Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ular (pexels.com/Diego Madrigal)

Intinya sih...

  • Ular memiliki 3 metode reproduksi: ovipar, ovovivipar, dan vivipar
  • Jantan memiliki hemipenis untuk perkawinan, betina bisa melakukan partenogenesis
  • Anak ular mandiri setelah lahir, dengan variasi tempat penetasan telur dan kondisi siap bertahan hidup

Ular memiliki sistem reproduksi yang cukup unik jika dibandingkan dengan hewan lainnya, namun hal ini juga bergantung pada spesiesnya. Ada beberapa ular yang ternyata berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar), sementara yang lainnya justru melahirkan anak secara langsung (vivipar), atau bahkan melalui mekanisme kombinasi antara bertelur dan melahirkan (ovovivipar).

Secara perkembangbiakan memang ular memiliki ragam yang berbeda-beda, sehingga proses perkawinannya juga memiliki keunikan tersendiri, mulai dari ritual kawin hingga proses bertelurnya. Berikut ini merupakan fakta ilmiah mengenai proses reproduksi yang dimiliki ular dalam mempertahankan kelangsungan hidup spesiesnya di berbagai habitat.

1. Ular memiliki tiga metode reproduksi yang berbeda

ilustrasi ular piton (pexels.com/Oleksandr P)

Ular ternyata dapat berkembang biak melalui tiga metode utama, yaitu ovipar yang berarti bertelur, ovovivipar yang merupakan bertelur di dalam tubuh dan menetas sebelum dilahirkan, serta vivipar yang berarti melahirkan anak secara langsung. Spesies yang bertelur pada umumnya kerap ditemukan di kondisi daerah yang hangat, sedangkan untuk spesies yang melahirkan akan lebih sering ditemukan di wilayah yang memiliki iklim dingin atau cukup ekstrem.

Contohnya ular kobra dan piton ternyata merupakan contoh dari spesies ovipar yang bertelur dan kerap meninggalkannya atau menjaganya hingga benar-benar menetas. Sementara itu, ular boa atau viper berkembang biak secara vivipar, yaitu embrionya berkembang di dalam tubuh induk hingga nantinya siap untuk dilahirkan.

2. Pejantan menggunakan hemipenis dalam perkawinan

ilustrasi ular piton (pexels.com/Erdal Erdal)

Berbeda halnya dengan mamalia, ternyata ular jantan memiliki dua organ reproduksi yang kerap disebut sebagai hemipenis. Organ tersebut digunakan secara bergantian selama melakukan proses perkawinan, sehingga nantinya akan semakin meningkatkan peluang dalam pembuahan yang terjadi.

Hemipenis memiliki duri atau kait kecil yang dapat membantu untuk menempel pada ular betina selama populasi berlangsung, sehingga dapat memastikan bahwa sperma ditransfer dengan sangat baik. Setelah perkawinan, maka nantinya betina akan menyimpan sperma tersebut di dalam tubuh selama periode berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun hingga membuahi sel telurnya.

3. Betina dapat melakukan partenogenesis atau reproduksi tanpa jantan

ilustrasi king kobra (unsplash.com/Avinash Uppuluri)

Ada beberapa spesies ular yang ternyata memiliki kemampuan untuk bereproduksi tanpa harus melakukan kawin dengan jantan, yaitu kerap disebut sebagai partenogenesis. Pada kondisi tertentu, betina bisa menghasilkan keturunan dari sel telur yang berkembang sendiri tanpa melalui adanya pembuahan oleh sperma.

Fenomena yang satu ini kerap ditemukan pada beberapa spesies, seperti ular derik dan ular piton, khususnya pada saat betina berada di kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan untuk bisa bertemu dengan ular jantan. Meski anak yang dihasilkan cenderung memiliki keanekaragaman secara genetik yang cukup rendah, namun kemampuan tersebut bisa membantu kelangsungan hidup spesies yang ada di habitat.

4. Proses kelahiran ular berlangsung secara mandiri tanpa bantuan induk

ilustrasi king kobra (unsplash.com/Angiola Harry)

Ular yang bertelur atau yang melahirkan ternyata sama-sama akan memberikan kemandirian terhadap anak-anaknya. Setelah keluar dari telur atau tubuh induknya, anak-anak ular tersebut tidak akan mendapatkan perawatan dari induknya, melainkan harus segera mencari makan dan berusaha untuk bertahan hidup secara mandiri.

Pada spesies ovipar, telur pada umumnya diletakkan di tempat yang benar-benar hangat, seperti lubang tanah, bawah batu, atau tumpukan daun agar bisa memproteksi dari predator yang ada. Sementara itu, pada spesies vivipar, anak ular yang langsung lahir biasanya dalam kondisi siap untuk berburu dan bertahan hidup di lingkungan yang ada di sekitarnya.

Proses reproduksi pada ular ternyata memiliki variasi yang sangat beragam, serta menyesuaikan dengan lingkungan hidupnya. Selain itu, ular juga memiliki sistem reproduksi yang mandiri, sehingga anak ular akan langsung memiliki insting untuk bertahan hidup sejak lahir. Fakta-fakta ilmiah di atas menunjukkan betapa luar biasanya evolusi ular dalam memastikan keberlangsungan hidup di habitat liar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team