Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Nicolaus Copernicus (commons.wikimedia.org/Wellcome Images)

Sejak zaman kuno, manusia meyakini bahwa Bumi adalah pusat alam semesta, hingga seorang ilmuwan bernama Nicolaus Copernicus mengubah pandangan itu. Ia memperkenalkan model heliosentris yang menempatkan Matahari sebagai pusat tata surya, menggantikan pandangan geosentris yang telah lama dianut oleh Gereja dan masyarakat.

Namun, teorinya memicu perdebatan panjang yang berdampak pada perkembangan astronomi modern. Terlepas dari kontroversi yang muncul, gagasan Copernicus menjadi dasar bagi ilmuwan besar seperti Galileo Galilei dan Johannes Kepler. Berikut adalah lima fakta menarik tentang Nicolaus Copernicus yang perlu kamu ketahui.

1. Penemu model Heliosentris

Ilustrasi model Heliosentris (commons.wikimedia.org/Rosetec)

Meskipun sering dianggap sebagai pencetus teori heliosentris, Nicolaus Copernicus bukanlah orang pertama yang mengusulkannya. Jauh sebelum Copernicus, Aristarchus dari Samos, seorang astronom Yunani kuno, telah mengajukan gagasan bahwa Matahari adalah pusat alam semesta. Namun, teori tersebut kurang mendapat perhatian karena minimnya bukti matematis.

Sekitar 17 abad kemudian, Nicolaus Copernicus memiliki konsep heliosentris dengan pendekatan ilmiah yang lebih rinci dalam bukunya De revolutionibus orbium coelestium yang diterbitkan pada tahun 1543. Dengan perhitungan matematis yang lebih akurat, ia berhasil membuktikan bahwa planet-planet, termasuk Bumi, mengorbit Matahari.

2. Penulis buku De Revolutionibus Orbium Coelestium

Buku De Revolutionibus Orbium Coelestium (commons.wikimedia.org/Lfurter)

Nicolaus Copernicus dikenal sebagai penulis buku bersejarah De revolutionibus orbium coelestium, yang berarti "Tentang Revolusi Bola-Bola Langit." Karya ini diterbitkan pada 1543, bertepatan dengan tahun wafatnya Copernicus. Buku ini berisi penjelasan matematis yang mendukung teori heliosentris, konsep yang bertentangan dengan keyakinan mayoritas saat itu.

Meski awalnya diterbitkan tanpa banyak perhatian, buku ini kemudian menjadi dasar bagi ilmuwan seperti Galileo dan Kepler dalam mengembangkan astronomi modern. Karya Copernicus menjadi salah satu pencapaian terbesar dalam sejarah ilmu astronomi, membuka jalan bagi pengetahuan tentang alam semesta yang lebih akurat.

3. Menjelaskan tentang gerak Retrograd

Ilustrasi gerak Retrograd (commons.wikimedia.org/Tomruen)

Salah satu keunggulan model heliosentris Copernicus adalah kemampuannya menjelaskan fenomena gerak retrograd planet. Dalam model geosentris yang dianut sebelumnya, planet tampak bergerak maju, lalu mundur sejenak sebelum kembali maju, yang sulit dijelaskan secara logis.

Copernicus menunjukkan bahwa gerak retrograd hanyalah ilusi optik yang terjadi karena Bumi juga bergerak mengelilingi Matahari. Saat Bumi menyusul atau disusul oleh planet lain dalam orbitnya, pergerakan relatif ini menciptakan ilusi seolah-olah planet tersebut bergerak mundur.

4. Juga seorang matematikawan, dokter, hingga diplomat

Nicolaus Copernicus (commons.wikimedia.org/Wellcome Images)

Selain sebagai astronom, Nicolaus Copernicus adalah seorang polymath yang menguasai berbagai bidang ilmu. Ia adalah matematikawan yang menggunakan keahliannya untuk mengembangkan model heliosentrisnya. Selain itu, ia juga mempelajari kedokteran dan berpraktik sebagai dokter pribadi pamannya, yang merupakan seorang uskup.

Keahliannya tidak berhenti di situ, ia juga aktif dalam dunia politik sebagai diplomat dan penasihat pemerintahan. Copernicus bahkan terlibat dalam reformasi ekonomi dengan menyusun teori tentang nilai mata uang. Kombinasi pengetahuannya yang luas membuatnya menjadi salah satu ilmuwan paling berpengaruh di zamannya.

5. Karyanya bertentangan dengan keyakinan agama

Ilustrasi alam semesta (unsplash.com/Federico Beccari)

Ketika Nicolaus Copernicus menerbitkan teorinya, ia tahu bahwa gagasannya bertentangan dengan pandangan Gereja Katolik yang mendukung model geosentris. Dalam pandangan teologis saat itu, Bumi dianggap sebagai pusat alam semesta. Namun, dengan menempatkan Matahari sebagai pusat tata surya, teori Copernicus mengguncang keyakinan tersebut.

Meskipun Gereja pada awalnya tidak langsung melarang bukunya, pandangannya mulai mendapat tentangan lebih serius setelah Galileo Galilei mendukung teorinya. Pada akhirnya, teori heliosentris Copernicus menjadi salah satu pemicu utama perdebatan antara sains dan agama, yang berdampak pada perkembangan ilmu pengetahuan selama berabad-abad.

Dengan model heliosentrisnya, ia mengubah cara manusia memandang alam semesta dan membuka jalan bagi kemajuan ilmu astronomi. Meski awalnya ditolak dan diabaikan, gagasannya kini terbukti benar dan menjadi dasar bagi pemahaman kita tentang tata surya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team