Desa di Afganistan yang dihancurkan oleh Uni Soviet. (commons.m.wikimedia.org/Todd Huffman)
Afganistan dan Uni Soviet sebenarnya memiliki hubungan baik di awal abad 20. Uni Soviet adalah negara pertama yang menjalin hubungan diplomatik pasca kemerdekaan monarki Afganistan di tahun 1919. Begitu pula, Afganistan menjadi satu dari beberapa negara awal yang mengakui pemerintahan Uni Soviet pasca Revolusi Bolshevik.
Hubungan yang harmonis tersebut mulai berubah saat di tahun 1973, Muhammad Daud Khan memproklamirkan berdirinya Republik Afganistan. Dikutip dari History Channel, Uni Soviet menawarkan bentuk pemerintahan komunis untuk Afganistan akan tetapi ditolak oleh Muhammad Daud Khan.
Situasi tersebut menyulut kemarahan Uni Soviet setelah selama puluhan tahun mendukung pemerintahan Afganistan yang pro-komunis. Muhammad Daud Khan pun pada akhirnya kembali dikudeta oleh Partai Komunis Afganistan dengan Nur Muhammad Taraki sebagai pemimpinnya.
Komunisme di Afganistan mulai menghadapi penolakan intens dari komunitas Muslim yang dikenal sebagai mujahidin. Sementara itu, situasi internal pemerintahan komunis Afganistan mengalami pergolakan dan lahirlah pemimpin baru bernama Hafizullah Amin.
Meski berasal dari Partai Komunis, Hafizullah Amin diduga oleh Uni Soviet akan menjalankan pemerintahan yang condong ke Amerika Serikat. Oleh karena itu, dikirimlah 3000 tentara Uni Soviet di tahun 1979 untuk menguasai Afganistan dan menempatkan pemerintahan boneka dengan Babrak Kamal sebagai pemimpinnya, dikutip dari Britannica.
Tentara Uni Soviet saat itu menghadapi perlawanan dari kelompok mujahidin yang didukung oleh Amerika Serikat. Setelah 9 tahun berusaha menciptakan rezim komunis, pada tahun 1989 Uni Soviet memutuskan untuk menarik semua pasukannya dari Afganistan.
Perlawanan mujahidin Afganistan menginspirasi gerakan kemerdekaan beberapa bangsa sesama mayoritas Muslim yang tergabung di wilayah Uni Soviet seperti Uzbek, Kazakh dan Tajik. Tak butuh lama bagi bangsa-bangsa tersebut untuk mendeklarasikan kemerdekaannya dari Uni Soviet.
Rangkaian peristiwa ini membuktikan besarnya pengaruh Perang Dingin terhadap situasi politik di Asia. Pembubaran Uni Soviet pada 26 Desember 1991 menandai berakhirnya masa Perang Dingin selama lebih dari empat dekade.