Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi hutan (pexels.com/pixabay)

Beberapa tahun terakhir umat manusia menghadapi dampak negatif dari perubahan iklim. Gagal panen akibat kekeringan menjadi musibah petani Indonesia yang merupakan negara agraris. Kekeringan juga berdampak pada sedikitnya ketersedian air. Tanaman dan hewan akan mati karena dehidrasi. Pemenuhan kebutuhan manusia juga bermasalah, karena air adalah sumber kehidupan.

PBB mengklaim bahwa perubahan iklim dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas manusia selama beberapa dekade terakhir, terutama sejak tahun 1800an. Misalnya pemakaian bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak bumi. Bahan bakar fosil tersebut menghasilkan emisi gas rumah kaca yang menjadi penyebab naiknya suhu bumi.

Selain bahan bakar fosil, deforestasi juga menyumbang pemanasan global. Mitigasi dan langkah yang tepat segera diambil oleh berbagai pemimpin dunia. PBB sendiri, menyarankan untuk menggunakan prinsip berkelanjutan dalam bidang lingkungan, ekonomi, politik, hingga sosial budaya.

Apakah kamu familiar dengan kata-kata di atas seperti deforestasi, emisi, dan prinsip berkelanjutan? Mungkin, kamu sering mendengarnya dalam berita, tapi belum sepenuhnya paham artinya. Yuk cari tahu istilah-istilah penting dalam perubahan iklim, supaya kamu makin peduli pada lingkungan.

1. Climate change

Ilustrasi gurun (pexels.com/michael-herren-2859153)

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca suatu wilayah. Berbeda dengan cuaca, cuaca memiliki jangkauan wilayah lebih kecil dan terjadi dalam jangka waktu singkat. Sedangkan, Iklim menjangkau wilayah yang luas dan memiliki jangka waktu lebih lama, puluhan tahun hingga berabad-abad. Iklim dipengaruhi oleh letak matahari. Negara yang berada dekat khatulistiwa cenderung memiliki iklim tropis dan memiliki musim penghujan dan kemarau, karena mendapat panas matahari sepanjang tahun seperti Indonesia. Semakin jauh dari posisi matahari, maka iklim semakin dingin.

Perubahan iklim atau climate change sendiri bisa terjadi karena aktivitas manusia atau proses internal alam, yang pasti perubahan iklim adalah hal yang alami terjadi. Manusia tidak bisa mencegah perubahan iklim, tapi manusia bisa memperlambat laju perubahan iklim. Sayangnya, beberapa dekade manusia menghadapi arus perubahan iklim lebih cepat. Perubahan iklim ini berpengaruh pada biodiversitas yang harus beradaptasi dengan suhu baru, termasuk manusia. 

2. Global warming

Ilustrasi polusi pabrik (pexels.com/pixabay)

Kamu pasti pernah menganggap bahwa climate change dan global warming adalah hal yang sama? Kedua hal ini memiliki pengertian yang berbeda, tapi masih berkaitan dengan perubahan suhu bumi. Pemanasan global adalah penyebab terjadinya perubahan iklim. 

Melansir PBB, pemanasan global adalah naiknya suhu rata-rata bumi, baik di darat maupun laut. Peningkatan suhu ini disebakan oleh gas rumah kaca yang terjebak di atmosfer bumi, sehingga panas menyelimuti bumi. Dampak pemanasan global yang paling terasa adalah mencairnya es kutub, penyebab naiknya volume air laut. Kota-kota besar akan banjir dan pulau-pulau kecil yang berisi makhluk hidup akan tenggelam. Suhu air laut yang meningkat juga menyebabkan ekosistem, terutama terumbu karang rusak.

3. Greenhouse gas

Ilustrasi sampah plastik (pexels.com/shivam-tyagi)

Rumah kaca atau greenhouse adalah bangunan berdinding kaca yang biasa digunakan petani di daerah yang memiliki empat musim. Dengan adanya kaca, panas matahari dapat terperangkap di dalam bangunan, dan suhu tetap hangat di malam hari. Ini membantu tanaman untuk tetap tumbuh dan hidup.

Gas rumah kaca juga berproses seperti rumah kaca milik petani tersebut. Namun, yang menjadi pembeda adalah gas yang terperangkap pada atmosfer bumi. Awalnya efek dari gas rumah kaca ini membuat suhu di bumi lebih hangat. Tapi, jika terjadi terus menerus, lama-kelamaan suhu di bumi akan bertambah panas dan menjadi tidak layak huni.

Gas rumah kaca paling banyak dihasilkan dari kegiatan manusia. Misalnya, penebangan hutan, penggunaan listrik, pemakaian bahan bakar fosil, aktivitas pabrik, peternakan, hingga produksi dan distribusi makanan. Gas-gas tersebut terlepas di udara dan menjadi emisi. Greenhouse gas yang paling banyak adalah gas emisi karbon diokasida dan gas metana dari sampah yang menumpuk.

4. Biodiversity

Ilustrasi bawah laut (pexels.com/saad-alaiyadhi-131639221)

Keragaman biodiversitas sangat penting sebagai penyedia sumber daya alam. Manusia sangat bergantung pada keanekaragaman hayati, misalnya tumbuhan berperan penting dalam menghasilkan oksigen, pangan, hingga obat-obatan. Menurut national geographic, biodiversity atau biodiversitas adalah keanekaragaman makhluk hidup meliputi spesies hingga ekosistem yang mendiami suatu wilayah.

Seiring berjalannya waktu, manusia mengeksploitasi alam dengan membuka lahan untuk industri dan terjadilah deforestasi. Rusaknya biodiversitas akan membuat manusia sulit untuk memenuhi kebutuhannya. Diperlukan konservasi untuk memulihkan ekosistem, sehingga keseimbangan tetap terjaga.

5. Emisi

Ilustrasi kendaraan bermotor (pexels.com/belart84)

Melansir EPA, emisi atau gas buang adalah sisa pembakaran dari mesin dan lepas ke udara. Gas emisi paling banyak dihasilkan dari transportasi dan pabrik. Gas emisi mengandung zat berbahaya dan kesehatan seperti karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), dan hidrokarbon (HC).

Penggunaan transportasi dan aktivitas pabrik juga menyumbang jejak karbon yang merusak lingkungan. Meskipun, kendaraan bermotor menjadikan mobilitas lebih mudah, bahan bakar fosil menyumbang gas emisi tertinggi. Sebaiknya menggunakan kendaraan umum atau naik kendaraan ramah lingkungan. Bidang industri juga mulai menerapkan industri hijau yang berorientasi pada lingkungan. 

6. Carbon footprint

Ilustrasi tanaman hijau (pexels.com/thirdman)

Jejak karbon atau carbon footprint adalah jumlah karbon atau emisi yang ditinggalkan manusia akibat aktivitasnya. Semakin banyak populasi manusia, maka semakin tinggi karbon yang berpengaruh pada gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Jejak karbon dapat dihitung dari penggunaan transportasi, energi, hingga air.

Contoh implisit dari jejak karbon adalah ayam yang disantap banyak orang. Dari peternakannya membutuhkan lahan, air dan sumber daya, lalu pengolahannya menggunakan mesin, kemudian distribusi membutuhkan kendaraan. Jika dijumlahkan, maka total karbon dari sepiring makanan saja sudah banyak. 

7. Deforestasi dan reforestasi

Ilustrasi hutan (pexels.com/veeterzy)

Secara harfiah deforestasi adalah penebangan hutan. Dilansir dari livescience.com deforestasi mengalihfungsikan wilayah hutan menjadi pemukiman atau lahan industri. Secara ekonomi, pengalihan fungsi hutan ini berdampak positif pada perekonomian. Jika terjadi deforestasi secara besar-besaran akan berpengaruh pada ekosistem, karena hutan adalah rumah bagi beragam biodiversitas. Satwa dan tumbuhan harus mencari tempat baru, karena habitat aslinya sudah hilang.

Secara tidak langsung, deforestasi akan berdampak pada manusia. Hilangnya resapan air menjadi penyebab banjir, erosi tanah dan longsor. Di Indonesia, hutan paling banyak dialihkan menjadi perkebunan sawit. Bisnis minyak nabati ini menghasilkan profit yang sangat tinggi, sayangnya juga berdampak buruk bagi lingkungan.

Kata lain dari reforestasi adalah reboisasi, sebuah usaha untuk memulihkan kembali fungsi lahan hutan dengan melakukan penanaman dan penghijauan. Selain itu, reforestasi bisa berdampingan dengan lahan pertanian, yaitu dengan menggabungkan sistem budidaya hutan, pertanian, hingga peternakan. Dengan begitu, habitat hewan dan tumbuhan dapat kembali menjadi ekosistem yang baik.

8. Sustainability

Ilustrasi bersepeda (pexels.com/pavel-danilyuk)

Dalam konteks ekologi, sustainability adalah kemampuan untuk memanfaatkan keanekaragaman hayati secara produktif, dengan catatan tanpa merusak dan mengeksploitasi alam. Sustainability berangkat dari masalah lingkungan di masa lalu, berusaha meminimalisirkan masalah sekarang, dan meninggalkan warisan alam pada generasi mendatang.

Istilah sustainability semakin dikenal sejak PBB mengenalkan SDGS (sustainability development goals) yang berisi tentang 17 program untuk mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi tanpa mengesampingkan sektor lingkungan hidup. Jadi antara sektor ekonomi, sosial, dan lingkungan harus selaras. Contohnya mengembangkan produk berbasis lokal. Selain meningkatkan ekonomi, masyarakat lokal terbantu, dan lebih ramah lingkungan karena proses produksi hingga distribusi tidak meninggalkan banyak gas emisi.

9. Renewable energy

Ilustrasi kincir angin (pexels.com/osho)

Di abad ini manusia mulai beralih dari energi tidak terbarukan ke energi terbarukan atau renewable energy. Energi terbarukan adalah energi yang dapat diperbaharui dari proses alam dan tidak akan habis karena prosesnya dilakukan oleh alam. Berbeda dengan energi tak terbarukan berasal dari fosil makhluk hidup yang terpendam ratusan tahun sepert minyak dan gas bumi.

Energi terbarukan ini meliputi matahari, angin, dan air. Manfaat dari energi terbarukan sangat banyak. Di antara lain penggunaannya lebih hemat biaya, ramah lingkungan, dan dapat diakses oleh semua orang. Indonesia yang berada di khatulistiwa tentu mendapat keuntungan dengan menerima panas matahari sepanjang tahun. Energi surya atau panel surya dapat digunakan sebagai sumber listrik yang selama ini menggunakan batubara.

10. Eco friendly

Ilustrasi produk ramah lingkungan (pexels.com/uriel-mont)

Jika berbicara tentang eco friendly pasti berkaitan dengan produk dan bahan yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan hidup. Gaya hidup eco friendly berusaha meminimalisir produk yang menyebabkan polusi dan mengurangi gas emisi. Sehingga tercipta lingkungan yang berkelanjutan. Eco friendly atau ramah lingkungan sering disebut juga go green. Gerakan ini semakin meningkat dan diterapkan oleh banyak orang. 


Ramah lingkungan tidak hanya diaplikasikan pada produk benda, tapi juga gaya hidup. Thrifting, menjadi salah satu gaya anak muda dalam mengurangi sampah tekstil. Gerakan no plastic dengan mengganti barang satu kali pakai dengan barang yang reusable. Dan pola hidup sehat dengan bersepeda atau jalan kaki

11. Konservasi

Ilustrasi binatang (pexels.com/gillian-harrison-3071696)

Melansir national geographic, konservasi atau conservation adalah pelestarian makhluk hidup beserta tempat tinggalnya dengan tujuan memelihara dan melindungi. Konservasi adalah langkah utama dalam memulihkan ekosistem. Sudah banyak hutan yang digunakan manusia untuk mendirikan bangunan baru dan perkebunan. Ini menyebabkan biodiversitas yang mendiami hutan menjadi tersingkir dari habitatnya.

Selain melindungi ekosistem dari kerusakan, konservasi juga berfungsi untuk menjaga kualitas lingkungan. Terdapat beragam jenis konservasi antara lain Taman Nasional, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, dan lain-lain.

12. Indigenous people

Ilustrasi masyarakat adat (pexels.com/breston-kenya-477564)

Indigenous people atau masyarakat adat menjadi ujung tombak dalam pelestarian alam dan keragaman budaya suatu wilayah. Masyarakat adat di Indonesia dapat ditemui di daerah yang belum termordernisasi dan masih memegang erat tradisi lokal. National geographic mendefiniskan bahwa Indigenous people adalah kelompok masyarakat yang mendiami suatu wilayah, sekaligus mewarisi kekayaan alam, sosial, dan budaya dari masyarakat tersebut secara turun-temurun. 

Sayangnya, masyarakat adat sering mendapat diskriminasi dan stigma oleh masyarakat luas. Masyarakat adat memiliki peran utama dalam menjaga dan merawat keanekaragaman hayati. Mereka sangat berhak dalam hal pemanfaatan dan pengeloaan hutan yang melingkupi wilayah mereka tinggal. Karena masyarakat adat, alam, dan budaya tidak dapat dipisahkan.

Sadar atau tidak, perubahan iklim memang terjadi dan menimbulkan dampak nyata bagi peradaban manusia. Sudah sepantasnya kita sebagai salah satu penyumbang perubahan iklim terbesar di bumi mulai melakukan pergerakan yang mengembalikan keseimbangan alam.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team