Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Danau Tanganyika. (commons.wikimedia.org/Halidtz)
Danau Tanganyika. (commons.wikimedia.org/Halidtz)

Danau Tanganyika, merupakan danau yang berlokasi di Afrika Timur yang membentang di empat negara, yaitu Tanzania, Republik Demokratik Kongo (RDC), Burundi, dan Zambia. Danau Tanganyika memiliki luas sekitar 32.900 km², menjadikannya sebagai danau terbesar kedua di Afrika setelah Danau Victoria. Memiliki kedalaman maksimum mencapai sekitar 1.470 meter, Danau Tanganyika adalah danau terdalam di Afrika dan terdalam kedua di dunia setelah Danau Baikal di Rusia.

Danau Tanganyika menjadi salah satu objek pariwisata andalan bagi Tanzania, karena pemandangan indahnya yang dikelilingi oleh dinding pegunungan dari ngarai. Danau ini juga penting bagi masyarakat setempat karena menyediakan sumber air minum, ikan, dan juga jalur transportasi penting. Yuk, simak lima fakta unik seputar Danau Tanganyika!

1. Salah satu danau tertua di dunia

Danau Tanganyika tampak atas. (wikimedia.commons.org/MODIS Land Rapid Response Team, NASA GSFC)

Danau Tanganyika telah ada sejak zaman ketika manusia purba belum muncul. Danau ini diperkirakan berusia 9–12 juta tahun, menjadikannya salah satu danau tertua di dunia. Uniknya, tiga cekungan di danau ini terbentuk di era berbeda. Cekungan tengah adalah yang paling tua (9–12 juta tahun), disusul cekungan utara (7–8 juta tahun), dan selatan (2–4 juta tahun).  

Awalnya, ketiganya adalah danau terpisah yang akhirnya menyatu saat permukaan air naik. Danau ini juga hampir endorheik, artinya jarang mengalir ke laut. Baru ketika air meluap, ia terhubung ke Sungai Lukuga yang bermuara di Kongo. Fakta ini didukung penelitian geologi dari University of Arizona (National Geographic, 2018) yang meneliti sedimentasi danau untuk memahami evolusi iklim Afrika. 

2. Habitat buaya Nil dan ikan Cichlid

Salah satu jenis ikan cichlid (commons.wikimedia.org/Henrik Kusche)

Danau Tanganyika adalah habitat buaya Nil (Crocodylus niloticus), Salah satu buaya yang terkenal di danau ini adalah Gustave, buaya Nil raksasa yang telah menjadi legenda lokal karena berukuran lebih dari 6 meter dan reputasinya sebagai pemangsa manusia. Meski mengerikan, buaya ini adalah predator puncak yang menjaga keseimbangan ekosistem.  

Selain buaya, danau ini rumah bagi ikan cichlid. Ada lebih dari 200 spesies endemik yang berevolusi di sini, seperti Tropheus moorii. Menurut studi University of Basel (2020), keanekaragaman cichlid Tanganyika adalah contoh evolusi adaptif tercepat di dunia, karena isolasi dan kompetisi di habitat purba ini.

3. Lapisan air yang tidak tercampur

Menyelam di dasar Danau Tanganyika (commons.wikimedia.org/Cethuyghe)

Danau Tanganyika punya sistem stratifikasi termal yang unik. Lapisan permukaannya hangat dan kaya oksigen, sementara lapisan bawahnya dingin, gelap, dan hampir tanpa oksigen. Kedua lapisan ini tidak bercampur, sehingga organisme hanya hidup di zona atas.  

Fenomena ini disebut meromictic, dan lapisan bawahnya menyimpan "arsip" sejarah iklim Afrika melalui sedimen yang terawetkan ribuan tahun. Penelitian The Nature Conservancy (2019) menyebut stratifikasi ini rentan terhadap perubahan iklim jika suhu permukaan naik, ekosistem danau menjadi kolaps. 

4. Asal nama dari bahasa lokal

Tepi Danau Tanganyika. (commons.wikimedia.org/FRANCESCA ANSALONI)

Asal nama "Tanganyika" masih jadi perdebatan. Teori populer menyebutnya berasal dari Swahili: tanga (perahu) dan nyika (daratan liar), sehingga artinya "perahu di tanah liar". Tapi suku lokal seperti Bemba punya tafsir lain: tanga berarti "danau" dan nyika "besar", jadi "danau yang luas seperti lautan".  

Secara keseluruhan, nama-nama tersebut memiliki kemiripan, yang jika digabung memiliki arti “perahu yang berlayar di danau besar”. Nama ini mencerminkan karakteristik danau yang besar dan memanjang, membentang sejauh lebih dari 670 kilometer, sehingga terlihat seperti lautan kecil di tengah daratan Afrika.

5. Salah satu lokasi pertempuran Perang Dunia I

Danau Tanganyika. (commons.wikimedia.org/Dave Proffer)

Danau Tanganyika pernah jadi medan perang saat Perang Dunia I (1915). Inggris dan Jerman berebut kendali atas jalur transportasi strategis ini. Agar menang, Inggris memindahkan dua kapal perang (HMS Mimi dan HMS Toutou) dari London ke Afrika dengan kereta api, lalu merakitnya di hutan dekat danau.  

Pertempuran ini dikenal sebagai Battle for Lake Tanganyika. Inggris akhirnya berhasil menguasai danau ini dengan menggunakan kapal-kapal perang yang telah dirakit di danau tersebut. Kisah ini diabadikan dalam film The African Queen (1951) dan buku Tip and Run karya Edward Paice (2007). 

Itulah lima fakta unik seputar Danau Tanganyika. Usianya yang jutaan tahun, ekosistem yang unik, dan sejarahnya yang panjang membuatnya layak dijaga. Sayangnya, ancaman polusi dan penangkapan ikan berlebihan mulai menggerogoti keindahannya. Jadi, jika suatu hari kamu berkunjung ke sini, jadilah wisatawan yang bijak terhadap lingkungan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team