Saat ini, kita tinggal di era ketika setiap momen dapat disebarkan ke media sosial dan gaya hidup kerap menjadi tolok ukur kebahagiaan. Smartphone baru, pakaian baru hingga kebiasaan membeli kopi dari cafe kekinian menjadi tanda kesuksesan yang mewakili gaya hidup. Seakan-akan menjadi sesuatu yang tidak boleh terlewat.
Hampir setiap hari, media sosial dipenuhi oleh pemandangan berupa deretan foto liburan ke destinasi eksotis, atau unboxing barang-barang baru. Di dunia yang serba terhubung, banyak dari kita yang merasa harus mengikuti alur gaya hidup mewah agar tidak ketinggalan. Kebiasaan satu klik di e-commerce membawakan rasa puas sesaat dan kadang penyesalan di akhir. Fear of missing out (FOMO) merupakan fenomena yang mendorong generasi muda untuk terus mengonsumsi, meski terkadang tidak sesuai kemampuan finansial.
Terkait FOMO, Gen Z kerap disorot akan fenomena ini. Di era serba cepat ini, Gen Z yang hidup berdampingan dengan perkembangan teknologi sedang menghadapi tantangan keuangan yang unik. FOMO menjadi salah satu tantangan keuangan Gen Z di era digital. Melansir dari Kompas Media, hasil survei Financial Fitness Index 2024 mengungkap bahwa 4 dari 10 kaum muda urban menerapkan kebiasaan menabung untuk barang impian yang bermerek dan menonton konser. Kesenangan konsumsi kebutuhan tersier itu tercukupi tidak hanya dari dana simpanan saja, tetapi sampai berhutang dari orang-orang terdekat
