Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi vampire (freepik.com/teksomolika)

Intinya sih...

  • Vampire tak selalu takut matahari, seperti Strigoi dari Rumania yang bisa berjalan di siang hari.
  • Ada vampire di Asia seperti Aswang dan Jiangshi yang tetap aktif saat siang hari.
  • Tidak semua vampire menghisap darah, ada yang menghisap energi atau jiwa manusia seperti Churels dan Nukekubi.

Vampire selalu jadi sosok misterius yang menarik perhatian banyak orang. Dari legenda Eropa hingga kisah mistis di Asia, makhluk ini digambarkan sebagai penghisap darah yang abadi. Namun, ternyata ada banyak hal mengejutkan tentang vampire yang mungkin belum banyak diketahui. Beberapa di antaranya bahkan berbeda jauh dari gambaran umum di film-film modern.

Di berbagai budaya, vampire punya ciri khas yang unik dan kadang justru lebih menyeramkan dari yang sering terlihat di layar kaca. Ada yang tidak bisa mati dengan ditusuk kayu, ada juga yang justru berasal dari roh gentayangan. Penasaran? Ini dia lima fakta mengejutkan tentang vampire dari berbagai penjuru dunia!

1. Vampire tidak selalu takut matahari

ilustrasi vampire (freepik.com/freepik)

Banyak film menggambarkan vampire sebagai makhluk yang langsung terbakar jika terkena sinar matahari. Namun, dalam beberapa mitologi, vampire justru bisa berjalan di siang hari tanpa masalah. Salah satunya adalah Strigoi dari Rumania, yang dipercaya masih bisa berkeliaran di siang hari meskipun lebih lemah dibandingkan saat malam. Dilansir dari The Journal of Vampire Studies, konsep vampire yang takut matahari baru populer setelah film Nosferatu tahun 1922.

Beberapa legenda dari Asia juga menyebutkan vampire yang tidak terganggu oleh matahari. Di Filipina, ada Aswang yang tetap bisa berburu manusia saat siang hari, meskipun lebih aktif di malam hari. Bahkan, dalam cerita China, Jiangshi atau vampire melompat bisa muncul kapan saja, tergantung pada ritual yang membangkitkannya. Jadi, tidak semua vampire harus bersembunyi di kegelapan!

2. Tidak semua vampire menghisap darah

ilustrasi vampire pada zaman dahulu (commons.wikimedia.org/Unknown author)

Ketika mendengar kata "vampire," yang terbayang pasti makhluk yang menghisap darah. Tapi, ternyata ada vampire yang justru menghisap energi atau bahkan jiwa manusia. Contohnya adalah Churels dari India, yang dipercaya menyedot kekuatan hidup pria muda. Sementara itu, dalam mitologi Jepang, ada Nukekubi, makhluk yang kepalanya bisa terbang dan menghisap energi korban saat mereka tidur.

Dilansir dari Mythological Creatures Encyclopedia, di beberapa budaya, vampire lebih sering dikaitkan dengan kutukan atau roh penasaran daripada makhluk yang berburu darah. Di Amerika Selatan, ada El Tunchi yang lebih suka menakuti manusia dan membuat mereka tersesat daripada sekadar menyerang. Jadi, konsep vampire tidak selalu tentang gigitan di leher!

3. Cermin dan bawang putih bukan musuh semua vampire

ilustrasi vampire (freepik.com/teksomolika)

Dalam film dan cerita populer, vampire sering digambarkan tidak memiliki bayangan di cermin dan takut dengan bawang putih. Namun, tidak semua legenda vampire memiliki aturan yang sama. Di beberapa cerita Eropa Timur, vampire masih bisa bercermin seperti manusia biasa. Bahkan, di beberapa versi mitologi Slavia, cermin justru bisa digunakan untuk menangkap jiwa manusia yang akan berubah menjadi vampire.

Dilansir dari Folklore and Legends of the Undead, bawang putih juga tidak selalu efektif untuk mengusir vampire. Di beberapa budaya Asia, vampire justru lebih takut dengan tanaman tertentu seperti daun pandan di Indonesia atau kacang merah di China. Jadi, kalau bertemu vampire dari mitologi berbeda, jangan langsung mengandalkan cermin dan bawang putih!

4. Banyak vampire yang bisa berubah bentuk

ilustrasi kelelawar di malam hari (freepik.com/kjpargeter)

Selain menghisap darah, banyak vampire dalam mitologi dunia punya kemampuan berubah bentuk. Dalam legenda Eropa, beberapa vampire bisa berubah menjadi kelelawar, serigala, atau bahkan kabut untuk mengecoh mangsa. Salah satu contoh terkenal adalah kisah Dracula yang bisa menjelma menjadi serigala hitam atau kumpulan kabut di malam hari.

Tapi, di luar Eropa, kemampuan ini juga ditemukan dalam cerita rakyat lainnya. Di Meksiko, ada Tlahuelpuchi, makhluk yang bisa berubah menjadi burung hantu sebelum menyerang mangsanya. Sementara itu, di Filipina, Manananggal adalah vampire yang bisa memisahkan tubuhnya menjadi dua bagian dan terbang mencari korban di malam hari. Jadi, tidak semua vampire sekadar mengandalkan taring untuk berburu!

5. Ritual untuk mencegah dan membunuh vampire berbeda-beda di tiap budaya

ilustrasi Morphy Le vampire, 1886 (commons.wikimedia.org/Unknown author)

Setiap budaya punya caranya sendiri untuk mengusir atau membunuh vampire. Di Eropa, cara paling umum adalah menusuk jantungnya dengan pasak kayu, tapi di beberapa wilayah, metode ini dianggap tidak cukup. Dilansir dari Ancient Rituals and Mythology, di Bulgaria, mayat yang diduga vampire harus dibakar agar tidak bangkit lagi. Sementara itu, di Yunani, mayat bisa ditusuk dengan paku besi sebelum dikubur untuk mencegah kebangkitan.

Di Asia, metode pengusiran vampire juga unik. Di Jepang, Jiangshi bisa dihentikan dengan menempelkan kertas mantra pada dahinya. Di Indonesia, beberapa kisah menyebutkan bahwa pocong harus benar-benar dikubur dengan tali kafan yang diikat kuat agar tidak menjadi makhluk penghisap energi. Setiap budaya punya kepercayaan sendiri tentang bagaimana menangani ancaman makhluk ini!

Vampire ternyata jauh lebih kompleks dari sekadar sosok berjubah hitam yang takut matahari dan menghisap darah. Dari yang bisa berjalan di siang hari hingga yang lebih suka menghisap energi, setiap budaya punya versinya sendiri tentang makhluk ini. Dengan begitu banyak variasi, siapa tahu, mungkin masih ada vampire yang berkeliaran di sekitar tanpa diketahui!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team