potret pelaku pembunuhan Permaisuri Myeongseong (commons.wikimedia.org/괭이는냥이)
Pada tahun 2005, profesor Kim Rekho dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, menemukan laporan tertulis tentang insiden tersebut pada Arsip Kebijakan Luar Negeri Kekaisaran Rusia. Laporan tersebut ditulis oleh Aleksey Seredin-Sabatin, arsitek Rusia yang ditempatkan di Korea sebagai penjaga di istana. Tulisan Seredin-Sabatin kemudian diterjemahkan dan dipublikasikan pada 11 Mei 2005.
Di bulan yang sama tahun 2005, Tatsumi Kawano yang berusia 84 tahun, cucu Shigeaki Kunitomo, memberi penghormatan kepada Ratu Min di makamnya di Namyangju, Gyeonggi, Korea Selatan. Dia meminta maaf pada Ratu Min di makam tersebut atas peran kakeknya dalam pembunuhan sang ratu.
Pada 21 November 2021, lewat artikel yang dipublikasikan di media Jepang The Asahi Shinbun, diketahui ada bukti lain yang menunjukkan keterlibatan diplomat Jepang dalam insiden Eulmi. Bukti tersebut berupa delapan buah surat yang ditulis diplomat Jepang bernama Kumaichi Horiguchi.
Surat tersebut ditujukan kepada sahabatnya, Teisho Takeishi yang tinggal di Nakadori ( sekarang Nagaoka), perfektur Niigata. Surat-surat tersebut ditulis beberapa hari sebelum dan sesudah insiden Eulmi. Ia juga menceritakan apa yang terjadi di hari penyerangan dan pembunuhan Permaisuri Myeongseong.
Ambisi Jepang menguasai Asia Timur menyebabkan insiden Eulmi yang menewaskan Ratu Min. Insiden ini akhirnya menimbulkan sentimen anti-Jepang pada masyarakat Korea, yang hingga saat ini masih dapat terlihat.