Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pertambangan (freepik.com/freepik)
ilustrasi pertambangan (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • Polusi air dari limbah tambang, terutama logam berat dan bahan kimia berbahaya

  • Polusi udara akibat debu dan emisi gas, menyebabkan gangguan pernapasan dan hujan asam

  • Pencemaran tanah dari sisa tambang dan tailing, menghambat pertumbuhan tanaman dan memasuki rantai makanan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Industri pertambangan memainkan peran penting dalam menyediakan bahan baku bagi berbagai sektor, mulai dari energi, konstruksi, hingga teknologi. Namun di balik kontribusinya terhadap pembangunan, aktivitas tambang juga memberkan dampak lingkungan. Polusi lingkungan menjadi salah satu dampak yang paling nyata, baik di wilayah pertambangan itu sendiri maupun di kawasan yang lebih luas.

Jika tidak dikelola dengan bijak, kerusakan yang ditimbulkan pertambangan bisa bersifat permanen dan berdampak luas bagi ekosistem serta kehidupan masyarakat sekitar. Banyak kasus di mana proses ekstraksi dan pengolahan mineral menyebabkan pencemaran berat, terutama ketika pengawasan lingkungan lemah atau standar keamanan tidak diterapkan dengan benar. Berikut ini adalah empat jenis polusi lingkungan utama yang umum terjadi akibat kegiatan pertambangan.

1. Polusi air dari limbah tambang

ilustrasi polusi air (pexels.com/Yogendra Singh)

Salah satu bentuk polusi paling umum yang ditimbulkan oleh tambang adalah pencemaran air, khususnya melalui limbah cair yang mengandung logam berat dan bahan kimia berbahaya. Air asam tambang (acid mine drainage) terbentuk ketika batuan yang mengandung sulfida bereaksi dengan udara dan air, menghasilkan larutan asam sulfat yang dapat melarutkan logam-logam berat seperti arsenik, merkuri, dan kadmium. Ketika limbah ini merembes ke sungai atau sumur, ekosistem air tawar dapat terganggu dan sumber air bersih bagi masyarakat sekitar menjadi tercemar.

Polusi air juga terjadi saat kolam penampungan limbah tambang jebol atau bocor, melepaskan material beracun dalam jumlah besar ke lingkungan. Kejadian seperti ini pernah terjadi di berbagai tempat di dunia, termasuk di Indonesia, dan dampaknya bisa berlangsung bertahun-tahun. Selain mengganggu kehidupan akuatik, logam berat dalam air dapat terakumulasi di rantai makanan dan membahayakan kesehatan manusia yang mengonsumsinya.

2. Polusi udara akibat debu dan emisi gas

ilustrasi polusi udara (freepik.com/jcomp)

Aktivitas pertambangan menghasilkan partikel debu dalam jumlah besar, terutama saat proses pengeboran, peledakan, dan pengangkutan material tambang. Debu ini mengandung partikel halus yang dapat terhirup ke dalam paru-paru, menyebabkan gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis, hingga penyakit paru kronis bagi penduduk dan pekerja tambang. Polusi udara dari tambang bukan hanya terbatas pada area kerja, tetapi juga menyebar ke pemukiman sekitar melalui angin.

Selain debu, beberapa jenis tambang juga menghasilkan gas-gas berbahaya seperti sulfur dioksida (SO₂), nitrogen oksida (NOx), dan karbon monoksida (CO). Gas-gas ini tidak hanya mencemari udara, tetapi juga berkontribusi terhadap pembentukan hujan asam serta pemanasan global. Emisi dari pembakaran batubara dan pengolahan logam menjadi salah satu penyumbang emisi karbon yang cukup signifikan secara global.

3. Pencemaran tanah dari sisa tambang dan tailing

ilustrasi tanah yang tidak produktif (pexels.com/zaid mohammed)

Tanah di sekitar wilayah tambang rentan tercemar akibat sisa galian dan tailing, yaitu limbah hasil proses pemisahan mineral. Bahan-bahan sisa ini biasanya mengandung logam berat, senyawa kimia sisa proses ekstraksi, dan partikel radioaktif yang dapat merusak struktur tanah serta menghambat pertumbuhan tanaman. Kontaminasi tanah seperti ini membuat lahan menjadi tidak subur dan sulit untuk direklamasi atau dijadikan lahan produktif kembali.

Dalam beberapa kasus, pencemaran tanah juga berdampak pada produksi pangan lokal. Ketika logam berat terserap oleh tanaman pangan, maka bahan kimia beracun itu bisa masuk ke rantai makanan manusia. Hal ini berisiko menimbulkan gangguan kesehatan seperti kerusakan ginjal, gangguan syaraf, hingga kanker dalam jangka panjang. Proses dekontaminasi tanah yang sudah tercemar pun memerlukan biaya besar dan waktu yang lama.

4. Polusi suara dan getaran dari aktivitas tambang

ilustrasi pertambangan (pexels.com/Tom Fisk)

Meskipun sering diabaikan, polusi suara dari aktivitas tambang juga memberikan dampak signifikan, terutama terhadap kualitas hidup masyarakat di sekitar tambang. Suara bising dari alat berat, truk pengangkut, dan proses peledakan menciptakan gangguan akustik yang konstan. Dalam jangka panjang, paparan suara keras dapat memicu stres, gangguan tidur, hingga gangguan pendengaran pada manusia.

Tak hanya suara, getaran akibat peledakan juga dapat merusak bangunan di sekitar lokasi tambang, termasuk rumah warga dan infrastruktur umum. Hewan-hewan liar pun turut terdampak karena perubahan kebisingan lingkungan bisa mengganggu pola migrasi, reproduksi, dan sistem komunikasi mereka. Dampak ini menjadi semakin serius ketika tambang beroperasi di dekat kawasan konservasi atau pemukiman padat penduduk.

Polusi dari industri pertambangan menciptakan dampak yang kompleks dan jangka panjang terhadap ekosistem dan kesehatan manusia. Upaya pengawasan ketat, teknologi ramah lingkungan, dan keterlibatan masyarakat lokal menjadi kunci untuk menekan dampak buruk dari industri ini. Jika tidak, kerusakan yang terjadi bisa sulit untuk dipulihkan dan mengancam keberlanjutan hidup manusia dan alam.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team