Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ngengat Cimanguu dari Jawa Barat (commons.wikimedia.org/Ben Sale)
Ngengat Cimanguu dari Jawa Barat (commons.wikimedia.org/Ben Sale)

Intinya sih...

  • Ngengat berperan sebagai polinator dan dalam rantai makanan di ekosistem
  • C. choliki ditemukan di Halmahera, C. warouwi merusak tanaman cengkeh, C. watungi endemik Sulawesi Utara
  • C. kwerbaensis merupakan spesies baru endemik Papua, Glyphodes nurfitriae dan ahsanae adalah taksa baru di Indonesia

Ngengat adalah serangga yang tergolong dalam ordo Lepidoptera, yang juga mencakup kupu-kupu. Berdasarkan ciri fisiknya, ngengat seringkali terlihat mirip dengan kupu-kupu. Beberapa perbedaan antara ngengat dengan kupu-kupu mencakup bentuk tubuh, cara hidup, dan waktu aktivitasnya. Kupu-kupu mencari makan dan beraktivitas pada siang hari (diurnal). Menjelang malam, kupu-kupu hinggap di pohon untuk berlindung. Sedangkan ngengat beraktivitas pada malam hari (nokturnal). Meskipun ada juga beberapa yang aktif di siang hari, mereka biasanya tertarik pada cahaya yang terang.

Ngengat memiliki peran yang sangat penting dalam ekosistem sebagai polinator dan dalam rantai makanan. Di Indonesia, banyak spesies ngengat yang memiliki keunikan, termasuk spesies endemik yang hanya ditemukan di kawasan tertentu. Berikut penulis sajikan 5 ngengat endemik Indonesia yang perlu kamu tahu!

1. Ngengat C. choliki

Ngengat C. choliki (researchgate.net/Sutrisno dan Suwitno)

Ngengat dengan nama ilmiah C. choliki adalah jenis baru yang ditemukan oleh Endang Cholik & Awit Suwito pada tahun 2010 di Halhamera, Maluku Utara. Meskipun C. choliki pertama kali ditemukan di Halmahera, mereka juga ditemukan di daerah dengan vegetasi hutan tropis yang memiliki keanekaragaman flora tinggi seperti di wilayah-wilayah hutan tropis di Maluku.

Karakter fauna ini memiliki warna putih seperti kapas dengan bintik hitam dua buah di bagian tengah sayap serta beberapa bintik hitam pada tepi sayap bagian depan. Berdasarkan beberapa informasi, ngengat ini masih belum diketahui inangnya. 

2. Ngengat Cryptophasa warouwi

Ngengat Cryptophasa warouwi dalam jurnal Zootaxa (mapress.com/Watung et al)

Ngengat bernama ilmiah Cryptophasa warouwi termasuk hama endemik baru dari Pulau Sangihe, Sulawesi Utara. Para peneliti menyebutkan, jenis ini patut diantisipasi serangannya oleh petani cengkeh, karena berpotensi merusak batang dan ranting pohon. Dikutip dari situs BRIN, dosen Universitas Sam Ratulangi, Jackson F. Watung menjelaskan, baru-baru ini tim juga menemukan fakta jika Cryptophasa warouwi tidak hanya menyerang tanaman cengkeh saja, tetapi juga menyerang tanaman jambu air dan jambu biji (Myrtaceae).

Selain itu, larva Cryptophasa dikenal sebagai hama penggerek cabang dan batang. Hewan nokturnal ini memotong daun untuk makanan, membuat terowongan dan menutup lubangnya dengan anyaman sutra dan kotoran (BRIN).

3. Ngengat Cryptophasa watungi

Ngengat C. watungi (researchgate.net/Sutrisno dan Suwito)

C. watungi merupakan jenis ngengat yang ditemukan di Sulawesi Utara. Ditemukan oleh Jackson F. Watung pada bulan November 2014, ia berhasil memelihara spesies ini mulai dari ulat hingga imago (dewasa). C. watungi merupakan spesies endemik yang menyerang tanaman cengkeh di Sulawesi Utara. Karakter jenis ini pada spesies betina memiliki warna coklat muda (krem) dengan bintik hitam pada bagian sayap depan.

4. Ngengat C. kwerbaensis

Ngengat kwerbaensis dalam jurnal researchgate (researchgate.net/Sutrisno et al)

C. kwerbaensis merupakan spesies ngengat baru yang ditemukan di Kwerba, Kaki Gunung Foja, Papua oleh Hari Sutrinso pada bulan November 2011. Spesies ini memiliki ciri khas berwarna coklat muda dengan satu spot hitam pada bagian tengah dan beberapa spot hitam pada tepi sayap depan. Ngengat jenis ini merupakan endemik Papua dan juga belum diketahui inangnya.

5. Ngengat Glyphodes nurfitriae dan Glyphodes ahsanae

Ngengat G. nurfitriae dalam jurnal Zootaxa (mapress.com/Watung et al)

Glyphodes nurfitriae dan Glyphodes ahsanae dinyatakan sebagai taksa baru berdasarkan hasil analisis morfologi peneliti BRIN dan Universitas Sam Ratulangi. Total Glyphodes yang tercatat di Indonesia saat ini berjumlah 48 buah. Publikasi terakhirnya dari Papua dan Sulawesi oleh Munroe pada 1960.

Sebagai tambahan, seiring ditemukannya keberagaman jenis ngengat endemik Indonesia tentunya akan memperkuat penemuan baru yang kelak dapat membantu banyak kasus pengendalian hama sekaligus pengidentifikasian biodiversitas di Indonesia. Penemuan taksa baru dan pengembangan riset akan memperkuat pengetahuan sistematika ordo Lepidoptera, sehingga ilmuwan dapat menentukan peran ekologis setiap jenis ngengat di alam. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

Editorekan dina