Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bangunan Stone Town
ilustrasi bangunan Stone Town (pexels.com/julia-volk)

Intinya sih...

  • Mayoritas bangungan bermaterial batu karang

  • Bangunan terbuat dari batu karang dan mortar campuran kapur dan pasir.

  • Pintu-pintu kayu dengan ukiran motif bunga terata atau rantai.

  • Jalanan sempit dan berkelok mirip labirin

  • Desain jalanan untuk menghadapi iklim tropis yang panas.

  • Rumah dibangun dengan tembok tinggi sebagai pembatas alami.

  • Ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO sejak 2000

  • Mewakili perpaduan budaya Afrika, Arab, India, dan Eropa di Afrika Timur.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Stone Town merupakan salah satu kota tua di Tanzania yang sarat akan sejarah. Setiap sudutnya memancarkan jejak masa lalu dengan bangunan-bangunan tua yang masih kokoh. Hal yang paling menarik dari kota ini adalah gang-gang kecil yang berusia ratusan tahun lengkap dengan arsitekturnya yang gak lekang oleh waktu.

Saat berjalan di Stone Town, kamu akan merasakan suasana hangat dan hidup lewat aktivitas sehari-hari penduduk, toko-toko kecil, dan bangunan sederhana yang kaya akan cerita. Kota ini menawarkan pengalaman sejarah yang berbeda dari kawasan modern di Pulau Zanzibar, Tanzania. Berikut beberapa fakta tentang. Berkut beberapa fakta menarik tentang Stone Town yang terletak di Tanzania, Afrika.

1. Mayoritas bangungan bermaterial batu karang

ilustrasi bangunan Stone Town (unsplash.com/rionjau)

Seperti namanya, Stone Town dijuluki kota berbatu karena mayoritas bangunannya terbuat dari batu. Arsitektur rumah berbatu adalah peninggalan dari Kesultanan di masa lalu. Mayoritas bahan bangunan berasal dari batu karang yang diambil langsung dari garis pantai atau tambang terumbu karang lokal. Batu ini kemudian direkatkan menggunakan mortar yang terbuat dengan campuran kapur dan pasir.

Karakterisitik visual yang paling menonjol dari rumah berbatu adalah perpaduan gaya eklektik yang ada pada pintu. Pintu-pintu kayu memiliki bingkai lengkung dengan ukiran yang rumit, misalnya motif bunga terata atau rantai. Desain ini terpengaruh dari budaya Arab yang cenderung persegi Panjang dan dihiasi kaligrafi.

2. Jalanan sempit dan berkelok mirip labirin

ilustrasi bangunan Stone Town (pixabay.com/lecreusois)

Jalanan dan gang-gang sempit yang tercipta di Stone Town bukanlah hal yang kebetulan, melainkan desain perkotaan untuk menghadapi iklim tropis yang panas. Dinding-dinding bangunan yang tinggi dan saling berdempetan memberikan keteduhan untuk pejalan kaki atau pesepeda. Hal ini meminimalkan paparan sinar matahari secara langsung.

tata letak yang mirip dengan labirin ini secara historis berkaitan dengan budaya daerah setempat. Sebagian besar rumah dibangun dengan tembok tinggi berfungsi sebagai oembatas alami untuk melindungi privasi penghuni di dalamnya. Jalanan sempit dan mirip labirin ini juga berpengaruh pada mobilitas masyarakatnya. Keterbatasan ruang, membuat kendaraan besar sulit masuk dan menjadikan kota ini beratmosfer tua, unik, dan tenang.

3. Ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO sejak 2000

ilustrasi bangunan Stone Town (commons.wikimedia.org/Ron Van Oers)

Stone Town sudah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO sejah tahun 2000. Kota ini secara luar biasa mewakili perpaduan budaya Afrika, Arab, India, dan Eropa di Afrika Timur. Bangunan berbatu dan struktur kota berlabirin membuat kota ini sangatlah unik. Elemen-elemen ini menyatu pada rumah, masjid, gereja, hingga pasar.

Selain itu, Stone Town adalah saksi sejarah bagi perdagangan maritime selama berabad-abad antara Asia dan Afrika. Struktur kota, pelabuhan, dan jaringan perdagangan adalah representasi peran penting Stone Town dalam jalur perdagangan laut Hindia.

4. Bekas pusat perdagangan budak terbesar di Afrika Timur

ilustrasi bangunan Stone Town (commons.wikimedia.org/Ron Van Oers)

Stone Town juga memiliki sejarah kelam karena perannya sebagai bekas pusat perdagangan budak terbesar di Afrika Timur selama abad ke-19. Ketika Kesultanan Oman memindahkan ibu kotanya ke Zanzibar, lokasi Zanzibar sangatlah strategis karena menjadi titik penghubung antara daratan Afrika dan Timur Tengah.

Pada masa ini, diperkirakan puluhan ribuan orang diperbudak melewati pasar di Stone Town setiap tahun. Pasar budak di kota ini kini menjad lokasi Katedral Anglikan Kristus. Dahulu, para budak harus melewati perjalanan jauh yang brutal dari pedalaman Afrika kemudian ditahan di ruang bawah tanah.

5. Memiliki Pasar Darajani yang bersejarah

ilustrasi Pasar Darajani (.wikimedia.org/Erasmus Kamugisha)

Stone Town memiliki Pasar Darajani yang bersejarah dan merupakan jantung kehidupan lokal. Pasar ini didirikan di tahun 1904 oleh Protektorat Inggris dan pembangunannya didanai oleh Sultan Zanzibar, Seyyid Sir Ali bin Hamoud. Pasar ini terletak di tepi gang-gang kuno Stone Town, tepatnya di dekat Katedral Anglikan Kristus atau bekas lokasi pasar budak.

Pasar Darajani adalah tempat yang dikenal sebagai pulau rempah-rempah. Karena segala jenis rempah-rempah di jual di sini. Mulai dari cengkeh, kayu manis, pala, hingga vanili. Selain rempah-rempah, pasar ini juga menjual berbagai hasil bumi seperyi sayuran dan bahan pangan. Termasuk ikan dan daging.

Di tengan perkembangan modern di Zanzibar, Stone Town tetap berdiri tegak mempertahankan identitasnya sebagai kota yang amat bersejarah. Kehidupan sehari-hari masyarakat, aktivitas perdagangan, hingga keberagaman budaya menjadi daya Tarik unik dari kota ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team