Vladimir Lenin merupakan tokoh revolusioner yang sangat berpengaruh di Uni Soviet pada awal 1900-an. Lenin juga merupakan salah satu tokoh yang berada di balik Gerakan Bolshevik yang merupakan pecahan dari Partai Pekerja di Rusia. Kala itu, paham Marxisme menjadi sebuah paham yang menjadi tonggak sejarah kekuatan Uni Soviet.
Meninggal pada 21 Januari 1924, kematian Vladimir Lenin menjadi salah satu kematian yang paling misterius sekaligus menggemparkan Uni Soviet kala itu. Laman Russia Beyond mencatat bahwa kematian Lenin di usianya yang masih muda memunculkan beberapa spekulasi yang bahkan bersifat konspiratif. Sebelum kematiannya, Lenin mengalami beberapa kali perdarahan otak yang tidak jelas apa penyebabnya.
Faktanya, dokter dan ahli forensik juga dibuat kebingungan karena kondisi pembuluh otak Lenin yang mengeras setelah kematiannya. Bahkan, saking kerasnya, pembuluh otak Lenin mengeluarkan suara yang cukup keras pada saat diautopsi oleh peralatan dokter yang terbuat dari logam.
Penelitian terbaru mengungkap bahwa Lenin mengalami sebuah mutasi genetik yang sangat langka, di mana mutasi tersebut menyebabkan kelumpuhan dan kematian dini. Mutasi ini rupanya juga berpengaruh pada kondisi pembuluh darah di otak yang tidak bisa melakukan fungsinya dengan baik.
Jenazah Lenin diawetkan dengan prosedur mumifikasi modern dan saat ini mumi Lenin bisa disaksikan di Mausoleum Lenin yang terletak di Lapangan Merah Moskow, Rusia. Setiap 1,5 tahun sekali dokter dan ilmuwan harus menyuntikkan dan memberikan obat khusus untuk membuat mumi Lenin tetap utuh dan tidak mengalami kerusakan.
Kabar lainnya, banyak anggapan miring mengenai Lenin dan kematiannya. Ada yang menganggap bahwa Lenin sengaja dibunuh. Ada pula yang menganggap bahwa Lenin merupakan makhluk abadi sejenis vampir yang tak akan pernah membusuk. Terlepas dari kisah-kisah menyeramkannya, mumi Lenin memang masih tampak utuh di usia hampir 100 tahunnya.