Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi hiu (pexels.com/GEORGE DESIPRIS)
ilustrasi hiu (pexels.com/GEORGE DESIPRIS)

Gigitan ikan hiu merupakan salah satu fenomena yang cukup menakutkan bagi banyak orang, tapi cukup menarik untuk dipelajari. Sebagai salah satu predator puncak di lautan rasanya wajar apabila hiu memiliki rahang yang dirancang secara khusus untuk berburu mangsa dengan efisiensi yang sangat luar. Di balik reputasi menakutkan dari hewan satu ini, ternyata gigitan hiu menyimpan banyak fakta ilmiah yang bisa mengungkapkan kecepatan hingga proses adaptasi evolusi yang dimiliki.

Seperti yang diketahui bahwa ada lebih dari 500 spesies ikan hiu yang ada di dunia dan setiap spesiesnya ternyata memiliki karakteristik gigitan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, simaklah beberapa fakta ilmiah berikut ini mengenai gigitan ikan hiu agar nantinya bisa semakin memberikanmu pengetahuan lebih tentang predator laut yang satu ini.

1. Kemampuan gigitannya sangat kuat

ilustrasi hiu (pexels.com/Mile Ribeiro)

Hiu ternyata menjadi salah satu hewan dengan gigitan terkuat, sehingga hal inilah yang mungkin ditakuti oleh banyak makhluk hidup lainnya. Sebagai contoh, hiu putih besar ternyata mampu menghasilkan tekanan gigitan yang mencapai 1,8 ton per inci persegi, sehingga setara dengan kekuatan gigitan yang dimiliki oleh singa dan buaya. Kekuatan tersebut sangat memungkinkan hiu untuk menembus tulang dan kulit tebal dari mangsanya dengan mudah.

Kekuatan gigitan yang dimiliki hiu ternyata dimiliki dari kombinasi antara otot yang kuat, rahang besar, hingga gigi yang tajam, serta terlihat bergerigi. Namun, tidak semua hiu ternyata memiliki gigitan sekuat itu, sebab ada pula beberapa spesies seperti hiu perawat yang memiliki gigitan lebih lemah karena memang cenderung memakan plankton atau pun mangsa kecil.

2. Gigi hiu selalu tumbuh kembali

ilustrasi ikan hiu (pexels.com/Gilberto Olimpio)

Gigi hiu nyatanya dirancang untuk terus tumbuh dan diganti sepanjang hidupnya, sehingga tidak akan mudah copot. Hiu bisa kehilangan hingga 30 ribu gigi selama hidupnya, namun mereka akan tetap memiliki gigi-gigi cadangan yang siap untuk menggantikan gigi yang sudah hilang sebelumnya.

Proses tumbuh gigi memungkinkan hiu untuk selalu memiliki deratan gigi yang tajam agar bisa membantu proses berburu dan juga memakan mangsanya. Kelebihan inilah yang tentunya dapat membantu hiu untuk terus beradaptasi di lingkungan laut yang keras, sebab mereka harus sering menggigit mangsa yang memiliki cangkang keras atau pun kulit tebal.

3. Gigitan hiu dipengaruhi oleh teknik dan kecepatannya

ilustrasi ikan hiu (pexels.com/Samson Bush)

Gigitan hiu sebetulnya bukan hanya berkaitan dengan kekuatan, namun juga kecepatan dan presisi yang dimilikinya. Beberapa spesies hiu, seperti hiu mako ternyata mampu melesat dengan kecepatan hingga 70 km per jam agar bisa mengejar mangsa sebelum menggigitnya kembali. Teknik tersebut juga akan memungkinkan hiu untuk bisa menangkap mangsa yang dapat bergerak cepat, seperti lumba-lumba atau pun ikan tuna.

Ikan hiu memiliki kemampuan untuk mengayunkan kepala mereka dengan sangat cepat ketika menggigit, sehingga hal ini akan menciptakan luka yang terlihat lebih besar dan memastikan mangsa tersebut tidak bisa melarikan diri. Proses adaptasi yang baik menunjukkan bagaimana cara ikan hiu untuk mengandalkan teknik berburu yang lebih canggih, selain hanya mengandalkan kekuatan rahangnya saja.

4. Bentuk giginya terlihat berbeda untuk jenis mangsa

ilustrasi ikan hiu (pexels.com/Guryan)

Setiap spesies hiu ternyata memiliki bentuk gigi yang berbeda-beda, sehingga hal ini juga akan mencerminkan jenis makanan yang biasa dikonsumsinya. Ada beberapa contoh yang mungkin bisa kamu perhatikan, seperti misalnya hiu harimau yang memiliki tampilan gigi bergerigi yang tajam untuk merobek daging, sedangkan hiu martil justru memiliki gigi yang terlihat lebih kecil dan padat untuk menghancurkan cangkang mangsanya, seperti kerang atau pun kepiting.

Hiu paus merupakan salah satu hewan pemakan plankton, sehingga memiliki gigi kecil yang tidak digunakan untuk berburu. Perbedaan bentuk gigi yang ada menunjukkan evolusi hiu terjadi dengan sangat beragam dan spesifik, sehingga disesuaikan dengan habitat dan kebutuhan masing-masing.

5. Gigitan hiu jarang mematikan bagi manusia

ilustrasi hiu putih (pexels.com/Ben Phillips)

Banyak orang yang mungkin menganggap bahwa kegiatan hiu merupakan salah satu yang sangat mematikan, namun kenyataannya serangan hiu terhadap manusia sebetulnya sangat jarang terjadi. Sebagian besar serangan hiu ternyata diakibatkan karena kesalahan identifikasi, seperti misalnya hiu mengira bahwa manusia merupakan anjing laut atau pun ikan besar.

Bahkan ada statistik mengungkapkan bahwa peluang seseorang diserang hiu adalah 1 banding 11,5 juta. Bahkan, apabila serangan terjadi, maka sebagian besar gigitan hiu tidak mematikan, sebab mereka sering melepaskan gigitan tersebut ketika menyadari bahwa manusia bukan makanan alami mereka.

Gigitan ikan hiu sebetulnya merupakan hasil dari proses adaptasi yang dimiliki oleh predator laut tersebut. Melalui kekuatan rahang hingga bentuk gigi yang khusus, maka hewan ini seolah dirancang memiliki kemampuan lebih untuk berburu di lautan yang keras. Nyatanya gigitan hiu tidak selalu mematikan untuk manusia!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team