Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
cacing pompeii dengan empat pasang insang berwarna merah (youtube.com/MBARI)

Cacing pompeii (Alvinella pompejana) merupakan satu dari sekian banyak fauna laut dalam yang memiliki bentuk unik. Cacing ini punya kemampuan luar biasa karena bisa beradaptasi di habitat dengan suhu sangat tinggi.

Tidak main-main, cacing pompeii hidup di area hydrothermal vent atau yang dikenal dengan cerobong asap bawah laut. Apa yang membuat hewan ini bisa nyaman tinggal di tempat ekstrem tersebut? Ayo simak fakta-fakta menariknya di bawah ini!

1.Hidup di habitat ekstrem

hydrothermal vent atau cerobong asap bawah laut yang terletak di laut dalam (oceana.org)

Cacing pompeii merupakan organisme extremophile, artinya fauna tersebut mampu hidup di bawah kondisi ekstrem. Monterey Bay Aquarium Research Institute melaporkan, cacing ini membangun rumah yang berbentuk tabung pada permukaan hydothermal vent atau cerobong asap bawah laut di laut dalam Samudera Pasifik. Suhu dasar tabung yang menempel pada cerobong bisa mencapai 105 derajat Celsius.

Perlu diketahui bahwa hydrothermal vent merupakan mata air panas yang berada di lantai samudra. Ini merupakan tempat di mana air panas yang kaya akan mineral mengalir ke laut dalam yang dingin, seperti dilansir Oceana. Hydrothermal vent terletak di area yang memiliki aktivitas tektonik tinggi.

2.Hidup di laut dalam

Cacing pompeii hidup di area cerobong asap bawah laut yang letaknya di laut dalam. Dilansir Monterey Bay Aquarium Research Institute, mereka dapat ditemukan di kedalaman 1.500 hingga 3.500 meter.

Dilansir Exploratorium, meskipun hidup di laut dalam, cacing pompeii tidak khawatir kekurangan sumber energi. Sebab peran sinar matahari sudah disubstitusi dengan panas yang dihasilkan dari hydrothermal vent yang kaya akan panas dan mineral.

3.Struktur insang mirip seperti bulu

cacing pompeii dengan empat pasang insang berwarna merah (youtube.com/MBARI)

Cacing pompeii berwarna abu-abu pucat dan memiliki insang berbentuk seperti tentakel berwarna merah. Dilansir Microbial Life, bagian insang ini aktif menghadap ke sisi air bersuhu rendah untuk menyerap oksigen.

Hasil riset yang dilakukan oleh Bir, dkk., dalam International Journal of Fauna and Biological Studies tahun 2020 menyatakan bahwa cacing pompeii memiliki empat pasang insang yang memiliki adaptasi khusus. Mereka mampu menyerap oksigen dengan maksimal mengingat cacing ini tinggal di area dengan oksigen terbatas.

Kerja insang mereka juga dimaksimalkan dengan bantuan gerakan mekanis dari jantung berbentuk seperti batang. Dengan karakteristik tersebut, efisiensi kerja jantung dalam memompa darah menuju insang dapat dimaksimalkan.

4.Punya teknik distribusi panas yang efektif dan efisien

Seperti yang telah disebutkan pada poin pertama bahwa cacing pompeii hidup dalam rumahnya yang berbentuk seperti tabung. Meskipun satu bagian tabung tertanam pada cerobong asap dan ujungnya mengarah keluar menuju air dengan suhu yang lebih rendah, cacing pompeii yang berada di dalam tabung tersebut tidak merasa terlalu panas.

Exploratorium melansir, ekor cacing ini berada pada sisi tabung yang panas dan kepala berada di sisi tabung yang mengarah ke air yang lebih dingin dan kaya oksigen. Bentuk tabung itu sendiri memungkinkan terjadinya penurunan suhu dari 80 derajat Celsius di sisi dalam menjadi 14 derajat Celsius di sisi luar.

Monterey Bay Aquarium Research Institute menambahkan, cacing ini akan bergerak bolak-balik antara kedua sisi tabung, sehingga menyebabkan terjadinya pencampuran antara air panas dan dingin. Namun, yang paling berperan vital adalah bakteri yang ada di permukaan cacing pompeii.

5.Melakukan simbiosis mutualisme dengan bakteri tertentu

cacing pompeii yang hidup di habitat ekstrem bersuhu panas (youtube.com/MBARI)

Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, bakteri yang ada pada permukaan tubuh cacing pompeii sangat berperan dalam proses adaptasi dengan suhu ekstrem. Dilansir Monterey Bay Aquarium Research Institute, cacing pompeii sebenarnya hanya bisa menoleransi maksimal suhu 55 derajat Celsius, tetapi bakteri yang melapisi cacing menjadi insulator yang baik, sehingga bisa menahan suhu tinggi dari cerobong asap bawah laut.

Microbial Life melaporkan, hubungan simbiosis mutualisme ini terjadi ketika cacing mengeluarkan lendir atau mukus dari kelenjar-kelenjar kecil di bagian tubuhnya yang digunakan bakteri sebagai sumber nutrisi. Sebagai gantinya, bakteri akan memberikan proteksi kepada cacing dengan menjadi insulator.

Cacing pompeii merupakan fauna unik dengan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan ekstrem bersuhu tinggi yang luar biasa. Semoga artikel ini memberikan pengetahuan baru yang bermanfaat, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team