Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Cekakak belukar bertengger di dahan pohon. (commons.wikimedia.org/Lip Kee)
Cekakak belukar bertengger di dahan pohon. (commons.wikimedia.org/Lip Kee)

Pernahkah kamu melihat burung kecil berwarna-warni dengan paruh besar panjang di wilayah hutan, pertanian, perkebunan, atau dekat danau? Burung ini ada banyak banget jenisnya, tapi semuanya punya satu ciri khas: ukuran paruhnya agak kebesaran untuk tubuh mungilnya. 

Namanya burung raja-udang. Dalam bahasa Inggris mereka lebih dikenal dengan nama kingfisher. Di Indonesia sendiri, burung ini punya banyak nama, seperti burung cekakak atau burung pekaka. Mereka dikenal karena teknik berburunya yang dramatis dan kemampuannya terjun ke dalam air.

Tahukah kamu kalau burung ini menginspirasi desain kereta Shinkansen asal Jepang? Yuk, simak lima fakta raja-udang berikut ini!

1. Ada di seluruh dunia

Cekakak belukar bertengger di dahan pohon (commons.wikimedia.org/Mike.frankenstein)

Gak cuma di Indonesia, burung ini juga tersebar luas di seluruh dunia, kecuali Antarktika. Mereka mendiami wilayah beriklim tropis dengan habitat berupa hutan kanopi tertutup sampai perairan seperti wilayah pesisir, rawa bakau, danau, dan sungai. 

Menurut Animal Diversity, keluarga raja-udang terdiri dari 91 spesies yang terbagi jadi 3 subkeluarga utama. Ada Alcedininae yang meliputi raja-udang perairan, Halcyoninae yang tinggal di hutan-hutan Australasia, dan Cerylinae dari Benua Amerika. 

Indonesia sendiri jadi rumah bagi banyak spesies raja-udang. Dicatat laman Beauty of Birds, ada lebih dari tiga puluh spesies yang mendiami hutan-hutan Indonesia. Beberapa di antara yang paling umum ditemukan adalah cekakak jawa, cekakak belukar, pekaka emas, dan lain-lain. 

2. Ukurannya bervariasi dan ada yang cuma 10 senti!

Laughing kookaburra bertengger di dahan pohon. (commons.wikimedia.org/JJ Harrison)

Dengan wilayah persebaran yang sangat luas dan habitat yang berbeda-beda, gak mengherankan kalau raja-udang punya ukuran yang bervariasi. Mulai dari yang paling besar, ada spesies raja-udang raksasa atau giant kingfisher. Dilansir laman The Spruce, raja-udang asli Afrika ini punya panjang 48 sentimeter.

Sementara itu, predikat spesies raja-udang terberat dipegang oleh laughing kookaburra yang tinggal di Australia. Bobotnya bisa mencapai setengah kilogram. 

Lalu, spesies raja-udang terkecil adalah raja-udang kerdil afrika (Ispidina lecontei) dengan panjang cuma 10 senti dan berat 10,5 gram. Gemas!

3. Teknik berburunya dramatis!

kingfisher raksasa dan mangsanya (commons.wikimedia.org/Charles J. Sharp)

Gak cuma keindahannya, raja-udang juga dikenal karena teknik berburunya. Burung ini biasanya bertengger diam di atas pohon untuk mengamati pergerakan mangsa di dalam air. Penglihatan tajamnya memungkinkan raja-udang melihat ke dalam air dengan jelas. 

Begitu target terkunci, raja-udang akan menukik dan terjun ke dalam air. Bentuk paruhnya yang seperti belati membuat burung ini bisa masuk ke dalam air tanpa menciptakan banyak percikan. 

Setelah itu, ia kembali ke tempat bertenggernya dan memukul-mukulkan mangsanya ke batang pohon atau batu sampai pingsan atau mati. Baru setelah itu, raja-udang menikmati mangsanya dengan menelannya bulat-bulat.

4. Menu makanan sangat bervariasi!

burung raja-udang dan mangsanya (pixabay.com/leeyoungku-8761670)

Gak cuma ikan, raja-udang juga makan kodok, serangga, sampai reptil. Mereka bisa makan mangsa yang kelihatannya terlalu besar untuk dimakan. Amazon Kingfisher, misalnya, biarpun punya paruh dengan panjang 7 sentimeter, mereka bisa makan ikan dengan panjang 17 sentimeter tanpa kesusahan, ungkap San Diego Zoo

Ada juga blue-winged kookaburra yang dikenal sebagai pemburu ular. Layaknya raja-udang pada umumnya, mereka membanting ular ke batang pohon atau batu untuk membunuhnya. Setelah itu, mereka akan menelan bagian kepala terlebih dahulu, sementara bagian tubuh lainnya terlihat menjulur keluar dari paruh selagi perut si burung mencerna ular sedikit demi sedikit. Ngeri!

5. Jadi inspirasi kereta Shinkansen

Raja-udang menangkap ikan. (commons.wikimedia.org/Luca Casale)

Siapa sangka kalau burung cantik ini menginspirasi para insinyur Shinkansen. Kereta peluru asal Jepang tersebut bisa menembus kecepatan 300 kilometer per jam. Sayangnya, kecepatan ini menimbulkan suara berisik, terutama ketika memasuki terowongan. Banyak warga yang jadi terganggu kala itu.

Para insinyur akhirnya mencari solusi dengan melihat ke alam sekitar. Mereka kemudian menemukan kalau raja-udang mampu terjun ke dalam air tanpa membuat banyak percikan.

Akhirnya, mereka mendesain ulang bagian depan kereta hingga menyerupai bentuk paruh raja-udang. Selain membantu mengurangi suara berisik, diketahui juga kalau desain ini bikin Shinkansen bisa melaju 10 persen lebih cepat dan menggunakan lebih sedikit tenaga listrik, ungkap laman Ask Nature.

Sungguh menakjubkan, ya? Setelah membaca fakta-faktanya, bagaimana pendapatmu tentang raja-udang? Apa kamu pernah melihatnya secara langsung? Ceritakan pengalamanmu, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎