Saatnya e-Commerce Masif Menjual Jasa, Bukan hanya Barang

Sistem zonasi membuat freelancer lokal lebih berdaya

Beberapa bulan lalu kita cukup dikejutkan dengan berita PHK massal oleh banyak startup baik yang ada di luar negeri maupun dalam negeri. Mulai dari Netflix, Pahamify, JD.ID sampai Zenius. Ya, salah satu penyebabnya, mindset investor tak lagi sama seperti dulu. Sistem 'bakar uang' tak selalu membuat sebuah startup punya fundamental ekonomi yang kuat. 

Tidak hanya itu, resesi ekonomi juga sedang mengancam Indonesia karena berdampak pada tingkat pengangguran dan kebangkrutan ekonomi skala nasional. Dilansir CNBC Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meramal ekonomi dunia mengalami resesi di tahun 2023. Penyebabnya, sebagian besar bank sentral di dunia menaikkan suku bunga acuan secara bersamaan dalam rangka menahan inflasi. 

Tentu ini juga berpengaruh besar ke kalangan pebisnis yang memiliki perusahaan yang ada di Indonesia. Semakin tinggi suku bunga yang dicanangkan akan berpengaruh pada kelancaran pelunasan kredit pinjaman modal. Artinya, omset dan daya beli menjadi hal yang berpengaruh besar bagi kesehatan finansial sebuah perusahaan atau bisnis. Tanpa itu, nasib karyawan pun dipertaruhkan. 

Baik PHK massal startup maupun resesi ekonomi, sama-sama punya imbas buruk bagi ekonomi masyarakat yang berstatus sebagai karyawan. Meski tidak semua perusahaan di Indonesia menerapkan PHK, ada banyak juga yang menerapkan efisiensi pekerjaan karyawannya. Tujuannya, untuk mengurangi tunjangan atau gaji yang biasanya diterima karyawan setiap bulan berhubung tugas dan wewenang dikurangi dari biasanya. 

Freelancer sebagai solusi bagi karyawan maupun pihak perusahaan

Dalam kasus ini, freelancer atau pekerja lepas bisa menjadi solusi bagi kedua belah pihak. Dilansir Deskimo, data BPS menunjukkan 33,34 juta orang bekerja paruh waktu atau freelancer per Agustus 2020. Mengapa terjadi lonjakan yang begitu besar? PHK akibat COVID-19 menjadi pemicu utamanya.

Di satu sisi, perusahaan bisa menggunakan jasa freelancer untuk memenuhi tujuan spesifik perusahaan. Tanpa perlu memikirkan tunjangan bulanan sebagaimana karyawan tetapnya.

Artinya, freelancer dibayar sesuai dengan ranah kerjanya dan tidak ada istilah lembur tanpa insentif. Di sisi lain, karyawan pun punya peluang menambah pendapatan dengan menjadi freelancer. Tak perlu dibebani SOP pekerjaan yang banyak, dan mendapatkan bayaran setimpal dengan pekerjaan. Ya, tentu saja dengan harga yang sesuai dengan kesepakatan dengan klien bersangkutan.  

Memunculkan e-commerce khusus freelancer dengan sistem zonasi

Hanya saja, persoalan berikutnya adalah perusahaan tidak mudah menemukan freelancer di area lokal jika tanpa rekomendasi. Itu sebabnya, wadah berupa e-commerce dan marketplace dengan sistem zonasi bisa diterapkan untuk menghubungkan antara klien dan freelancer sesuai dengan jasa yang dibutuhkan.

Ini juga memanfaatkan momentum G 20 yang saat ini tengah memasuki periode Presidensi G-20 Indonesia. KTT G-20 kali ini mengusung tema Recover Together, Recover Stronger dengan salah satu isu prioritasnya adalah transformasi ekonomi dan digital.

Mirip dengan konsep e-commerce yang menjual barang, menjual jasa juga demikian. Para pekerja lepas dapat mencantumkan portofolio yang berhubungan dengan keahlian spesifik. Para klien yang merupakan pihak dari perusahaan bisa memilih pekerja lepas yang mereka butuhkan sesuai dengan portofolio yang tertera. 

Meski konsep e-commerce yang menjual barang itu bisa diadopsi untuk memasarkan jasa, jual beli jasa tetap punya risiko yang tak dimiliki saat bertransaksi soal barang. Barang memiliki jangkauan jauh, mulai dari lintas desa, kota, provinsi maupun negara. Khusus untuk jasa, tidak semudah itu.

Tingkat kepercayaan klien dalam bertransaksi jasa tidak terlalu tinggi karena resikonya besar seperti penipuan, konflik akibat dari keragu-raguan klien dan sebagainya. Itu sebabnya, penting bagi kita mengurangi resiko tersebut.

Caranya adalah dengan memanfaatkan sistem zonasi. Dengan begitu, klien maupun pekerja lepas merasa sama-sama aman. Tidak hanya itu, sistem zonasi memberi kesempatan kepada para freelancer setempat untuk diberdayakan sebesar mungkin.

Melalui 1000 Aspirasi Indonesia Muda, saya berharap dengan banyaknya e-commerce yang menerapkan sistem zonasi sebagai penghubung antara freelancer dengan stakeholder/perusahaan, stabilitas ekonomi dapat tercapai dan bertahan dalam jangka waktu yang lama.

Baca Juga: Keamanan Siber, Urgensi di Tengah Transformasi Ekonomi Digital

Uswatun Niswi Photo Verified Writer Uswatun Niswi

Penyuka fiksi dan animasi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ananda Zaura

Berita Terkini Lainnya