Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pemandangan kota Roma, Italia
Pemandangan kota Roma, Italia (pixabay.com/MaxiRottenwaller)

Intinya sih...

  • Roma didirikan pada tahun 753 SM, berkembang menjadi kekaisaran luas yang meliputi Inggris, Eropa kontinental, sebagian besar Asia, Afrika utara, dan pulau-pulau di Mediterania.

  • Vatikan sebagai negara berdaulat di dalam kota Roma merupakan akhir dari konflik panjang selama 60 tahun yang disebut "The Roman Question".

  • Arsitektur Roma merupakan perpaduan luar biasa yang terus berevolusi dari kejayaan gaya Klasik kuno hingga desain modern Italia.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Roma adalah ibu kota Italia yang berlokasi di bagian tengah-barat Semenanjung Italia, tepatnya di wilayah Lazio. Kota ini didirikan di tepi Sungai Tiber dan hanya berjarak sekitar 24 kilometer dari Laut Tyrrhenian. Secara historis, Roma terkenal karena dibangun di atas Tujuh Bukit dan memiliki iklim Mediterania yang khas.

Dari segi populasi, Roma adalah kota terbesar dan terpadat di Italia yang dihuni oleh sekitar 2,9 juta penduduk di batas kotanya dan sekitar 4,3 juta di wilayah metropolitan. Kota ini juga dijuluki “The Eternal City” alias "Kota Abadi" karena telah berdiri dan berkembang selama hampir 2.800 tahun sejak berdirinya pada 753 SM.

Ingin tahu apa saja fakta unik lainnya tentang Roma? Simak artikel berikut ini, ya!

1. Didirikan pada tahun 753 SM

Pemandangan Colosseum, yang juga dikenal sebagai Amfiteater Flavian, di pusat kota Roma, Italia (pexels.com/Kelly)

Sejarah Roma di Italia mencakup periode dari pendiriannya hingga kemunduran Kekaisaran Romawi Barat. Dilansir Britannica, menurut tradisi, Roma didirikan pada tahun 753 SM, tetapi pemukiman berkelanjutan sebenarnya sudah terjadi sejak awal milenium ke-1 SM. Perkembangan awalnya ditandai dengan munculnya desa-desa terpisah pada abad ke-8–7 SM di perbukitan Palatine dan Aventine, yang kemudian meluas ke punggung bukit Esquiline dan Quirinal. Dalam proses ini, berbagai kelompok budaya, termasuk Latin dan Sabine, memainkan peran penting dalam pembentukan kota ini. Hingga akhirnya, pembentukan kota yang bersatu secara politik terjadi pada awal abad ke-6 SM, dipengaruhi oleh negara-kota Etruria. Selama masa tersebut, di bawah raja-raja yang berjumlah tujuh, Roma berhasil tumbuh menjadi kekuatan yang berpengaruh di Italia tengah.

Memasuki babak baru, sistem pemerintahan berubah menjadi Republik Romawi yang lebih demokratis pada masanya. Republik Romawi dimulai pada tahun 509 SM ketika bangsa Romawi mengganti monarki mereka dengan pejabat terpilih. Masa Republik ini berlangsung hingga tahun 27 SM, ketika Kekaisaran Romawi didirikan. Sebagai fondasi negara, selama awal Republik Romawi (509–264 SM), berbagai jabatan dan lembaga politik baru diciptakan untuk mengatur masyarakat.

Puncak kejayaan mereka tercapai pada era Kekaisaran Romawi yang didirikan pada tahun 27 SM, setelah runtuhnya Republik Romawi, dan berlanjut hingga keruntuhan terakhir kekaisaran Barat pada abad ke-5 M. Pada masa keemasan ini, Roma tumbuh dari sebuah kota kecil menjadi kekaisaran luas yang meliputi Inggris, Eropa kontinental di sebelah barat Rhine dan selatan Danube, sebagian besar Asia di sebelah barat Efrat, Afrika utara, dan pulau-pulau di Mediterania. Ekspansi raksasa inilah yang menjadikan Roma sebagai pusat peradaban dunia yang warisannya masih terasa hingga saat ini.

2. Kota dengan negara di dalamnya

Lapangan Santo Petrus (Piazza San Pietro) yang terletak tepat di depan Basilika Santo Petrus di Kota Vatikan, sebuah enklave kepausan di dalam kota Roma, Italia (pexels.com/Duc Tinh Ngo)

Dilansir EBSCO, terbentuknya Vatikan sebagai negara berdaulat di dalam kota Roma merupakan akhir dari konflik panjang selama 60 tahun yang disebut "The Roman Question". Semuanya bermula pada tahun 1870 ketika Kerajaan Italia merebut Roma, yang membuat Paus Pius IX merasa menjadi "tahanan di Vatikan" dan melarang umat Katolik terlibat dalam politik Italia. Ketegangan ini baru mereda pada 11 Februari 1929 melalui Perjanjian Lateran yang ditandatangani oleh Benito Mussolini dan Takhta Suci. Perjanjian ini secara resmi mengakui Vatikan sebagai negara berdaulat yang merdeka, memberikan kompensasi finansial atas wilayah yang hilang di masa lalu, serta menjadikan Katolik sebagai agama resmi negara Italia pada saat itu.

Bagi Mussolini, perjanjian ini sangat penting untuk meningkatkan citra politiknya di mata dunia dan mendapatkan dukungan umat Katolik demi melawan pengaruh komunisme. Sementara bagi Gereja, ini adalah cara untuk menjamin kebebasan beragama tanpa harus mengandalkan wilayah kekuasaan yang luas. Meski hubungan antara Paus dan rezim Fasis Mussolini tetap diwarnai perselisihan, terutama terkait otonomi organisasi gereja, Perjanjian Lateran menjadi landasan hukum yang sangat kuat. Perjanjian ini bahkan dimasukkan ke dalam konstitusi Italia setelah Perang Dunia II dan tetap berlaku hingga tahun 1984, ketika status Katolik sebagai agama negara akhirnya dicabut.

3. Perencanaan kota yang teliti dengan arsitektur megah

Monumen Victor Emmanuel II (Monumento Nazionale a Vittorio Emanuele II) di Roma, Italia, yang dirancang dengan gaya arsitektur Neoklasik (pexels.com/Jorge Urosa)

Arsitektur Roma merupakan perpaduan luar biasa yang terus berevolusi dari kejayaan gaya Klasik kuno hingga desain modern Italia. Sejak dulu, bangsa Romawi telah menjadi pelopor dalam menciptakan inovasi struktur seperti lengkungan, kubah, dan atap lengkung, serta menjadi pusat gaya Renaisans, Barok, Neoklasik, hingga Fasis. Dilansir Britannica, dalam merancang kota, mereka sangat teliti memperhatikan faktor iklim dan geografi, menggunakan pola kotak-kotak yang rapi dengan Forum sebagai pusat segala aktivitas warga. Kehebatan mereka juga terlihat pada infrastruktur yang sangat maju, mulai dari sistem saluran air yang mengalir ke air mancur hingga saluran pembuangan limbah yang teratur.

Dari sisi estetika dan material, arsitektur Romawi menggunakan pilar-pilar megah yang lebih ramping dan penuh dekorasi dibandingkan gaya Yunani. Rahasia ketahanan bangunan mereka terletak pada penggunaan material berkualitas seperti batu kapur travertin dan penemuan beton dari tanah vulkanik (pozzolana) yang sangat kuat bahkan di bawah air. Konsep desain mereka selalu mengutamakan kemegahan ruang, baik itu pada kuil, pemandian umum, maupun hunian pribadi, dengan sangat memperhatikan tata cahaya dan pemandangan interior untuk menciptakan kenyamanan serta keindahan yang abadi.

4. Kota dengan ribuan air mancur

Air Mancur Trevi (Fontana di Trevi) di distrik Trevi, Roma, Italia (commons.wikimedia.org/NikonZ7II)

Dilansir Avventure Bellissime, Roma layak disebut sebagai ibu kota air mancur dunia karena memiliki lebih dari 2.000 air mancur, sebuah tradisi yang bermula sejak zaman kuno ketika 11 saluran air raksasa memasok ribuan liter air ke kota setiap harinya. Pada masa Renaisans, warisan ini kemudian diperindah oleh para Paus dengan membangun kembali saluran air kuno dan menciptakan air mancur umum yang cantik sekaligus bermanfaat bagi warga. Memasuki era Barok, air mancur berubah menjadi karya seni monumental yang spektakuler, seperti Air Mancur Triton karya Bernini yang menampilkan monster laut yang naturalistik, serta Air Mancur Empat Sungai di Piazza Navona yang melambangkan empat sungai besar dari empat benua.

Salah satu landmark paling ikonik adalah Air Mancur Trevi, sebuah mahakarya dinamis yang dibangun antara 1732-1762, di mana suara gemuruh airnya sudah terdengar dari jalanan sekitarnya. Selain itu, Roma memiliki air mancur dengan fungsi unik, seperti Air Mancur Buku yang menghormati dunia pendidikan di dekat universitas tua, hingga Air Mancur Penjaga Pintu yang dikenal sebagai salah satu "air mancur bicara" tempat warga menempelkan sindiran politik untuk mengejek pihak berwenang. Dari patung Neptunus yang gagah hingga simbol persatuan Italia seperti Air Mancur Adriatik, setiap pancuran air di Roma adalah perpaduan jenius antara batu, air, dan sejarah yang mendefinisikan wajah kota ini hingga sekarang.

5. Simfoni perayaan dari masa ke masa

Orang-orang mengenakan kostum tentara Romawi kuno dalam perayaan ulang tahun pendirian Roma (Natale di Roma) (flickr.com/Carole Raddato)

Roma adalah kota yang tak pernah berhenti berpesta, di mana tradisi kuno dan budaya modern menyatu dalam berbagai festival sepanjang tahun. Warisan masa lalu terlihat jelas melalui Feriae Publicae, yaitu kalender kuno yang memiliki 58 festival tetap, termasuk perayaan populer seperti Lupercalia di bulan Februari dan Saturnalia di bulan Desember. Salah satu momen paling istimewa adalah Parilia pada tanggal 21 April, selain sebagai ritual penyucian bagi para penggembala dan ternak yang melibatkan api unggun, tanggal ini dirayakan dengan meriah sebagai hari ulang tahun berdirinya kota Roma oleh Romulus.

Memasuki era yang lebih modern, napas keagamaan Katolik sangat kental dalam berbagai festival, seperti perayaan Epifani setiap 6 Januari yang memunculkan tokoh legendaris Befana, seorang penyihir baik hati yang membagikan hadiah kepada anak-anak. Saat musim panas tiba, suasana kota menjadi semakin semarak dengan festival Lungo il Tevere, di mana sepanjang tepi Sungai Tiber berubah menjadi pusat kuliner, pasar seni, dan hiburan malam yang artistik. Di distrik Trastevere, penduduk lokal merayakan Festa dei Noantri pada bulan Juli dengan prosesi patung Madonna yang unik melalui darat dan sungai.

Bagi pecinta alam, terdapat Festival Hijau dan Lanskap di musim semi yang memamerkan desain taman berkelanjutan. Terakhir, bagi penikmat seni kontemporer, Festival Roma Europa di musim gugur hadir sebagai ajang bergengsi yang menampilkan pertunjukan musik, tari, dan teater inovatif dari seniman dunia, menjadikan Roma pusat kreativitas yang tak ada habisnya.

Fakta-fakta menarik ini barulah permulaan dari ribuan cerita yang tersimpan di bawah lapisan tanah Kota Abadi. Roma mengajarkan kita bahwa kejayaan bukanlah tentang seberapa besar sebuah kekaisaran dibangun, melainkan seberapa dalam jejak budaya yang ditinggalkannya bagi generasi mendatang. Di balik riuh kota yang modern, denyut nadi sejarah kuno masih terasa nyata, menjadikan setiap kunjungan ke sana sebuah perjalanan melintasi waktu yang takkan pernah terlupakan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team