Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Kultur Jaringan, Teknologi Perbanyakan Tanaman Tingkat Tinggi

ilustrasi kultur jaringan(pixabay.com/kennethr)
ilustrasi kultur jaringan(pixabay.com/kennethr)

Seiring berkembangnya teknologi, bidang pertanian juga banyak menelurkan teknologi baru, salah satunya kultur jaringan. Walaupun sudah dikenal sejak lama, teknologi kultur jaringan ini lebih berkembang sekarang berkat perkembangan teknologi. Hanya dengan jaringan tanaman saja, ilmuan bisa menghadirkan ratusan hingga ribuan tanaman waktu dengan waktu cepat.

Melansir ISAAA, teknologi Kultur Jernigan pada tanaman dikenal juga dengan nama Mikropropagasi. Teknologi kultur jaringan inilah yang membantu mengembangkan tanaman-tanaman baru dengan sifat terbaik untuk dikembangkan dalam skala besar. Berikut lima fakta kultur jaringan yang perlu kamu ketahui.  

1.Awal mula hadirnya teknik kultur jaringan

ilustrasi kultur jaringan (pixabay.com/kennethr)
ilustrasi kultur jaringan (pixabay.com/kennethr)

Beberapa teori liar telah berlalu-lalang sejak abad ke 18. Salah satunya Teori Totipotensi Sel yang dipopulerkan Scleiden dan Schwan pada 1938. Dilansir Plant Cell Technology, kultur jaringan pada tanaman pertama kali ditemukan di tahun 1898 oleh botanis asal Jerman, Gottlieb Haberlandt.

Ia mencoba mengembangkan tanaman dari jaringan palisade daun, inti sari, dan jaringan epidermis pada bulu akar dan bulu batang. Namun, percobaannya tidak bertahan lama. Tanaman itu tidak berkembang seperti keinginannya. Setelah percobaan demi percobaan dilakukan, titik terang teknologi kultur jaringan mulai ditemukan dan berkembang hingga saat ini.

2. Prinsip dasar pelaksanaan kultur jaringan

ilustrasi kultur jaringan (meron.com)
ilustrasi kultur jaringan (meron.com)

Kultur jaringan terinspirasi dari sebuah teori yang di utarakan Scleiden dan Schwan pada tahun 1838. Teori Totipotensi Sel ini berbunyi setiap sel memiliki genetik yang sama dan mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi suatu individu yang sempurna. Dalam hal ini teori totipotensi bisa dipraktekkan untuk organisme lain selain tanaman, seperti jamur, dan bakteri.

Dilansir britanica, pelaksanaan kultur jaringan harus memperhatikan 4 aspek penting, lingkungan tempat tumbuh, bahan tanam, zat pengatur tumbuh, dan media tanam. Lingkungan penyimpanan eksplan kultur jaringan harus diatur sedemikian rupa, begitu pula dengan bahan tanam.

Hal paling penting yang perlu diperhatikan adalah sterilitasnya. Sebab, kultur jaringan rentan terkena kontaminasi. Zat Pengatur Tumbuh dan Media Tanam harus disesuaikan dengan kebutuhan dari tanaman.

3. Bahan tanaman yang bisa digunakan untuk kultur jaringan

ilustrasi hasil kultur jaringan (plantcelltechnology.com)
ilustrasi hasil kultur jaringan (plantcelltechnology.com)

Layaknya prinsip dari kultur jaringan, dengan memanfaatkan sifat totipotensi itu, semua bagian dari tanaman dapat digunakan sebagai bahan tanam. Namun bahan tanam yang muda dan kaya akan jaringan meristem (jaringan yang terus membelah) lebih cepat untuk berkembang menjadi sebuah tanaman baru. Biasanya jaringan meristem ditemukan di pucuk, atau bagian tanaman lain yang baru tumbuh.

Kultur organ dari ujung akar, pucuk aksilar, daun, dan bunga muda sering digunakan sebagai bahan tanam. Selain dari organ, menghasilkan tanaman baru bisa dari protoplasma (sel muda yang di ekstrak dari tanaman), bagian reproduktif tanaman (serbuk sari), dan kultur kalus dari sel parenkim tanaman. Selama bagian itu mengandung sel dari tanaman bisa digunakan sebagai bahan tanam.

4. Pelaksanaan kultur jaringan

pelaksanaan kultur jaringan sederhana (plantcelltechnology.com)
pelaksanaan kultur jaringan sederhana (plantcelltechnology.com)

Dilansir Byjus, Ada lima tahapan dasar dalam pelaksanaan kultur jaringan. Pertama, mempersiapkan media tanam, alat, dan bahan. Alat dan bahan utama dalam kultur jaringan adalah, alat laboratorium yang berhubungan, botol penanaman yang telah disterilisasi, media tanam, zat pengatur tumbuh, dan jaringan tanaman.

Kedua, penanaman bahan tanam. Setelah sterilisasi dan botol berisi media tanam telah siap ditanami, jaringan tanaman dimasukkan secara perlahan di media tanam (agar Murashige dan Skoog).

Ketiga, merangsang tunas sehingga dapat berkembang. Dilansir Jurnal AgroBiogen, perangsangan tunas dengan menggunakan zat pengatur tumbuh BA (benzyl adenin). Keempat, merangsang pertumbuhan akar dengan Zat Pengatur Tumbuh dari golongan auksin seperti IAA, IBA, atau NAA.

Langkah terakhir, yaitu pemindahan bibit ke lapangan. Setelah beberapa bulan kini saatnya melakukan aklimatisasi atau penyesuaian bibit ke lapangan. Penanaman dilakukan di greenhouse agar bibit hasil kultur jaringan bisa menyesuaikan diri.

5. Keunggulan dan kelemahan dari teknik kultur jaringan

ilustrasi hasil kultur jaringan (plantcelltechnology.com)
ilustrasi hasil kultur jaringan (plantcelltechnology.com)

Perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan memiliki beberapa keunggulan. Produksi tanaman dapat dilakukan secara cepat. Sangat membantu untuk tanaman yang sulit menghasilkan biji.

Teknik kultur jaringan bisa memperbanyak tanaman dengan sifat tertentu sesuai keingginan. Pada tingkat yang lebih tinggi, kultur jaringan bisa dikombinasikan dengan rekayasa genetika yang membuatnya menghasilkan tanaman dengan sifat baru.

Kelemahan dari teknik ini adalah, rentan terjadinya kontaminasi. Bibit yang ditanam dengan teknik kultur jaringan sangat sensitif dengan perubahan, sehingga harus diperlakukan dengan hati-hati.

Pelaksanaannya juga tergolong rumit dan bisa dilakukan oleh orang yang berpengalaman saja. Biaya yang dikeluarkan juga besar untuk menerapkan kultur jaringan.

Terlepas dari segala kekurangannya, kultur jaringan merupakan sebuah inovasi yang berprospek ke masa depan. Menghasilkan bibit tanaman unggul dapat dilakukan setiap waktu tanpa mengenal musim.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Priscilla Olga Salim
EditorPriscilla Olga Salim
Follow Us