Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi kota Erbil yang ajaib dan menawan
Ilustrasi kota Erbil yang ajaib dan menawan (flickr.com/Piotr Gaborek)

Intinya sih...

  • Erbil merupakan salah satu kota tertua yang terus dihuni sejak 2300 SM, menunjukkan kesinambungan kehidupan manusia selama ribuan tahun.

  • Citadel of Erbil telah dihuni tanpa henti selama lebih dari 6.000 tahun, menjadikannya salah satu situs berpenghuni tertua di dunia.

  • Erbil dikenal sebagai kota multietnis dan multibahasa, tempat di mana perbedaan justru menjadi kekuatan sosial.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bayangkan sebuah kota yang sudah berdiri saat piramida Mesir baru saja dibangun, tapi hingga kini masih ramai dengan pusat perbelanjaan dan gedung pencakar langit. Itulah Erbil— atau Hewlêr dalam bahasa Kurdi—ibu kota wilayah otonom Kurdistan Region di Irak. Kota ini bukan sekadar tua, tapi hidup seperti kapsul waktu yang terus berdenyut di antara reruntuhan sejarah dan lampu neon modernitas.

Kota yang berusia lebih dari 6.000 tahun ini menjadi jembatan antara peradaban kuno dan masa depan. Dari reruntuhan kerajaan Asyur hingga bandara internasional modern, Erbil adalah bukti bahwa sejarah tidak selalu tinggal di museum—kadang, ia masih bernapas di antara langkah-langkah manusia zaman kini. Oleh karena itu, mari kita telusuri satu per satu keajaiban Erbil!

1. Salah satu kota tertua yang masih dihuni di dunia

Ilustrasi kota Erbil yang masih dihuni walaupun tergolong kota tertua di dunia (flickr.com/Volkan YILMAZ)

Menurut kanal ensiklopedia Britannica, Erbil merupakan salah satu kota tertua di dunia yang terus dihuni sejak 2300 SM. Para arkeolog menemukan lapisan pemukiman bersejarah di bawah kota yang menunjukkan kesinambungan kehidupan manusia selama ribuan tahun. Hal ini menempatkan Erbil sejajar dengan Damaskus dan Jericho, dua kota lain yang juga dikenal tak pernah benar-benar kosong.

Keberadaan permukiman berlapis ini membuat Erbil disebut sebagai 'lapisan arkeologi hidup' karena masa lalunya tak pernah berhenti bergulir. Dalam setiap pembangunan gedung baru, arkeolog kerap menemukan peninggalan kuno, seperti pecahan tembikar, fondasi rumah kuno, hingga artefak zaman Asyur. Ini menegaskan bahwa Erbil bukan sekadar saksi sejarah, tetapi ruang di mana sejarah terus bernapas.

Tak hanya itu, ahli sejarah dari Kurdistan Archaeology Institute yang bekerja sama dengan The British Institute for the Study of Iraq menyebut bahwa pola kehidupan urban di Erbil menunjukkan sistem sosial yang amat maju. Bahkan sudah ada pembagian ruang pasar, wilayah ibadah, dan sistem irigasi sederhana sejak awal abad ke-2 milenium SM. Jadi, ketika kita berbicara tentang kota tua, Erbil adalah bukti konkret kecerdasan manusia purba yang bertahan hingga kini.

2. Citadel of Erbil, bukit waktu yang jadi warisan dunia

Ilustrasi citadel of Erbil yang jadi warisan dunia UNESCO (commons.wikimedia.org/Osama Shukir Muhammed Amin FRCP(Glasg))

Di tengah kota berdiri Citadel of Erbil, sebuah benteng besar yang menjulang di atas gundukan tanah buatan manusia (tell). Menurut UNESCO World Heritage Centre, benteng ini telah dihuni tanpa henti selama lebih dari 6.000 tahun, menjadikannya salah satu situs berpenghuni tertua di dunia. Dari atas benteng, pengunjung dapat menyaksikan perpaduan antara masa lalu dan masa kini dalam satu lanskap visual.

Yang menarik, gundukan tempat benteng berdiri sebenarnya terbentuk dari lapisan-lapisan reruntuhan bangunan lama. Setiap generasi membangun rumah di atas sisa bangunan sebelumnya, sehingga menciptakan bukit setinggi lebih dari 30 meter. Fenomena ini membuat Citadel bukan sekadar struktur arsitektur, tapi arsip vertikal peradaban manusia.

Kini, kawasan Citadel sedang direstorasi oleh High Commission for Erbil Citadel Revitalization (HCECR) dengan dukungan UNESCO. Upaya ini bukan hanya untuk melestarikan situs kuno, tapi juga menghidupkan kembali identitas budaya Kurdistan melalui arkeologi, pariwisata, dan pendidikan sejarah. Citadel menjadi bukti bahwa kota bisa menjadi museum terbuka yang masih berdenyut.

3. Keanekaragaman etnis dan bahasa yang luar biasa

Ilustrasi kota Erbil yang sangat beragam etnis dan bahasa penduduknya (flickr.com/Els Slots)

Erbil dikenal sebagai kota multietnis dan multibahasa, tempat di mana perbedaan justru menjadi kekuatan sosial. Menurut portal ensiklopedia Britannica, kota ini dihuni oleh komunitas Kurdi, Arab, Turkmen, Assyrian, Chaldean, dan Yazidi. Bahasa yang digunakan pun beragam, mulai dari Kurdi Sorani, Arab, bahkan bahasa Aram kuno yang masih dilestarikan dalam liturgi gereja-gereja lokal.

Keberagaman ini berakar dari posisi Erbil yang strategis di jalur perdagangan kuno antara Mesopotamia, Anatolia, dan Persia. Menurut Erbil Governorate Portal, sejak abad ke-7 SM, kota ini menjadi titik pertemuan para pedagang, ulama, dan seniman lintas budaya. Dari situlah lahir tradisi toleransi dan pluralisme yang masih terasa di jalanan kota hingga kini.

Menariknya, keragaman ini tercermin pada arsitektur kota. Di satu sudut, kamu bisa melihat masjid bersejarah Jalil Khayat yang megah, sementara di sisi lain berdiri gereja Mart Shmoni dengan menara loncengnya yang khas. Perpaduan itu bukan paradoks, melainkan cermin nyata dari identitas Erbil sebagai kota yang menyatukan perbedaan dalam harmoni.

4. Dari perang ke pembangunan, kota yang bangkit dari luka

Ilustrasi kota Erbil yang berhasil bangkit dari luka peperangan (flickr.com/Marco Gomes)

Erbil bukan hanya kota tua, tapi juga kota yang selamat dari perang dan trauma. Setelah kejatuhan rezim Saddam Hussein pada 2003, wilayah Kurdistan mulai mengalami kebangkitan ekonomi dan sosial. Data dari Lebanese French University Kurdistan menunjukkan lonjakan besar dalam pembangunan infrastruktur, mulai dari jalan tol modern hingga kompleks bisnis bertaraf internasional.

Namun, kemajuan ini datang setelah dekade penderitaan. Selama perang Irak-Iran (1980–1988) dan serangan kimia Halabja (1988), banyak warga Kurdi yang mengungsi ke Erbil. Kota ini menjadi tempat perlindungan dan titik kebangkitan kembali identitas Kurdistan. Sejarawan lokal menulis bahwa ‘Erbil tumbuh dari luka, tapi justru luka itu yang membuatnya kuat’.

Kini, Erbil juga menjadi pusat politik wilayah otonom Kurdistan dengan parlemen dan pemerintahan sendiri. Perpaduan antara modernitas dan ketahanan budaya menjadikannya simbol bahwa kota bisa pulih—tidak hanya secara fisik, tapi juga spiritual. Dari reruntuhan perang, Erbil menegaskan makna baru dari pembangunan: bukan sekadar beton, tapi keberanian untuk hidup kembali.

5. Alam dan geografi yang menawan di tengah gurun

Ilustrasi kota Erbil yang menawan di tengah kondisi geografis gurun (flickr.com/Els Slots)

Secara geografis, Erbil berada di dataran tinggi sekitar 400 meter di atas permukaan laut, dikelilingi oleh pegunungan Zagros di utara dan barat laut. Letak ini menjadikan Erbil punya iklim semi-kering dengan musim semi yang menakjubkan. Bahkan hamparan bunga liar bermekaran di sekitar kota, menciptakan lanskap yang kontras dengan citra kering Timur Tengah—dilansir dari laman Erbil Governorate Official Portal.

Kota ini juga menjadi pintu gerbang ke destinasi alam populer, seperti Shaqlawa, Soran, dan Rawanduz, yang terkenal dengan lembah hijau dan air terjun. Menurut Syafaq News, wisata alam Erbil menarik lebih dari 2 juta pengunjung setiap tahun. Hal ini menjadi bukti bahwa kekayaan alam di wilayah ini masih menjadi daya tarik besar.

Kombinasi bentang alam dan sejarah menjadikan Erbil sangat unik. Kota yang menggabungkan romantisme pegunungan dengan jejak peradaban kuno. Di sinilah kamu bisa melihat matahari terbenam di balik benteng berusia 6.000 tahun sambil mendengar azan dan lonceng gereja berdentang bersamaan—harmoni yang hanya bisa ditemukan di kota seajaib ini.

Erbil bukan sekadar kota kuno, melainkan metafora kehidupan manusia yang terus bertahan, berevolusi, dan berdamai dengan luka masa lalu. Dari benteng purba hingga mall modern, dari doa kuno hingga startup digital, semua berdenyut dalam satu ritme—ketahanan dan kebanggaan atas sejarahnya.

Seperti kota yang menolak mati, Erbil mengajarkan bahwa masa depan bukan tentang melupakan masa lalu, tapi tentang menyulam ulang ingatan menjadi harapan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team