ilustrasi gigi (unsplash.com/Rudi Fargo)
Kehidupan Renaisans bisa dibilang penuh kemewahan, tapi hal ini juga masih sulit dirasakan bagi kebanyakan orang. Pertukaran Kolombia dan Pelayaran Penemuan Portugis, memperkenalkan kemewahan baru dari Asia dan Amerika ke Eropa, khususnya untuk kaum bangsawan.
Produk prestise terpenting dalam sejarah Barat adalah gula. Orang Eropa memanfaatkan gula sebagai pemanis dan untuk memproduksi makanan yang dipanggang, yang secara bertahap menjadi makanan pokok sehari-hari di kalangan kelas atas. Namun, ini membawa banyak masalah kesehatan.
Menurut kutipan buku The Story of Food, konsumsi gula di kalangan kelas atas menyebabkan kerusakan gigi yang parah. Salah satu tokoh Renaisans yang mengalami kerusakan gigi adalah Ratu Elizabeth I dari Inggris.
Di zaman Renaisans, kerusakan gigi dianggap sebagai tanda kebangsawanan dan kemakmuran. Dikutip laman Marge de Mello, perempuan Renaisans kelas bawah, terutama di Inggris, akan mewarnai gigi mereka menjadi hitam agar tampak busuk. Meskipun tidak sedap dipandang, hal ini justru dianggap menarik.
Renaisans, seperti kebanyakan periode lainnya, memiliki sisi buruk di balik kemegahannya, seperti tercetusnya Perang Tiga Puluh Tahun. Menanggapi pertumpahan darah perang agama dan tirani monarki, Renaisans menciptakan konsep-konsep seperti konstitusionalisme, hak milik, dan hak alam.
Oleh karena itu, terlepas dari penderitaan luar biasa yang diderita masyarakat selama era Renaisans, sebuah gagasan yang ditanam ini berkembang menjadi sistem yang akhirnya membentuk dunia modern.