Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

13 Penembakan Massal Paling Mematikan dalam Sejarah Dunia, Sadis!

penembakan massal di festival musik country pada 2 Oktober 2017 di Las Vegas, Nevada (latintimes.com/David Becker)

Senjata telah menjadi momok mengerikan bagi masyarakat di seluruh dunia. Penembakan massal paling mematikan dalam 40 tahun terakhir mengungkapkan bahwa kekerasan senjata adalah ancaman global.

Amnesty International memperkirakan bahwa secara global senjata membunuh 500 orang setiap harinya dan terlibat dalam 44 persen dari semua pembunuhan. Mudahnya mendapatkan senjata dan peraturan yang longgar menjadi faktor utama terjadinya kekerasan senjata.

Sayangnya, efek penembakan massal sangat mempengaruhi korban selamat, keluarga, dan seluruh komunitas yang juga terkena dampaknya. Berikut adalah penembakan massal paling mematikan di dunia.

1. Penembakan massal di sekolah Peshawar, Pakistan, 2014 — 150 orang tewas

default-image.png
Default Image IDN

Pada 14 Desember 2014, delapan orang anggota Tehrik-e-Taliban Pakistan (TTP) bersenjata menyerbu Sekolah Umum Angkatan Darat, sekolah dasar dan menengah yang dikelola militer di Peshawar, provinsi Khyber Pukhtunkhwa, lapor Voice of America. Setelah memanjat dinding perimeter, kelompok bersenjata ini melepaskan tembakan di aula utama, menewaskan siswa dan guru.

Mereka kemudian pindah ke ruang kelas, di mana mereka terus menembak tanpa pandang bulu. Pembantaian berakhir sekitar delapan jam kemudian, ketika mereka dikepung oleh Tentara Pakistan, dan melakukan bom bunuh diri. Diperkirakan korban tewas sekitar 150 orang, lebih dari 130 di antaranya adalah pelajar.

2. Serangan di Universitas Garissa, Kenya, 2015 — 148 orang tewas

default-image.png
Default Image IDN

Kelompok teroris al-Shabab melakukan penembakan massal sekitar pukul 5 pagi pada tanggal 3 April 2015, mahasiswa Universitas Garissa yang sedang berkumpul untuk sholat subuh didatangi oleh empat orang bersenjata.

Dilansir laman BBC, kelompok bersenjata ini memasuki ruangan demi ruangan, menanyakan apakah mereka Muslim atau Kristen. Para korban dipaksa keluar dari asrama dan dibaringkan di tanah sebelum ditembak mati.

Penembakan berlangsung selama 16 jam, dan menewaskan 148 orang. Pasukan Pertahanan Kenya berhasil menyelamatkan ratusan orang sebelum mengepung dan membunuh kelompok bersenjata tersebut. 

3. Serangan di Paris, Prancis, 2015 — 130 orang tewas

Anggota pemadam kebakaran Prancis membantu seorang pria yang terluka di dekat gedung konser Bataclan. (washingtonpost.com/Christian Hartmann/Reuters)

Serangan Paris pada 13 November 2015, adalah serangkaian pemboman dan penembakan terkoordinasi oleh beberapa teroris Islam. Pembom bunuh diri meledakkan rompi mereka di dekat Stade de France dan sebuah kafe, sebagaimana yang dilaporkan CNN, dengan sedikit korban jiwa.

Namun, kelompok bersenjata itu menembak dan membunuh 39 orang, dengan menyerang bar dan restoran di seluruh kota, mengemudi sambil melakukan serangan dengan mobil hatchback sewaan, tulis Britannica. Malamnya, kelompok ketiga menyerbu konser rock di teater Bataclan.

Tiga pria bersenjata menembakkan senapan ke kerumunan, menewaskan 89 orang. Beberapa korban berhasil melarikan diri melalui pintu darurat, sementara yang lain bersembunyi di atap atau pura-pura mati di antara para korban tewas.

Kelompok bersenjata ini masih berada di Bataclan selama lebih dari dua jam sebelum pasukan khusus Prancis menyerbu gedung itu setelah tengah malam. Dua penyerang melakukan bom bunuh diri dan yang ketiga meledak ketika peluru Prancis mengenai rompi bunuh dirinya.

4. Serangan di Pulau Utoya, Norwegia, 2011 — 69 orang tewas

Kondisi setelah serangan di sebuah kamp musim panas di Norwegia. (ibtimes.com/Reuters)

Pada malam 22 Juli 2011, Anders Behring Breivik tiba di Pulau Utoya, sebuah kamp musim panas yang dikelola oleh liga pemuda Partai Buruh. Dia menyamar sebagai petugas polisi dan melakukan pemeriksaan keamanan sebelum melepaskan tembakan dengan dua senjata, senapan semi-otomatis Ruger Mini-14 dan pistol Glock, ungkap Independent.

Breivik kemudian berjalan melintasi pulau dan menembak siapa saja yang ada di sana. Polisi tiba pada pukul 18.25, sayangnya, 69 orang yang kebanyakan remaja — sudah tewas.

Breivik juga meledakkan lebih dari 2.000 pon bahan peledak di luar kawasan pemerintah Oslo, menewaskan delapan orang dan melukai puluhan lainnya, lapor The Guardian.

Breivik tidak hanya menjadi penembak massal tetapi juga teroris sayap kanan. Beberapa menit sebelum dia mengemudikan van bermuatan bom, Breivik mengirim manifestonya ke 1.000 alamat email. Breivik diidentifikasi sebagai "ultranasionalis" dan "neo-Nazi." Breivik mengakui bahwa serangan itu untuk menyelamatkan Norwegia dari multikulturalisme. Dia akhirnya divonis 21 tahun penjara.

5. Serangan di pusat perbelanjaan Westgate, Kenya, 2013 — 67 orang tewas

Seorang anak yang berlari untuk menyelamatkan diri di pusat perbelanjaan Westgate, Kenya. (today.com)

Pada 21 September 2013, militan al-Shabab menyerbu pusat perbelanjaan Westgate di Nairobi, Kenya, menembaki pembeli dan melemparkan granat. BBC melaporkan bahwa pengepungan, yang berlangsung selama empat hari, menewaskan sedikitnya 67 orang.

Hal ini disebabkan oleh respons militer yang "sangat tidak terorganisir". Terbukti, rekaman CCTV menunjukkan bahwa pasukan keamanan Kenya malah sibuk menjarah sebuah supermarket.

Upaya penyelamatan yang ceroboh ini juga diwarnai dengan perkelahian dan bentrokan antara anggota yang terdiri dari sejumlah perwira Kenya, seorang tentara Inggris, dan seorang agen keamanan Israel, yang didukung oleh warga Kenya-India.

Berjam-jam kemudian, Pasukan Pertahanan Kenya merilis tweet yang mengatakan bahwa sebagian besar situasinya terkendali. Namun, ledakan besar terjadi keesokan paginya, menghancurkan beberapa lantai mal.

Empat ledakan menyusul pada sore harinya. Penyebab ledakan ini masih diperdebatkan. Bagaimanapun, kekerasan masih berlanjut selama 48 jam sampai pengepungan akhirnya berakhir pada Rabu, 25 September.

6. Penembakan di Las Vegas, 2017 — 60 orang tewas

penembakan massal di festival musik country pada 2 Oktober 2017 di Las Vegas, Nevada (latintimes.com/David Becker)

Selama konser Route 91 Harvest di strip Las Vegas, Stephen Paddock melepaskan tembakan dari seberang jalan di Mandalay Bay. Menewaskan 60 orang dan melukai lebih dari 850 orang, sebelum menembak dirinya sendiri.

Stephen Paddock adalah laki-laki berusia 64 tahun, beberapa tahun lebih tua dari usia rata-rata penembak massal, menurut Institut Rockefeller. Dia memiliki kekayaan sebesar 2,1 juta dolar Amerika atau setara dengan 29 miliar rupiah yang dia kumpulkan sebagai seorang akuntan dan makelar barang.

Namun, Stephen Paddock adalah penjudi yang sering mengalami kerugian dan membuatnya depresi, lapor Chicago Tribune. Ayah Stephen, Benjamin Paddock, adalah perampok bank yang masuk dalam daftar Sepuluh Orang Paling Dicari FBI selama hampir delapan tahun.

7. Penembakan di Korea Selatan, 1982 — 56 orang tewas

foto Woo Bum-kon yang melakukan tembakan massal (crimescenedb.com)

Seperti yang dilaporkan MinnPost, Korea Selatan mengalami kekerasan senjata hingga tahun 1970-an, ketika pemerintah mengeluarkan peraturan ketat dan program penyitaan senjata.

Namun, kebijakan itu tidak dapat mencegah tindakan Woo Bum-kon, seorang polisi berusia 26 tahun yang membunuh 56 orang pada tahun 1982. The New York Times melaporkan Bum-kon memiliki gerakan komunitas pertanian, ia mendapatkan kepercayaan penduduk setempat sebelum akhirnya menembak mati mereka karena kesal sering ditanya kapan nikah.

Bum-kon mencuri dua karabin, tujuh granat, dan 180 butir amunisi, menembakkan 170 peluru ini sebelum membunuh dirinya sendiri dengan granat.

8. Penembakan di masjid Christchurch, Selandia Baru, 2019 — 51 orang tewas

Petugas polisi berjaga di luar masjid al Noor, Christchurch, 22 Maret 2019. (dailysabah.com/Reuters)

Beberapa tahun terakhir masyarakat dikejutkan dengan kekerasan lewat live-streaming yang tentunya sangat mengganggu. Pada 15 Maret 2019, Brenton Tarrant, seorang mantan pelatih berusia 28 tahun, membunuh 51 orang di masjid daerah Christchurch, ia menyiarkannya secara langsung melalui Facebook Live.

Facebook bahkan harus menghapus 1,5 juta salinan video, yang merekam pembunuhan 43 orang di dalam dan sekitar Masjid Al Noor. Setelah siaran langsungnya berakhir, Tarrant tiba di Linwood Islamic Centre, dia membunuh tujuh orang lagi sebelum ditangkap oleh polisi.

9. Penembakan di klub malam Orlando, Florida, 2016 — 49 orang tewas

Polisi menyelidiki bagian belakang klub malam Pulse setelah penembakan yang terjadi pada Minggu, 12 Juni 2016. (theepochtimes.com/Phelan M. Ebenhack/AP Photo)

Pada 12 Juni 2006, Omar Mateen membunuh 49 orang di klub malam Pulse, sebuah bar gay di Orlando. Beberapa laporan muncul tentang homofobia Mateen.

Ayahnya mengatakan bahwa Mateen "sangat kesal" ketika melihat dua pria berciuman di Miami, sementara mantan istrinya mengungkapkan bahwa laki-laki berusia 29 tahun itu pernah melakukan kekerasan fisik padanya.

Mateen memperparah tindakan homofobianya dengan bersekutu dengan ISIS. Mateen menelepon polisi selama serangan itu dan menyatakan bahwa dia adalah "tentara Islam" yang membawa perjuangan ISIS ke wilayah AS.

ABC melaporkan bahwa penembakan itu berakhir sekitar pukul 5 pagi ketika tim SWAT meledakkan dinding dan menembak mati laki-laki bersenjata itu.

10. Penembakan massal di pantai Sousse, Tunisia, 2015 — 38 orang tewas

Orang-orang berduka setelah serangan penembakan di pantai di depan Hotel Riu Imperial Marhaba di Port el Kantaoui, di pinggiran Sousse selatan ibukota Tunisia, pada 27 Juni 2015. (timesofisrael.com/Kenzo Tribouillard/AFP)

Pada tanggal 26 Juni 2015, mahasiswa Tunisia bernama Seifeddine Rezgui menembak dan membunuh 38 orang di Hotel Rui Imperial Marhaba bintang lima, dengan sebagian besar korban adalah warga negara Inggris.

Rezgui, yang telah dilatih oleh ISIS di Libya, menembaki turis di pantai dan di sekitar kompleks hotel, di mana ia juga melakukan serangkaian ledakan. Sekitar satu jam 15 menit setelah serangan dimulai, Rezgui meninggalkan pantai dan saat berjalan, kepalanya ditimpa setumpuk ubin oleh seorang warga yang melihatnya.

Beberapa saat kemudian, polisi tiba dan menembaknya hingga tewas. Setelah serangan itu, BBC melaporkan bahwa Kantor Luar Negeri Inggris mendesak semua warga Inggris untuk meninggalkan Tunisia.

11. Pembantaian di Port Arthur, Australia, 1996 — 35 orang tewas

Pada April 1996, Martin Bryant membunuh 35 orang di kota Port Arthur, Australia. (bbc.co.uk)

Australia diguncang pada 28-29 April 1996, ketika Martin Bryant menyerang Port Arthur, Tasmania, yang menewaskan 35 orang. Bryant membunuh dua pemilik Seascape Cottage, sebuah wisma yang ingin dibeli ayahnya.

Kemudian, Bryant mengunjungi sebuah kafe di Port Arthur, di mana dia mengeluarkan senapan semi-otomatis dari sebuah tas dan membunuh 20 orang dalam waktu kira-kira dua menit.

Dia melarikan diri dari tempat kejadian dan membunuh banyak orang lainnya, termasuk pemilik mobil yang dia curi. Bryant kembali ke Seascape Cottage, di mana ia di kepung polisi dan terjadi kebakaran sebagian gedung, tapi polisi berhasil menangkapnya.

Faktanya, Bryant cukup beruntung dari segi finansial, The Age melaporkan bahwa Bryant sangat temperamental dan memang berkeinginan untuk menembak orang. Sebuah wawancara menampilkan bagaimana Bryant tertawa tanpa henti dan mengajukan pertanyaan tentang berapa banyak orang yang telah meninggal.

Dalam sejarah, sebagian besar penembak massal dimotivasi oleh ideologi atau nihilisme, tapi Bryant mungkin menjadi satu-satunya penembak yang melakukan kejahatannya karena narsisme remaja.

12. Penembakan di Universitas Teknologi Virginia, Blacksburg, 2007 — 32 orang tewas

Evakuasi korban selamat saat terjadi penembakan di Universitas Teknologi Virginia, 16 April 2007. (knkx.org/Alan Kim/The Roanoke Times)

Pada 16 April 2007, Seung-Hui Cho membunuh 30 orang selama 10 menit di Universitas Teknologi Virginia. Dua jam sebelumnya, sekitar pukul 07:15, Cho membunuh dua orang di asrama. Setelah dikepung polisi, Cho bunuh diri.

Dalam dua hari setelah penembakan, catat History, sebuah paket diterima NBC News yang berisi gambar Cho memegang pistol yang dia gunakan dalam serangan itu dan ada file video di mana dia terinspirasi oleh para pelaku pembantaian di Columbine High School.

\Hal ini mendukung anggapan, seperti dilansir NPR, bahwa penembakan massal adalah penyakit sosial yang menular.

13. Pembantaian Sandy Hook, Newtown, Connecticut, 2012 — 28 orang tewas

Kondisi setelah serangan di sekolah Sandy Hook, Connecticut. (cbsnews.com/Melanie Stengel/AP Photo)

Pembantaian Sandy Hook mungkin menjadi yang paling terburuk dari semua penembakan massal di Amerika, karena 20 dari 28 korban adalah siswa kelas satu sekolah dasar. Pelakunya adalah seorang pemuda bernama Adam Lanza yang berusia 20 tahun.

Kejahatan Lanza dirinci dalam laporan Pengacara Negara. Sebelum berkendara ke Sandy Hook Elementary, Lanza menembak ibunya dengan senapan kaliber 22 miliknya, yang juga merupakan koleksinya dan termasuk senapan serbu semi-otomatis AR-15 yang digunakannya dalam aksi kejinya.

Ketika dia tiba di Sandy Hook, Lanza menerobos jendela kaca dan membunuh dua perempuan, kepala sekolah Dawn Hochsprung dan psikolog sekolah Mary Sherlach. Lalu dia masuk ke kelas, membunuh dan melukai orang dewasa dan anak-anak, sebelum menembak dirinya sendiri.

 

Menyakiti, melukai, apalagi membunuh seseorang bukanlah tindakan yang logis. Tak peduli apapun ideologi atau kebencian seseorang terhadap sesuatu, penembakan massal menjadi sejarah kelam dari kekejaman terhadap manusia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Amelia Solekha
EditorAmelia Solekha
Follow Us