Sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwa pada awalnya acara Rampogan Macan terbagi atas dua bagian yaitu: bagian pertama, mengadu harimau dengan Kerbau atau Banteng dan bagian kedua, menghadapkan individu harimau atau Macan Tutul dengan ratusan pria bersenjatakan tombak. Dan acara kedua yang membangkitkan adrenalin tersebut mungkin yang paling ditunggu-tunggu oleh para penonton.
Dalam buku Bakda Mawi Rampog, sebagaimana dikutip dari artikel karya Danu Damarjati yang berjudul "Rampogan Sima, Tradisi Membantai Macan di Tanah Jawa", R. Kartawibawa menceritakan soal Rampogan Macan ini. Menggunakan bahasa Jawa, Kartawibawa menggunakan istilah Sima untuk merujuk kepada kucing besar ini, terkadang menggunakan istilah " Macan Loreng" untuk merujuk pada harimau Jawa atau memberikan keterangan lain untuk menyebutkan kucing besar lainnya seperti Macan Tutul Jawa (Leopard) dan Macan Kumbang.
Acara Rampogan Macan ini selalu melibatkan ribuan orang dan biasanya digelar di alun-alun atau lapangan luas terbuka yang ada di bagian depan Keraton.Ribuan pria bersenjatakan tombak membuat barikade mengelilingi alun-alun. Setelah harimau atau Macan Tutul dilepaskan dari kandangnya dimulailah keseruan tersebut. Harimau atau kucing besar lainnya akan dipancing untuk mengamuk dengan suara riuh tetabuhan, mercon besar, atau ditakut-takuti dengan api.
Setelah mengamuk harimau akan berlari mengelilingi barikade manusia tersebut dan akan berusaha menerjang barikade manusia bersenjata itu. Tentu saja ketika didekati Harimau adrenalin peserta acara tersebut akan meningkat, tidak jarang beberapa di antaranya malah menjadi gentar ketika binatang buas tersebut ada di hadapannya. Namun ketika harimau atau Macan Tutul menerjang barikade manusia bersenjata tombak tersebut ratusan mata tombak akan segera dihujamkan ke tubuhnya dan ia pun akan menemui ajalnya di acara tersebut.
Hal yang sama juga dipaparkan oleh Robert Wessing dalam artikelnya yang berjudul: " A Tiger in the heart: The Javanese Rampok Macan". Alun-alun dikelilingi oleh 2,000 hingga 3,000 orang bersenjatakan tombak, bahkan beberapa mata tombak sudah dibubuhi dengan racun. Di barisan lingkaran dalam tombak dipegang dalam posisi horizontal dan siap dihujamkan ke tubuh satwa endemik Tanah Jawa tersebut.