentang dampak negatif dari ujaran kebencian agar mereka lebih sadar dan empati terhadap orang lain. Terakhir, mendorong pengguna untuk melaporkan konten berbahaya serta mendukung tindakan hukum terhadap pelaku ujaran kebencian adalah langkah-langkah yang sangat penting.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang dampak dan penyebabnya serta tindakan kolektif untuk mengatasinya, kita dapat berharap untuk menciptakan lingkungan media sosial yang lebih aman dan inklusif. Ujaran kebencian di media sosial adalah masalah serius yang perlu perhatian dari semua pihak agar kita bisa hidup dalam masyarakat yang lebih harmonis dimana ujaran kebencian menyebar luas di platform. Respons dari masyarakat dan tindakan dari pihak platform dalam menangani kasus ini sangat menarik untuk diperhatikan.
Referensi :
Junita, d., 2018. "Kajian Ujaran Kebencian di Media sosial". Jurnal Ilmiah Korpus, Desember.
Surono, A., 2021. "Ujaran Kebencian Media Sosial Pada Saat Pandemi COVID-19". juli.p. 44.
Zulkarnain, 2020. "Ujaran Kebencian (Hate Speech) di Masyarakat". Studia Sosia Religia, Januari-Juni.Volume 3.