Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Buah Hala
potret buah hala (pexels.com/Jeffry S.S.)

Intinya sih...

  • Buah hala berasal dari tanaman pandan laut yang tumbuh di sepanjang pesisir tropis Pasifik, termasuk Indonesia, Filipina, dan Hawaii.

  • Bentuknya besar, bulat hingga agak lonjong, mirip nanas namun bukan bagian dari keluarga nanas. Buah ini menjadi sumber pangan utama bagi masyarakat di kepulauan Pasifik.

  • Buah hala kaya akan nutrisi penting seperti provitamin A karotenoid dan memiliki makna budaya sebagai simbol keterhubungan manusia dengan alam serta nilai-nilai masyarakat pulau-pulau Pasifik.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di antara beragam buah tropis yang tumbuh di kawasan Pasifik, ada satu jenis yang sering membuat orang penasaran karena bentuknya tidak biasa, buah hala. Buah ini berasal dari pohon pandanus, tanaman pesisir yang tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrem seperti angin kencang dan tanah berpasir. Bentuk buahnya yang terdiri dari bagian-bagian besar berwarna cerah membuatnya sekilas tampak seperti nanas, meski sebenarnya berasal dari keluarga botani yang berbeda.

Keistimewaan buah hala tidak hanya terlihat dari bentuknya saja. Buah ini sudah lama menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat pesisir Pasifik, baik sebagai pangan maupun simbol budaya. Selain itu, penelitian modern mulai mengungkap kandungan gizi dan potensi manfaatnya bagi kesehatan. Yuk, kita bahas lima fakta unik tentang buah tropis satu ini!

1. Asal-usul dan habitatnya

potret pohon hala (Pandanus tectorius) di pesisir pantai (commons.wikimedia.org/John Robert McPherson)

Buah hala berasal dari tanaman pandan laut (Pandanus tectorius), tanaman yang tumbuh alami di sepanjang pesisir tropis, mulai dari Australia utara hingga berbagai pulau di Samudra Pasifik, termasuk Indonesia, Filipina, dan Hawaii. Tanaman ini dikenal dengan sebutan "screw pine" karena bentuk batangnya yang menyerupai sekrup, dan memiliki akar penyangga yang muncul di atas permukaan tanah untuk menopang pohon di tanah berpasir.

Pohon hala tumbuh subur di berbagai habitat pesisir, seperti tepi pantai berpasir, rawa, dan hutan pantai sekunder. Tanaman ini mampu bertahan hidup di lingkungan yang keras, termasuk paparan angin laut dan kadar garam tinggi. Buah hala sering ditemukan di daerah pesisir yang sering terkena angin laut dan gelombang pasang, menjadikannya bagian penting dari ekosistem pesisir tropis.

2. Bentuknya mirip nanas

potret buah hala dengan bentuk menyerupai nanas (pixabay.com/Евгений)

Buah hala memang terlihat unik dan sering membuat orang langsung teringat pada nanas. Bentuknya besar, bulat hingga agak lonjong, dan tersusun dari banyak potongan kecil yang disebut keys. Saat masih muda, warnanya hijau, lalu perlahan berubah menjadi kuning, oranye, bahkan kemerahan ketika matang. Ukurannya pun bisa cukup besar, dan saat matang buah ini mengeluarkan aroma harum yang khas.

Walaupun sekilas mirip nanas, sebenarnya hala bukan bagian dari keluarga nanas. Setiap segmennya memiliki kulit luar yang keras dan berserat, sementara bagian dalamnya lebih lembut dan bisa dimakan. Bentuknya yang unik ini membuat hala mudah dikenali di antara buah-buah tropis lainnya, apalagi bagi masyarakat pesisir Pasifik yang sudah lama memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Sumber pangan tradisional

potret buah hala (commons.wikimedia.org/Anton Croos)

Buah hala sudah lama menjadi salah satu sumber pangan utama bagi masyarakat di kepulauan Pasifik. Buah yang sudah matang dapat langsung dimakan, terutama bagian dagingnya yang lembut dan manis. Varietas lain yang lebih keras atau berserat biasanya diolah terlebih dahulu, misalnya dengan direbus atau dipanggang, agar lebih mudah dikunyah dan lebih enak dikonsumsi. Praktik sederhana ini sudah diwariskan turun-temurun sebagai bagian dari tradisi kuliner masyarakat pesisir.

Selain dimakan segar, buah hala juga sering diproses menjadi pasta kental dari sari buah matang yang kemudian dikeringkan. Pasta ini bisa bertahan bertahun-tahun tanpa pendingin, sehingga sangat bermanfaat sebagai cadangan makanan di pulau-pulau yang jauh dari pasokan pangan modern. Olahan tradisional ini tidak hanya menunjukkan kreativitas masyarakat lokal, tetapi juga pentingnya hala sebagai penopang ketahanan pangan di lingkungan pesisir tropis.

4. Kaya nutrisi dan berpotensi untuk riset sains

potret buah hala, sumber nutrisi penting untuk penelitian gizi (commons.wikimedia.org/John Robert McPherson)

Buah hala ternyata menyimpan nutrisi penting, terutama kandungan provitamin A karotenoid. Penelitian di kepulauan Mikronesia menemukan bahwa buah dengan warna kuning hingga oranye memiliki kadar karotenoid yang tinggi, bahkan mampu berkontribusi signifikan terhadap kebutuhan vitamin A harian masyarakat. Hal ini penting karena defisiensi vitamin A masih menjadi masalah gizi di banyak wilayah Pasifik, sehingga konsumsi hala bisa membantu menjaga kesehatan mata dan daya tahan tubuh.

Tidak hanya bermanfaat untuk pola makan tradisional, temuan ini juga membuka peluang bagi penelitian ilmiah lebih lanjut. Variasi kadar nutrisi antar varietas menunjukkan bahwa hala berpotensi dikembangkan lewat seleksi atau budidaya untuk memperkuat kualitas gizi pangan lokal. Dengan begitu, hala bukan sekadar buah tropis eksotis, tetapi juga bisa menjadi objek riset penting dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat.

5. Simbol budaya

potret topi dari anyaman daun hala, simbol kearifan lokal pasifik (commons.wikimedia.org/RDPixelShop)

Bagi masyarakat Polinesia, hala punya makna lebih dari sekadar buah tropis. Tanaman ini sering hadir dalam budaya dan ritual tradisional. Bunganya yang harum, hinano, dipakai sebagai hiasan upacara, sementara buahnya dijadikan leis, kalung khas Pasifik yang melambangkan penghormatan atau doa baik. Daunnya juga dianyam menjadi topi, tikar, keranjang, hingga atap rumah, yang tidak hanya berguna praktis tetapi juga mencerminkan keterampilan tradisional yang diwariskan turun-temurun.

Tak hanya itu, buah hala juga menjadi simbol keterhubungan manusia dengan alam. Sari buah yang dicampur dengan kelapa, misalnya, tidak hanya berfungsi sebagai pangan, tetapi juga menjadi bagian dari warisan kuliner yang sarat makna budaya. Dengan peran ganda sebagai sumber makanan, bahan kerajinan, dan simbol tradisi, hala menegaskan posisinya sebagai tanaman yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan dan nilai-nilai masyarakat pulau-pulau Pasifik.

Hala menjadi gambaran betapa eratnya hubungan manusia dengan lingkungan mereka. Tidak hanya dimanfaatkan sebagai makanan atau kerajinan, tetapi juga dijadikan simbol yang sarat makna dalam ritual dan kebersamaan. Dengan cara itu, hala tidak hanya diwariskan sebagai tanaman, melainkan juga sebagai cerita budaya yang terus hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team