Ekor berbentuk laba-laba dan kemampuan kamuflase jadi paket andalan ular ini untuk berburu. (commons.wikimedia.org/Omid Mozaffari)
Tentunya, ular bertanduk ekor laba-laba merupakan karnivor sejati. Menu makanan ular ini pun sangat beragam, mulai dari mamalia kecil, reptil, hingga artropoda yang melintas di sekitar rumahnya. Namun, ada satu jenis mangsa favorit ular bertanduk ekor laba-laba, yaitu burung. Berkat jenis mangsa ini, ular ini mengembangkan ekor berbentuk laba-laba yang jadi ciri khasnya.
Saat pertama kali ditemukan, ekor dari ular ini dikira sebagai bentuk mutasi genetik unik pada satu individu saja. Baru pada tahun 2006 diketahui kalau seluruh ular bertanduk ekor laba-laba memiliki bentuk ekor yang sama dengan satu tujuan yang sama pula, yakni berburu. Uniknya, burung yang jadi target buruan ular ini bukan burung lokal di sekitar haibtatnya, melainkan spesies burung yang sedang bermigrasi. Dilansir National Geographic, hal ini diperkirakan terjadi lantaran spesies burung lokal sudah beradaptasi dengan cara berburu ular ini sehingga sulit untuk terjebak.
Adapun, cara berburu ular ini mirip seperti proses manusia saat memancing. Mula-mula, ular bertanduk ekor laba-laba akan diam hingga berbaur dengan batuan di sekitar. Kemudian, ekor berbentuk laba-laba itu akan digerak-gerakkan hingga menyerupai laba-laba sungguhan. Jika ada burung yang tertarik menghampiri ekornya, maka ular bertanduk ekor laba-laba akan langsung menerkamnya dengan cepat.
Berdasarkan penelitian dalam jurnal Amphibia-Reptilia, diketahui kalau proses menerkam bagi ular ini hanya memerlukan waktu 0,2 detik saja! Meski jadi alat memancing burung yang penting, ekor laba-laba milik ular ini tidak permanen. Pada beberapa individu, ekornya bisa lepas karena burung yang menghampirinya terlanjur mematuk dengan keras. Kalau sudah begitu, biasanya ular bertanduk ekor laba-laba akan mengembangkan metode berburu lain dengan pilihan mangsa yang berbeda pula.