Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Caecilia jawa (inaturalist.lu/Novita Sari)
Caecilia jawa (inaturalist.lu/Novita Sari)

Jika berbicara mengenai amfibi pasti yang terlintas di otakmu adalah katak, kodok, atau salamander. Tidak mengherankan mengingat ketiga hewan tersebut merupakan amfibi yang penyebarannya paling luas, paling mudah ditemui, dan paling mencolok. Tapi nyatanya spesies amfibi tidak hanya berkutat pada tiga hewan tersebut. Bahkan di Indonesia juga ada satu jenis amfibi lain yang unik, yaitu caecilia.

Diantara beberapa spesies caecilia yang ada, caecilia jawa atau Ichthyophis hypocyaneus jadi salah satu yang cukup unik. Jika melihat tubuhnya ia memang mirip dengan caecilia lain dengan badan memanjang seperti ular, kulit licin, dan warna kuning di bagian bawah tubuhnya. Namun yang membedakannya dengan spesies lain adalah penyebarannya karena ia hanya bisa ditemukan di beberapa daerah di Jawa Barat. Tapi jika diulik lebih dalam lagi sebenarnya amfibi ini juga punya beberapa fakta menarik, lho.

1. Caecilia merupakan spesies amfibi tidak berkaki

Caecilia (inaturalist.org/Marius Burger)

Mungkin nama caecilia cukup asing di telinga masyarakat Indonesia mengingat amfibi ini memang cukup jarang ditemukan. Jika dibandingkan amfibi seperti katak dan kodok populasi caecilia juga tidak melimpah. Habitatnyapun cukup tersembunyi karena ia lebih suka tinggal di dalam lubang, di bawah kayu, di bawah batu, atau di daerah berlumpur, jelas National Geographic. Namun walau tergolong sulit ditemukan caecilia ternyata termasuk salah satu dari tiga ordo amfibi besar yang ada di dunia, lho.

Sebenarnya penyebaran hewan ini sangat luas karena bisa ditemukan di Asia, Afrika, sampai Amerika. Jika melihat taksonominya sendiri caeclia adalah penyebutan bagi amfibi yang berasal dari ordo Gymnophiona. Ordo Gymnophiona dibagi lagi menjadi 10 famili yang kemudian dibagi lagi menjadi ratusan spesies. Walau tiap spesies punya keunikan tersendiri namun mereka punya satu kesamaan, yaitu badan yang panjang, tidak berkaki, dan punya mata berukuran kecil.

2. Sering disalahpahami sebagai ular atau cacing

Caecilia jawa (inaturalist.org/gerraldkevin)

Seperti caecilia lain, caecilia jawa dapat dengan mudah dikenali dari tubuhnya yang memanjang, tanpa kaki, dan badannya yang licin. Karena bentuk tubuhnya tersebut banyak orang yang salah paham dan mengira amfibi ini sebagai ular atau cacing. Padahal jika diteliti dan diperhatikan lebih dekat kamu dengan mudah bisa membedakannya dari cacing dan ular. Perbedaan ketiganya dapat terlihat dari warna, kebiasaan, tekstur, dan bentuk tubuhnya.

Pertama, caecilia jawa tidak bersisik dan badannya licin serta berair seperti katak dan salamander. Kedua, mata caecilia jawa sangat kecil berbeda dengan ular yang umumnya besar dan bulat. Ketiga, gerakan caecilia jawa terbilang lambat. Keempat, caecilia jawa tidak bisa menjulurkan lidah seperti ular. Kelima, ukuran caecilia jawa jauh lebih besar dari cacing. Terakhir, tubuh bagian atas caecilia jawa berwarna hitam keunguan dengan garis kuning di samping tubuh, tentunya warna ini sangat berbeda dari ular maupun cacing.

3. Merupakan hewan endemik Pulau Jawa dengan penyebaran yang sangat sempit

Peta penyebaran caecilia jawa (commons.wikimedia.org/Rubaisport)

Laman IUCN Red List menjelaskan kalau caecilia merupakan hewan endemik Pulau Jawa dan hanya bisa ditemukan di Provinis Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Ia biasa menghuni hutan, daerah lembab, sungai, atau danau. Populasinya juga terus menurun dan tidak ada yang tahu pasti berapa jumlah individu yang masih bertahan di alam liar. Para ahli kesulitan melakukan survey dan pendataan terhadap populasi caecilia jawa karena habitat yang sulit diakses dan kebiasaannya yang jarang keluar dari persembunyian.

Untuk saat ini caecilia jawa hanya bisa ditemukan di empat tempat di Pulau Jawa. Tempat pertama ada di Banten, tempat kedua di Pekalongan, tempat ketiga ada di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, dan tempat keempat ada di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Kemungkinan amfibi ini juga mendiami gunung-gunung dan daerah lain, namun hal tersebut tidak dapat dipastikan karena belum ada pendataan resmi yang mencatat mengenai persebaran dan populasinya.

4. Makanannya berupa hewan-hewan kecil

Caecilia jawa (inaturalist.lu/simonmaddock)

Laman AmphibiaWeb menjelaskan kalau caecilia jawa adalah karnivora yang kerap memakan hewan-hewan kecil. Mulai dari invertebrata seperti cacing sampai reptil seperti ular kawat bisa dimakan oleh hewan ini. Tidak seperti ular mulut caecilia tidak fleksibel, alhasil ia hanya bisa memakan hewan yang ukurannya lebih kecil. Caecilia juga tidak berbisa dan berbahaya, namun hewan ini punya gigi tajam yang berguna untuk mencengkeram dan menelan mangsa. Karena lamban caecilia lebih suka mengendap-endap dan menyergap mangsa, hewan ini tidak bisa mengejar atau melilit mangsanya.

5. Panjangnya berkisar antara 15 sampai 70 cm

Caecilia jawa (inaturalist.lu/fatahabib92)

Caecilia jawa termasuk caecilia berukuran sedang dengan panjang yang berkisar antara 15 sampai 70 cm, jelas EOL. Jika dibandingkan dengan caecilia terbesar, yaitu Caecilia thompsoni yang bisa mencapai 152 cm tentunya caecilia jawa tidak apa-apanya. Namun jika dibandingkan dengan caecilia berukuran kecil yang panjangnya hanya sekitar 7 cm caecilia jawa bisa dibilang cukup besar. Perbedaan ukuran ini bukanlah hal yang aneh mengingat hal ini juga terjadi pada semua jenis hewan. Perbedaan jenis, habitat, makanan, dan kebiasaan jadi beberapa hal yang memicu perbedaan ukuran.

Caecilia jawa memang tidak terkenal, jarang ditemui, dan jarang diteliti. Namun bukan berarti hewan ini tidak punya hal-hal menarik untuk dibahas. Justru kebalikannya, kebiasaan, ukuran, penyebaran, ciri fisik, sampai makanannya jadi ciri khas dan keunikan tersendiri. Hanya saja caecilia jawa memang kurang diekspos dan kurang dikenal. Hal ini sangat menyedihkan jika mengingat kalau amfibi tidak berkaki ini merupakan hewan endemik Pulau Jawa yang populasinya sangat sempit.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team