Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Burung garugiwa (inaturalist.org/jonodashper)
Burung garugiwa (inaturalist.org/jonodashper)

Taman Nasional Kelimutu merupakan salah satu daya tarik ketika berkunjung ke Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Danau Kelimutu yang dikenal dengan sebutan danau tiga warna menjadi destinasi paling terkenal. Namun, tak hanya itu yang menjadi daya tarik. 

Didirkan pada 1992, Taman Nasional Kelimutu mempunyai luas 5.356 hektare. Dengan kawasan yang merupakan hutan sekunder, tentunya taman nasional ini menjadi tempat beragam flora dan fauna. Dengan kawasan hutan yang luas, kawasan ini juga menjadi rumah banyak spesies burung. Sejumlah spesies merupakan endemik yang hanya dapat ditemui di sini.

Setidaknya, terdapat lima spesies burung endemik yang ada di Taman Nasional Kelimutu. Apa saja itu? Simak berikut ini.

1. Garugiwa atau burung arwah

Burung garugiwa (commons.wikimedia.org/Priyombodo)

Garugiwa dikenal juga dengan sebutan sebagai burung arwah. Penamaan tersebut berdasarkan kepercayaan masyarakat sekitar. Burung ini merupakan ikon dari Taman Nasional Kelimutu. Bernama latin Pachycephala nudigula, burung ini juga dikenal sebagai kancilan Flores. 

Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, garugiwa merupakan burung penghubung antara dunia gaib dan manusia. Burung ini biasanya berada di Danau Kelimutu. Burung ini bersuara yang keras dan nyaring. Menariknya, mereka pandai menirukan suara kicauan burung lain. Mengutip dari situs resmi Kelimutu, burung ini mempunyai keragaman kicauan hingga 12 nada.

Tak hanya itu, garugiwa juga pandai berkamuflase sebab fisiknya berwarna hijau zaitun pada badannya. Namun, ekor dan kepalanya berwarna hitam. Panjang tubuhnya sekitar 19,5 cm sehingga tidak mudah dikenali secara langsung, terutama dari jarak jauh. 

2. Kehicap Flores

Kehicap Flores (inaturalist.org/jonodashper)

Kehicap Flores mempunyai nama latin Symposiachrus sacerdotum. Secara global, burung ini dikenal dengan nama Flores monarch. Burung ini dikenal berkat kemampuan dalam berkicau seperti bernyanyi. Melansir eBird, mereka mengeluarkan nada "weee-weee-weee-weee" secara berulang dengan meninggi di bagian akhir. Mereka juga menghasikal nada "churr".

Dari segi fisik, burung ini berwarna abu-abu dan putih dengan wajah serta dagu hitam. Ekor bawahnya berwarna putih cera, sedangkan tubuh atasnya kelabu-gelap dengan bagian bawah putih bersih. Ukuran kehicap Flores juga termasuk sedang, yakni hanya sekitar 15,5 cm. 

Saat ini, IUCN Red List mengkategorikan kehicap Flores dengan status Endangered atau terancam kepunahan. Berdasarkan data terakhir tahun 2016, populasinya kini sekitar 2.500–9.000. Keberadaannya kini langka sebab wialayah persebarannya yang terbatas. 

3. Opior jambul

Opior jambul (inaturalist.org/yoviejehabut)

Opior jambul merupakan burung kecil yang dapat dijumpai dengan mudah. Meski berwarna hijau zaitun pada atasnya, burung ini memiliki warna kuning cerah pada bagian bawah tubunya. Ini yang membuatnya terlihat mencolok ketika berada di ranting-ranting pohon. 

Seperti namanya, jambul pada burung ini merupakan ciri khas. Bernama latin Heleia dohertyi, jambul burung ini berwarna cokelat gelap dengan totol-totol putih. Mereka mempunyai bercak hitam antara paruh dan mata, serta alis berwarna putih. 

Burung ini dikenal juga dengan kemahirannya berkicau sehingga seperti bernyanyi. Kicauannya bernada lembut, seperti "tsip" atau "kit-up" secara kasar. Nada-nadanya cukup kompleks, tetapi suaranya bisa seperti bersiul dan memecut.

4. Punai Flores

Punai Flores (inaturalist.org/colintrainor)

Punai Flores merupakan burung dalam keluarga Columbidae yang berkerabat dekat dengan merpati. Burung ini dominan berwarna hijau dengan bercak pucat tebal terpencar-pencar di sayapnya. Burung ini juga dikenal secara global dengan nama Florest green-pigeon.

Bernama latin Treron flores, burung ini masuk dalam kategori Vulnerable atau rentan kepunahan. Data terakhir IUCN Red LIst pada 2020, jumlahnya sekitar 2.500–9.999 individu dewasa. Di wilayah sebarannya, burung ini menjadi satu-satunya spesies punai yang hadir.

Burung ini hidup berkelompok kecil dengan berbagai habitat. Mereka dengan mudah ditemui di ranting-ranting pepohonan, terutama hutan terbuka. Selain itu, burung ini juga mendiami dataran rendah yang lembab dan kering, hutan musim gugur, dan hutan kering/savana.

5. Elang Flores

Elang Flores (commons.wikimedia.org/Afran afan)

Elang Flores termasuk dalam kategori burung pemangsa. Burung ini menjadi salah satu dari sepuluh spesies yang terancam menurut data IUCN Red List. Kategorinya kini Endangered, yakni rentan kepunahan. Data terakhir tahun 2024 menunjukkan tren penurunan pada populasinya. Kini, jumlah individu dewasa sekitar 320–1.500. 

Burung bernama latin Nisaetus floris ini mempunyai tubuh dominan putih. Namun, sayapnya berwarna abu-abu kehitaman sehingga kontras dengan bulu tubuhnya. Sementara, paruhnya berwarna hitam dengan kepala putih krem dengan sedikit jambul di atasnya.

Dari daftar burung endemik di atas, hampir semuanya berada dalam ancaman kepunahan. Faktor berkurangnya habitat menjadi yang paling utama. Selain itu, terdapat juga andil manusia yang memburunya dengan berbagai alasan. Dengan populasinya yang menurun, mari menjaga mereka agar bisa dinikmati ketika berada di Taman Nasional Kelimutu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team