[OPINI] Mengapa Kiper Muda Lebih Sering Melakukan Kesalahan?

Dua pertandingan yang dilakoni oleh kiper muda Benfica, Andre Svilar melawan Manchester United mungkin menjadi partai yang tak terlupakan sepanjang hidupnya. Pada pertandingan pertama melawan MU, penjaga gawang asal Belgia ini melakukan debut di Liga Champions 2017 di usia 18 tahun 22 hari. Penampilan perdana tersebut memecahkan rekor dari Iker Casillas yang selama ini dipegangnya sebagai kiper termuda yang berlaga di kompetisi tertinggi antar klub Eropa di usia 18 tahun 26 hari.
Di sisi lain pertandingan melawan Red Devils menjadi sebuah pelajaran maha penting baginya untuk menjadi kiper hebat di masa depan. Ya, kesalahan fatal pertama yang ia lakukan adalah penempatan posisi yang tidak bagus. Penempatan posisinya yang terlalu maju saat mengantisipasi bola set piece dari Marcus Rashford membuat Benfica kebobolan dan kalah 0-1.
Pada pertandingan kedua kesialan kembali menimpanya, tendangan jarak jauh Nemanja Matic ke gawangnya membentur tiang namun naas bola tersebut lalu mengenai badanya hingga masuk ke gawang. Padahal sebelum kebobolan Svilar berhasil menepis tendangan pinalti Anthony Martial dengan sangat baik.
Banyak cerita mengenai game error yang dilakukan para kiper belia di dunia sepak bola khususnya Eropa. De Gea, Ter Stegen, Donarumma, bahkan Buffon pernah melakukan kesalahan. Bukan berarti pemain muda di posisi lain seperti bek atau gelandang tidak pernah mengalami individual error, tetapi jika seorang kiper melakukan kesalahan maka sangat fatal akibatnya dan paling terlihat oleh publik.
Kenapa Terjadi Pada Kiper Muda?

Mengapa kesalahan individu tersebut bisa terjadi? Jawabanya adalah soal jam terbang alias pengalaman.
Menjadi seorang kiper yang bagus dibutuhkan beberapa syarat seperti tahu membaca arah permainan, tenang saat menerima bola back-pass, kapan harus memotong umpan silang, kapan harus keluar meninggalkan gawang, kapan saatnya keluar dari kotak 16, bagaimana berkomunikasi dengan bek di depanya untuk menyapu bola, menjaga konsentrasi, dan paling penting adalah mengatasi demam panggung.
Untuk bisa melakukan syarat kiper bagus itu dibutuhkan pengalaman, kompetensi itu datang seiring berjalanya waktu dan bertambahnya usia sang kiper. Semakin tua seorang kiper maka semakin sulitlah ia bisa dijebol oleh lawan.
Pelatih Arsenal saat ini, Arsene Wenger pernah berkata bahwa karir seorang kiper dimulai di usia 35 tahun. Padahal selama ini “The Professor” dikenal sebagai pelatih yang “pedofil” alias lebih menyukai dan memilih para pemain muda dibanding pemain senior.
Hal itu bisa membuat kita “ber-hipotesis ria” bahwa memang benar kehebatan kiper akan hadir seiring bertambahnya usia dan jam terbang seorang penjaga gawang. Arsene Wenger lebih sering membeli kiper yang sudah berumur daripada kiper yang masih belia. Tercatat nama David Seaman, Jens Lehman, dan Petr Cech menjadi kiper tim gudang peluru saat usianya di atas 30-an tahun.
Belajar Dari Pengalaman De Gea.
Mungkin De Gea merupakan contoh kiper berbakat, masih muda namun sudah menjadi incaran banyak klub besar dan sekarang berlabuh di MU. Secara kualitas teknik dari kiper asal Spanyol ini tentu tidak perlu diragukan. Pertanyaanya? apakah bakatnya saja itu cukup? berapa kali ia melakukan kesalahan di awal karirnya?.
Selama di MU saja terhitung lebih dari 10x De Gea melakukan blunder di usia awal 20-an dari kurun 2011 hingga kini, baik yang berbuah gol maupun yang hanya mengancam gawangnya saja. Belum lagi mistake yang dibuat kala berseragam Atletico Madrid dan Timnas Spanyol. Semua kesalahan dilakukan saat ia muda, walau saat ini dirinya sudah mulai bisa mengurangi kesalahan yang bersifat elementer.
Seperti yang dilansir situs resmi MU De Gea berujar:
“Begitulah hidup sebagai seorang kiper dan memang sulit saat anda masih berusia muda tetapi sudah banyak melakukan kesalahan, anda hanya perlu melupakan blunder itu dan cepat-cepat menebusnya di pertandingan yang lain."
Hal yang Terjadi Pada Ter Stegen Membuktikan Bahwa Bakat Saja Tidak Cukup.
Kiper muda berbakat lainya yang senasib dengan De Gea adalah Andre Ter Stegen. Kiper Jerman kelahiran tahun 1992 ini digadang-gadang bakal jadi kiper hebat di masa depan dan akan menjadi saingan utama Manuel Neuer di Tim Nasional Jerman, namun lagi-lagi ia sering membuat kesalahan saat bermain di awal karirnya bahkan hingga kini.
Paling fatal adalah saat ia masih membela Borussia Moenchengladbach. Saat itu Ter Stegen menerima bola back-pass dari rekanya, namun sial ia tidak sempurna dalam menahan bola dan akhirnya masuk ke gawangnya sendiri. Terakhir tercatat ia melakukan game error ketika membela Barcelona melawan Celta Vigo, tendangan sapuanya mengenai badan pemain Celta dan berbuah gol buat Celta Vigo.
Penjelasanya adalah bahwa Ter Stegen seorang penjaga gawang hebat, ia bukanlah kiper yang biasa-biasa saja kemampuanya, refleknya luar biasa, bakat alaminya sangat terlihat. Soal pengalaman? Nanti dulu. Masih dibutuhkan 5 bahkan 10 tahun lagi untuk membuat skill kiper pirang ini berada di tingkat dewa.
Berlatih dan Belajar Dari Pengalaman.

Masih banyak lagi kiper muda yang melakukan kesalahan saat masih muda, tapi pada kesimpulanya apa yang dilakukan Andre Svilar sangat lumrah terjadi kepada seorang “anak kemarin sore” di profesi per-kiperan. Paling penting adalah bisa terus bangkit dari keterpurukan terus berlatih untuk memperbaiki kesalahan.
Soal jam terbang? Tenang saja seorang mayoritas kiper masih bisa bermain hingga usia 40 tahun jika tidak terhalang cedera, percayalah semakin “bersantan” seorang kiper maka semakin sulit ia untuk dijebol.