Karakter Pemarah diwariskan secara genetik (freepik.com/Karlyukav)
Apakah sifat pemarah diturunkan secara genetik? Dilansir Hybrid Counseling, penelitian menunjukkan bahwa variasi genetik tertentu dapat mempengaruhi sistem neurotransmitter di otak, mempengaruhi cara individu mengatur dan memproses emosi. Misalnya, variasi gen yang terkait dengan serotonin, neurotransmitter yang mengatur suasana hati, dapat membuat beberapa individu lebih rentan terhadap kemarahan dan agresi.
Penelitian terhadap saudara kembar, masih dilansir dari laporan yang sama, dengan membandingkan kembar identik (yang memiliki 100 persen gen yang sama) dengan kembar fraternal (yang memiliki sekitar 50 persen gen yang sama) menunjukkan bahwa genetika berperan besar dalam perilaku agresif dan masalah manajemen amarah. Namun demikian, penelitian ini juga tak menampik peran besar lingkungan dalam hal perilaku agresif dan manajemen marah meskipun terdapat faktor genetik. Faktor-faktor seperti pengalaman masa kanak-kanak, gaya pengasuhan, norma budaya, dan tingkat stres berdampak besar terhadap cara individu mengekspresikan dan mengelola kemarahan.
Hal yang perlu digaris bawahi, walaupun ada faktor genetik dalam diri individu terkait cara mengekspresikan emosi, perilaku agresif dan manajemen marah, pada akhirnya lingkunganlah yang akan membentuk karakter individu. Membantu individu mengelola emosi seperti mengajarkan strategi dan cara efektif terkait pengaturan emosi sejak usia dini dapat mengurangi dampak kecenderungan genetik.
Terlepas dari apakah sifat pemarah itu disebabkan karena faktor-faktor internal seperti warisan genetik, pembawaan individu dengan karakter tertentu, pengaruh lingkungan, trauma masa kecil dan lain sebagainya, pendidikan dan dukungan keluarga memainkan peran penting dalam menyediakan lingkungan pengasuhan yang dapat meminimalisir dampak dari faktor-faktor internal tersebut. Jadi, yuk mulai dari keluarga sebagai pendidikan pertama dalam pembentukan karakter.