Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Elang flores (commons.m.wikimedia.org/Afran Afan)

Intinya sih...

  • Elang flores merupakan burung pemangsa besar endemik Indonesia.
  • Mereka terancam punah karena perusakan habitat dan banyak ditangkap untuk dijadikan hewan peliharaan.
  • Klasifikasi IUCN menyebutkan elang flores sebagai "Critically Endangered" dengan perkiraan hanya ada kurang dari 100 pasangan yang tersisa.

Elang flores atau flores hawk-eagle merupakan burung pemangsa besar yang berasal dari Indonesia. Mereka berada dalam famili Accipitridae dan memiliki nama ilmiah Niseatus floris. Laporan rata-rata mengenai panjang tubuh elang ini berkisar antara 75--79 sentimeter, tapi mungkin juga kisaran 71--82 sentimeter dan diperkirakan beratnya mencapai 2 kilogram. Bagaimana cara membedakannya dengan elang lain? Mungkin agak sulit dilakukan sebab bagian atas tubuhnya juga berwarna cokelat gelap.

Bercak putih di sayapnya nampak ketika mereka terbang dan bagian bawahnya berwarna putih. Kepala putihnya memiliki garis kecokelatan yang halus di bagian ubun-ubun. Perlu kamu ingat bahwa elang flores tidak punya jambul di kepalanya. Yuk kenalan lebih baik dengan elang ini melalui fakta berikut.

1. Wilayah penyebaran elang flores

Ilustrasi elang flores (commons.m.wikimedia.org/Hermann Schlegel, 1866)

Sebagai burung endemik Indonesia, elang flores tersebar di hutan Flores, Lombok, dan Sumbawa. Mereka berada di dataran rendah, tapi juga tercatat ditemui di ketinggian 1.600 meter. Elang flores diketahui bergantung pada habitat hujan tropis, paling sering terlihat terbang di atas kanopi di lereng hutan kecil.

Animalia menginformasikan bahwa terkadang elang ini juga ditemui di lahan budidaya, tapi kasusnya hanya jika berdekatan dengan hutan yang luas. Pemanfaatan hutan dataran rendah dan hutan pegunungan tergantung pada luasnya.

2. Pemburu yang sabar

Elang flores (commons.m.wikimedia.org/David Kinde)

Berdasarkan informasi dari Oiseaux Birds, elang flores umumnya memangsa mamalia kecil, burung, kadal dan ular. Terdapat dugaan bahwa elang ini juga memburu large flying fox. Sama seperti kerabat lainnya, mereka berburu dari tempat bertenggernya.

Beberapa pengamatan menunjukkan bahwa elang flores terkadang berburu di pedesaan dan di area budidaya lainnya. Tapi, tempat perburuannya kebanyakan berada di hutan.

3. Mereka tidak bermigrasi

Elang flores (inaturalist.org/James Eaton)

Spesies elang ini tidak bermigrasi seperti kebanyakan burung pemangsa di area tropis lainnya. Akan tetapi, dengan kemampuan terbangnya, elang flores bisa menyebar luas di wilayah jelajahnya. Terutama setelah anak-anaknya sudah bisa hidup mandiri dan mendirikan wilayah jelajahnya sendiri. Karena penyebarannya banyak berada di pulau, elang flores bisa melintasi selat sempit.

4. Sistem perkawinan elang flores

Elang flores (commons.m.wikimedia.org/Unknown)

Tidak banyak informasi mengenai sistem perkawinan elang flores, tapi musim kawinnya diperkirakan terjadi di bulan Maret, April, Mei dan Agustus. Sementara itu ritual pertunjukan terjadi pada bulan Juni hingga Juli di Flores. Karena pengetahuan mengenai perkawinannya terbatas, mungkin elang flores kawin saat musim kemarau. Tidak ada informasi tentang ukuran dan warna telur, masa inkubasi serta perilaku induk serta anak pada periode tersebut.

5. Elang flores pernah dianggap sebagai leluhur manusia

Ilustrasi elang flores (commons.m.wikimedia.org/Unknown)

Sayangnya, keberadaan elang flores terancam punah karena kehilangan habitat yang terus berlanjut. Mereka juga banyak ditangkap untuk dijadikan hewan peliharaan dan diburu karena memangsa hewan peliharaan. Karenanya, elang flores mungkin masuk daftar spesies elang paling langka di dunia.

Akan tetapi, elang flores pernah dianggap sebagai leluhur manusia, tepatnya di bagian barat Flores. Mereka dikenal sebagai 'totem' atau 'empu'. Mereka tidak diburu dan dibunuh di sana, tapi perusakan habitat memang berdampak negatif pada keberadaan elang ini, dilansir iNaturalist.

Sebagai hewan endemik Indonesia, informasi mengenai elang flores ternyata sangat sedikit. Karenanya, diperlukan penelitian lebih lanjut, sekaligus pelestarian populasinya karena keberadaan mereka sangat terancam punah. Saat ini, merak diklasifikasikan sebagai Critically Endangered oleh IUCN, diperkirakan hanya ada kurang dari 100 pasangan berdasarkan kepadatan per pasangan sekitar 40 kilometer persegi.

Perkiraan lebih spesifiknya, ada sekitar 75 pasang yang tersisa. Ada 10 pasang di Lombok, 38 pasang di Sumbawa dan 27 pasang di Flores. Apakah kamu tertarik untuk melihat elang langka ini?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team