Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
seekor gajah afrika dewasa (commons.wikimedia.org/ Charles J. Sharp)
seekor gajah afrika dewasa (commons.wikimedia.org/ Charles J. Sharp)

Salah satu pembeda antara mamalia dengan kebanyakan jenis hewan lain adalah masa mengandung atau kehamilan yang harus dilalui ketika akan bereproduksi. Durasi dari masa kehamilan ini pun beragam, ada yang menjalaninya dalam waktu singkat dan ada pula yang harus menunggu lama sebelum dapat melahirkan anaknya. Tentunya ada berbagai faktor yang melatarbelakangi hal tersebut. Mulai dari ukuran si mamalia, kondisi lingkungan, hingga waktu yang dibutuhkan bagi janin untuk berkembang.

Bagi manusia sendiri, rata-rata masa kehamilan yang harus dijalani adalah 280 hari atau sekitar 40 minggu. Waktu kehamilan manusia yang sekitar 40 minggu itu kemudian dibagi lagi dengan sebutan trimester yang secara sederhana membagi waktu 40 minggu itu menjadi tiga. Trimester pertama terjadi selama minggu 1—13, kemudian trimester kedua mulai dari minggu 14—27, dan trimester ketiga terhitung sejak minggu ke-28 hingga kelahiran anak.

Walaupun terdengar sangat panjang, sebenarnya masa kehamilan manusia terbilang ada dalam tingkatan menengah untuk ukuran mamalia. Nyatanya, di luar sana ada beberapa mamalia yang bisa mengandung anaknya selama 3 semester atau selama 18 bulan! Nah, kali ini, kita akan berkenalan dengan mamalia-mamalia yang punya masa kehamilan selama itu. Penasaran, kan? Yuk, simak pembahasan lengkapnya di bawah ini!

4. Badak

kebersamaan induk badak dengan anaknya (commons.wikimedia.org/GocheGanas)

Badak (famili Rhinocerotidae) hanya satu tingkat di bawah gajah dalam hal mamalia darat terbesar di dunia. Ada lima spesies badak yang tersisa saat ini yang tersebar di Afrika dan Asia. Pilihan habitat mereka cukup beragam, yakni mulai dari sabana, padang rumput, sampai hutan hujan tropis. Panjang rata-rata keluarga badak sekitar 2,5—4 meter dengan bobot antara 3—5 ton. Badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) merupakan jenis badak terkecil dan badak putih (Ceratotherium simum) jadi yang terbesar.

Nah, masa kehamilan badak ini sebenarnya bervariasi, tergantung spesies apa yang dibahas. Akan tetapi, Animal Diversity melansir kalau rata-rata waktu kehamilan badak sekitar 420—570 hari atau sekitar 14—18 bulan. Ini menjadikan badak mamalia darat dengan masa kehamilan terlama kedua di dunia. Reproduksi badak terbilang sangat lama karena selain masa kehamilan yang panjang, usia untuk mencapai kematangan seksual biasanya antara 6—10 tahun, tergantung dari jenis kelaminnya.

Secara statistik, satu induk badak hanya bisa melahirkan satu ekor anak tiap 2—4,5 tahun sekali. Maka dari itu, pertumbuhan populasi badak bisa dibilang sangat lamban. Masalahnya, badak jadi salah satu hewan yang sudah terancam punah karena perburuan demi memperoleh culanya. Bagi anak badak, predator seperti singa maupun harimau masih menjadi ancaman terbesar bagi mereka. Akan tetapi, ketika sudah beranjak dewasa, bisa dibilang hanya manusia lah ancaman terbesar bagi spesies ini.

Hal tersebut dibuktikan lagi oleh angka populasi badak di alam. Badak putih merupakan spesies badak dengan jumlah terbanyak, itupun hanya dengan 16 ribuan individu. Sedangkan badak lain jumlahnya jauh lebih sedikit dari itu. Bahkan, badak jawa yang saat ini habitatnya hanya terkonsentrasi di Taman Nasional Ujung Kulon hanya tersisa 76 individu berdasarkan perhitungan pada tahun 2021.

3. Paus sperma

induk paus sperma dan anaknya yang sedang berenang (commons.wikimedia.org/Gabriel Barathieu)

Meski bukan jenis paus terbesar di dunia, paus sperma (Physeter macrocephalus) ternyata merupakan paus dengan masa kehamilan terpanjang. Mamalia dengan otak terbesar ini sebenarnya merupakan predator ulung yang dapat menyelam ke lautan hingga kedalaman 1.000 meter selama 90 menit dalam satu tarikan nafas. Paus sperma pun sebenarnya jenis paus bergigi terbesar dengan panjang sekitar 14—24 meter dengan bobot antar 27—55 ton.

Dilansir NOAA, masa kehamilan paus sperma sebenarnya berlangsung selama 14—16 bulan. Akan tetapi, pada beberapa kasus, ada betina yang bisa mengandung hingga 18 bulan. Saat baru lahir, anak paus sperma sudah tumbuh cukup besar dengan panjang 4 meter dan bobot 1 ton. Setelah melahirkan, biasanya induk paus sperma akan berhenti bereproduksi selama 5—7 tahun sebelum akhirnya siap kembali.

Paus sperma sebenarnya merupakan hewan sosial, tetapi cukup terbatas. Hanya para betina yang membentuk kelompok permanen yang biasanya juga terdiri atas anak-anak mereka. Namun, bagi anak-anak jantan nantinya akan meninggalkan kelompok induk saat sudah berusia antara 4—21 tahun untuk bergabung bersama kelompok paus sperma muda lainnya. Paus sperma juga perlu waktu paling panjang sebelum mencapai kematangan seksual dalam daftar ini. Mereka baru siap untuk bereproduksi setelah menginjak usia 20 tahun.

2. Orca

kelompok orca yang bergerak dengan kompak (commons.wikimedia.org/Katy Foster)

Kalau paus sperma jadi jenis paus dengan masa kehamilan paling lama, maka untuk infraordo Cetacea ada orca (Orcinus orca) yang jadi jawaranya. Meski sering disebut sebagai paus pembunuh, nyatanya predator puncak lautan ini merupakan jenis lumba-lumba yang terbesar. Panjang mereka sekitar 7—9,7 meter dengan bobot 6—10 ton. Mamalia berwarna hitam-putih ini juga jadi predator puncak di lautan, dimana mereka dapat memangsa apapun yang ada di depannya dan tak ada satupun makhluk laut yang dapat memburu mereka.

Dilansir National Geographic, masa kehamilan orca berlangsung selama 17—19 bulan. Dalam satu masa kehamilan, orca biasanya hanya melahirkan seekor anak saja. Setelah itu, sang induk butuh waktu selama 3—5 tahun sebelum bisa bereproduksi lagi. Bahkan, beberapa betina ada yang menunda reproduksinya selama satu dekade lebih.

Sebagai makhluk sosial yang tinggal dalam kelompok besar, orca tentunya sangat kompak dalam merawat anak-anaknya. Betina lain di dalam kelompok diketahui akan membantu betina yang sedang hamil ataupun baru melahirkan untuk menjaga anaknya. Si anak akan ada dalam pengawasan induk hingga berusia 2 tahun sebelum akhirnya memilih untuk tetap dalam kelompok atau pergi menuju kelompok lain.

1. Gajah

potret induk gajah bersama anaknya (commons.wikimedia.org/Charles J. Sharp)

Selain jadi mamalia darat terbesar, gajah (famili Elephantidae) juga jadi mamalia dengan masa kehamilan paling panjang di dunia. Secara umum, gajah terbagi atas dua spesies utama, yakni gajah afrika dan gajah asia. Ada sejumlah perbedaan antara keduanya, mulai dari ciri fisik, ukuran, hingga habitatnya. Antara kedua gajah itu, gajah afrika (Loxodonta africana) lah yang memiliki masa kehamilan terpanjang.

BBC melansir kalau raksasa ini butuh waktu selama 22 bulan untuk mengandung anaknya. Sementara saudaranya di Asia 'hanya' hamil selama 18—22 bulan. Biasanya, gajah hanya akan melahirkan seekor anak, meski dalam kasus yang sangat langka bisa juga melahirkan anak kembar. Anak gajah akan dirawat oleh induk beserta betina lain dalam kelompoknya selama 6—10 tahun. Kalau anak gajah itu betina, maka ia akan bersama dengan kelompok induk seumur hidupnya. Sedangkan kalau anaknya jantan, biasanya ia akan pergi dari kelompoknya setelah mencapai usia dewasa.

Biasanya, ada jeda selama 4—5 tahun bagi gajah betina sebelum siap untuk bereproduksi lagi. Artinya, jika rata-rata usia gajah di alam liar sekitar 70 tahun, seekor betina hanya akan melahirkan 4—5 anak saja. Angka reproduksi yang terbilang lamban ini tentu sangat berbahaya bagi gajah karena mereka jadi target buruan manusia demi gadingnya. Maka dari itu, seluruh jenis gajah saat ini sudah ada dalam status konservasi yang mengkhawatirkan.

Hamil selama 3 semester tentu sangat tak terbayangkan jika harus dialami manusia. Akan tetapi, hewan-hewan di atas justru mampu melakukannya dengan baik. Hanya saja, masa kehamilan panjang juga berarti jeda antar waktu reproduksi juga menjadi panjang. Jika populasi keempat hewan di atas terganggu akibat berbagai alasan, jelas sangat sulit untuk memulihkannya. Maka dari itu, upaya konservasi memainkan peran vital dalam membantu hewan-hewan ini supaya tetap lestari. Apalagi, beberapa spesies di atas saat ini juga sedang dalam ancaman kepunahan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team