Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Burung Pegar Tembaga
Pegar tembaga (commons.m.wikimedia.org/Alpsdake)

Intinya sih...

  • Habitat asli burung pegar tembaga ada di pegunungan Jepang, terutama di pulau-pulau utama seperti Honshu, Shikoku, dan Kyushu.

  • Ciri fisik sangat khas dengan warna merah tembaga, paruh kekuningan, iris mata cokelat, dan kulit wajah merah.

  • Pola makan meliputi serangga hingga tumbuhan seperti dedaunan dan biji-bijian. Pola makan mereka menunjukkan adaptasi yang baik terhadap lingkungan hutan pegunungan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Burung pegar tembaga, atau dalam bahasa ilmiahnya dikenal sebagai Syrmaticus soemmerringii, adalah spesies burung endemik di kepulauan Jepang. Keindahan warna bulunya yang berkilauan seperti tembaga membuat burung ini sangat menarik untuk diamati.

Burung ini biasanya ditemukan di hutan pegunungan yang lebat di pulau Honshu, Shikoku, dan Kyushu, pada ketinggian hingga sekitar 1.800 meter. Selain sebagai penghuni hutan, burung pegar tembaga ini juga dikenal sebagai burung yang gemar berjemur dan memiliki perilaku yang cukup agresif, terutama pada masa kawin. Berikut ini 5 fakta unik dan menarik tentang burung pegar tembaga yang harus kamu ketahui.

1. Habitat asli burung pegar tembaga ada di pegunungan Jepang

Pegar tembaga (commons.m.wikimedia.org/Alpsdake)

Burung pegar tembaga hidup di area hutan pegunungan dengan vegetasi yang lebat, terutama di pulau-pulau utama Jepang seperti Honshu, Shikoku, dan Kyushu. Mereka lebih suka bermukim di hutan dengan dominasi pohon gugur dan juga ditemukan di hutan konifer, sering kali membuat sarang di tepi padang rumput yang berbatasan dengan hutan.

Penduduk lokal Jepang mengenal burung ini sebagai "yamadori" dan burung ini memiliki peran budaya sebagai lambang beberapa prefektur dan kota di Jepang. Penting untuk dicatat bahwa burung ini tidak bermigrasi dan hidup sebagian besar di area yang sama sepanjang tahun.

2. Ciri fisik sangat khas dengan warna merah tembaga

Pegar tembaga (flickr.com/KazKuro)

Jantan burung pegar tembaga memiliki panjang tubuh antara 87,5 cm hingga 136 cm termasuk ekornya yang panjang, dengan bulu berwarna merah tembaga yang cerah. Paruhnya berwarna kekuningan, iris mata cokelat, dan kulit wajah merah. Betina lebih kecil, berukuran sekitar 51-54 cm dan memiliki warna cokelat dengan pola garis-garis gelap.

Selain itu, pejantan dilengkapi dengan taji pendek pada kakinya yang berwarna abu-abu, sedangkan betinanya tidak memilikinya. Anakan burung ini mirip dengan betina, dengan warna bulu yang didominasi coklat dan beberapa garis coklat gelap di kepala dan leher.

3. Pola makan meliputi serangga hingga tumbuhan

Pegar tembaga (commons.m.wikimedia.org/Alpsdake)

Makanan burung pegar tembaga sangat beragam, terdiri dari serangga, larva, cacing, krustasea, buah beri, dan biji-bijian. Selain itu, burung ini juga mengonsumsi dedaunan dan tumbuhan lain seperti pakis dan akar dalam jumlah cukup signifikan, terutama pada burung dewasa.

Anakan burung ini lebih sering memakan serangga untuk memenuhi kebutuhan protein yang tinggi saat masa pertumbuhan. Pola makan mereka menunjukkan adaptasi yang baik terhadap lingkungan hutan pegunungan yang kaya akan sumber makanan alami.

4. Perilaku kawin sangat agresif dan unik

Pegar tembaga (commons.m.wikimedia.org/KKPCW)

Masa kawin burung ini berlangsung antara bulan Maret hingga Juli, bergantung pada iklim setempat. Pada periode ini, pejantan mengeluarkan suara panggilan khas yang mirip "kuk-kuk" dan melakukan pertunjukan mengepakkan sayap untuk menarik perhatian betina.

Perilaku agresif juga tampak saat pejantan berkelahi memperebutkan betina. Di alam liar, burung ini biasanya membentuk pasangan, namun dalam penangkaran pejantan dapat menunjukkan agresivitas berlebihan bahkan terhadap pasangan betinanya. Sarang dibuat di tanah atau bawah pohon tumbang, di mana betina mengerami sekitar 7-13 telur selama kurang lebih 25 hari.

5. Status konservasi makin terancam

Pegar tembaga (flickr.com/ken)

Karena kerusakan habitat dan perburuan berlebihan sejak abad ke-20, populasi burung pegar tembaga terus menurun. Burung ini kini dikategorikan sebagai Near Threatened oleh IUCN, yang artinya mereka hampir terancam punah jika tidak ada upaya konservasi yang serius.

Beberapa daerah di Jepang menetapkan perlindungan khusus terhadap burung ini, termasuk pelarangan berburu sejak 2017. Pemulihan populasi juga dilakukan melalui program penangkaran dan pelepasliaran ke habitat asli, meskipun tantangan tetap ada terkait dengan perubahan lingkungan dan perburuan ilegal.

Burung pegar tembaga adalah salah satu spesies unik dari Jepang yang mempesona dengan warna dan perilakunya. Namun, peran manusia dalam menjaga habitat dan mengurangi perburuan sangat penting agar keindahan burung ini tetap lestari untuk generasi mendatang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team