Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Marcus Aurelius (unsplash.com/Adrian Botica)

Marcus Aurelius merupakan seorang pemikir sekaligus kaisar yang hidup sesuai dengan prinsip-prinsip filsafat Stoik. Dalam masa pemerintahannya, dia menghadapi berbagai tantangan besar seperti perang, wabah penyakit, dan krisis politik. Meskipun dihadapkan dengan tantangan besar, dia memilih untuk tetap teguh pada nilai-nilai kebajikan dan akal sehat.

Pemikirannya yang terdokumentasi dalam Meditations menjadi bukti bagaimana seorang pemimpin bisa tetap bijaksana di tengah situasi sulit. Warisan Marcus Aurelius terus hidup hingga saat ini, menginspirasi banyak orang untuk menghadapi kehidupan dengan keberanian dan ketenangan.

Pada ulasan ini, terdapat lima alasan mengapa Marcus Aurelius dianggap sebagai kaisar filsuf terbaik. Simak terus yuk!

1. Memiliki prinsip-prinsip stoik

Marcus Aurelius (unsplash.com/Adrian Botica)

Marcus Aurelius mempelajari Stoisisme dan menghidupinya dalam setiap aspek. Dalam Meditations, dia menulis tentang pentingnya menjaga ketenangan di tengah ketidakpastian, menerima hal-hal yang tidak bisa dikendalikan, dan tetap menjalani hidup dengan kebajikan. Filsafat ini menjadi pedoman dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin.

Dia tidak pernah menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, tetapi selalu bertindak berdasarkan prinsip-prinsip Stoik. Sikapnya yang penuh kesabaran, pengendalian diri, dan keadilan mencerminkan nilai-nilai Stoa yang ia pegang teguh. Bahkan dalam keadaan sulit, dia tetap berusaha untuk menjalani hidup dengan penuh kebajikan.

2. Tangguh dalam menghadapi kesulitan

Marcus Aurelius (pixabay.com/Mikewildadventure)

Masa pemerintahan Marcus Aurelius bukanlah periode yang mudah. Kekaisaran Romawi dihadapkan pada serangkaian perang, wabah penyakit, serta berbagai krisis internal. Namun, dia tidak pernah lari dari tanggung jawabnya atau mencari jalan pintas yang mudah. Sebaliknya, dia tetap teguh, menghadapi setiap tantangan dengan ketabahan.

Filosofi Stoik mengajarkannya untuk tidak mengeluh tentang kesulitan, melainkan menghadapinya dengan sikap tenang dan rasional. Alih-alih menyerah pada penderitaan, dia menjadikannya sebagai kesempatan untuk menunjukkan karakter sejatinya. Sikap ini membuatnya dihormati sebagai pemimpin serta menjadi contoh bagi generasi setelahnya.

3. Seorang pemimpin yang bijaksana

Marcus Aurelius (pixabay.com/StevoLeBlanc)

Sebagai kaisar, Marcus Aurelius memprioritaskan kesejahteraan rakyatnya di atas kenyamanan pribadi. Meskipun memiliki kekuasaan tertinggi, dia tidak pernah bertindak sewenang-wenang atau mengutamakan kepentingan pribadi. Dia melihat perannya sebagai bentuk pelayanan, bukan sekadar kekuasaan untuk dikendalikan.

Keputusannya selalu berdasarkan akal sehat dan kebajikan, bukan emosi atau ambisi pribadi. Dia mendengarkan nasihat dari para penasihatnya dan selalu mempertimbangkan konsekuensi dari setiap kebijakan yang dibuatnya. Dengan sikap ini, dia berhasil mempertahankan stabilitas Kekaisaran Romawi.

4. Menekankan pada akal dan kebajikan

Marcus Aurelius (pixabay.com/6212079)

Bagi Marcus Aurelius, akal sehat dan kebajikan adalah pilar utama dalam menjalani hidup. Dia percaya bahwa seseorang harus berusaha untuk tetap rasional dalam setiap situasi, tidak terbawa emosi atau nafsu sesaat. Dalam setiap keputusan yang diambilnya, dia selalu berusaha untuk berpegang pada prinsip moral yang kuat.

Kebajikan seperti keadilan, keberanian, dan kebijaksanaan menjadi pedoman utama dalam cara dia memimpin. Dia tidak hanya berbicara tentang kebajikan, tetapi juga menghidupinya dalam tindakan nyata. Dengan cara ini, dia berhasil menciptakan kepemimpinan yang stabil dan beretika.

5. Memiliki pengaruh yang bertahan lama

Marcus Aurelius (pixabay.com/Mikewildadventure)

Pemikiran Marcus Aurelius masih terus menginspirasi banyak orang hingga saat ini. Buku Meditations yang ditulisnya telah menjadi salah satu karya filsafat paling berpengaruh dalam sejarah. Banyak pemimpin, filsuf, dan individu dari berbagai latar belakang mengacu pada tulisannya untuk mencari inspirasi dalam menjalani kehidupan.

Warisan yang ditinggalkannya bukan hanya berupa kekaisaran yang stabil, tetapi juga nilai-nilai kehidupan yang abadi. Marcus Aurelius membuktikan bahwa kepemimpinan sejati bukan tentang kekuatan, melainkan tentang kebijaksanaan dan keteguhan hati.

Di tengah kekacauan perang, wabah, dan tantangan politik, Marcus Aurelius tetap berpegang teguh pada kebajikan, akal sehat, dan ketabahan. Warisan pemikirannya terus bertahan melalui Meditations, menginspirasi banyak orang untuk menghadapi hidup dengan lebih bijaksana.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team