ilustrasi orbit planet 9 (exoplanets.nasa.gov/JPL-Caltech/R. Hurt)
Hipotesis dan pencarian planet 9 diawali dari rasa penasaran astronom mengenai beberapa gangguan berupa tarikan gravitasi pada Neptunus dan objek-objek di sabuk kuiper, atau disebut juga Trans Neptunian Objects (TNOs). Menurut astronom, gangguan itu tidak mungkin berasal dari Pluto, mengingat tarikan gravitasi Pluto tidak cukup masif untuk memberikan dampak yang signifikan.
Dilansir NASA, Planet 9 diperkirakan berjarak 20 kali lebih jauh dari jarak Matahari dan Neptunus, memiliki ukuran yang mirip dengan Uranus dan Neptunus, dan menghabiskan waktu antara 10.000 – 20.000 tahun untuk satu kali mengorbit Matahari. Sayangnya, pencarian planet 9 dengan memanfaatkan Pan-STARRS and Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE) tidak membuahkan hasil.
Tidak ditemukannya planet 9 bukan berarti keberadaan planet ini dilupakan begitu saja. Baru-baru ini, dalam publikasi ilmiah yang ditulis Jakub Scholtz dan James Unwin, planet 9 tidak bisa ditemukan karena planet tersebut merupakan sebuah lubang hitam purba. Tentunya bukan lubang hitam supermasif, ya, tetapi lubang hitam dengan tarikan gravitasi serupa planet.